Apa yang Kau
Cari?
Oleh: Herry
Prasetyo
Hari-hari
terakhir ini, kita disibukkan dengan perhatian terhadap teror. Banyak hal
diperbincangkan, dianalisis, dikupas habis, semua terkait tentang terorisme.
Polisi pun tak kalah sibuknya, berusaha mencari gembong teroris, dengan segenap
kemampuan dan keahliannya. Kritik dan barangkali caci maki ditujukan kepada
pihak kepolisian, namun sebaliknya, dukungan pun mengalir agar sang pengawal
keamanan itu mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Dan semoga, proses
pencarian terhadap pelaku teror itu kelak membawa hasil.
Saya
mengikuti proses pencarian yang dilakukan polisi untuk menemukan “tantangan
terhebat” yakni menaklukkan para pembawa teror. Bahkan, emosi saya ikut larut
ke dalam proses pencarian itu, dan sangat berharap ada keberhasilan dalam
proses tersebut. Dan akhirnya, saya terhenti sejenak, mencoba pula memberi
makna dengan gemas terhadap kata “proses pencarian”, untuk diri saya sendiri.
Ini karena saya pun setiap hari bergelut dengan proses pencarian, hingga sampai
pada pertanyaan terhebat dan mendobrak perenungan terdalam, “Apa yang kau
cari?”
Sangat
sederhana pertanyaan tersebut. Sangat mudah ditujukan kepada siapa pun. Kepada
para karyawan, misalnya, tanyakan “apa yang kau cari dengan pekerjaanmu?”
Kepada seorang ibu, tanyakan padanya, “apa yang kau cari dalam pergumulan
setiap hari dengan anak-anakmu?” Kepada seorang bapak, tanyakan padanya, “apa
yang kau cari dalam usaha membangun suatu keluarga yang kuat dan mandiri?”
Terhadap pemimpin negeri, tanyakan padanya, “apa yang kau cari dengan genggaman
kekuasaan di tanganmu?” Terhadap para pemuka agama, tanyakan padanya, “apa yang
kau cari dengan pemahaman terhadap ayat-ayat di dalam kitab suci?”
Kita bisa
menanyakan kepada setiap orang dengan pertanyaan “apa yang kau cari?” karena
pada dasarnya setiap manusia menjalani proses pencarian setiap saat, setiap
hari. Proses pencarian itulah yang menggerakkan kita setiap hari untuk
beraktivitas, memaknai hidup dan kehidupan yang dianugerahkan Tuhan kepada
kita. Bayangkan seandainya kita tidak menyadari bahwa “masih ada yang kita
cari” maka kita tidak punya motivasi untuk berbuat yang terbaik.
Memberdayakan
Diri Proses pencarian dalam hidup menunjukkan kepada kita bahwa kita harus
memberdayakan dan memaknai diri. Proses pencarian tidak dapat kita lakukan
seandainya kita tidak memiliki kemampuan, kedisiplinan, kekuatan, dan
kepercayaan diri yang kuat. Dan sebaliknya, lebih berbahaya dari teror,
andaikan kita tidak memiliki tujuan yang terus-menerus kita cari, kita
perbarui, kita perbaiki, kita evaluasi, dan kita sempurnakan setiap kali
kesempatan datang kepada kita.
Andaikata
setiap hari kita hanya menghabiskan waktu tanpa ada “yang kita cari”, maka
bagaimana mungkin diri kita bisa bertumbuh? Dalam setiap tantangan yang hebat,
kita akan memampukan diri kita menambah kemampuan dan kreativitas. Dalam setiap
persaingan yang selalu kita cari caranya untuk mengalahkan para pesaing, kita
termotivasi untuk berbenah diri. Sebaliknya, dalam setiap hal dalam karunia
hidup, seandainya tidak ada yang kita cari, maka kita dari dulu, kini, dan
nanti, tetap menjadi pribadi yang “usang, kedaluwarsa”. Tidak ada hal baik yang
kita lakukan, tidak ada perkembangan diri, dan… tidak ada yang kita perbuat
terhadap diri kita sendiri.
Tuhan
memberi kita kekuatan, kemampuan, daya pikir dan hati yang bersih. Dengan
demikian, proses pencarian, seberat apa pun, pasti dapat kita lakukan. Hal yang
juga perlu kita ingat, jangan puas mencari “yang biasa-biasa saja”. Carilah hal
yang luar biasa, yang hebat, yang membuat diri kita terangsang untuk bekerja
keras dan cerdas. Kembali berguru kepada polisi, untuk mencari para pelaku
teror, mereka melakukan hal yang tidak biasa-biasa saja, mereka membentuk tim
khusus pemburu teroris. Tim khusus ini pasti memiliki kemampuan lebih
dibandingkan dengan tim lain. Ada bekal khusus, ada pelatihan khusus, ada
risiko dan tantangan yang khusus pula. Itulah yang seharusnya pula kita
lakukan. Jadilah yang khusus itu, yang memiliki kemampuan dan kelebihan untuk
mencari hal yang luar biasa. Memang banyak risiko, banyak tantangan, namun
untuk menjadi besar dan kuat, kita memerlukan semua itu.
Tuhan
mengharapkan kita menjadi luar biasa. Ia tidak ingin kita lemah, tak berdaya,
dan hanya puas mengerjakan rutinitas tanpa perbaikan mutu dan kepribadian.
Tuhan pasti tersenyum ketika kita mampu melewati proses pencarian itu dengan
sukacita dan penuh syukur. Dan satu hal lagi, jawaban terhadap pertanyaan “apa
yang kau cari” menunjukkan siapa sebenarnya diri Anda. Untuk itu, renungkan
jawaban Anda dan… lakukan yang terbaik selama tantangan terhebat masih mau
menghampiri Anda.
* HERRY
PRASETYO lahir di Yogyakarta, 28 Januari 1973. Lulusan Fakultas Sastra,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini kini berprofesi sebagai penyunting di
Harian Sinar Harapan, Jakarta. Hobinya menulis dituangkannya dalam beberapa
artikel dan buku, terutama yang bersentuhan dengan motivasi dan pengembangan
diri.
Artikel-artikelnya
pernah dimuat di Tabloid Nova dan kemudian dikumpulkan menjadi buku pertamanya
berjudul Langkah Mudah untuk Sukses Berkarier (Penerbit Elex Media Komputindo).
Herry kemudian menulis buku-buku berikutnya, di antaranya Begini Harusnya
Karyawan (Penerbit Elex Media Komputindo), Pribadi yang Menyenangkan (Penerbit
Bhuana Ilmu Populer-BIP), All About Inner Beauty (Penerbit Gramedia Pustaka
Utama), Smart Plus (Penerbit Gradien), dan Kiat Karyawan Jago Lobi (Penerbit
Sketsa Inti Media, Jakarta). Apabila Anda ingin memberikan masukan atau kritik,
silakan layangkan ke alamat email herry_penulis@yahoo.com.
Air Terjun Dwiwarna Kabupaten Karo |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar