IZINKAN AKU BICARA
Oleh : Istafan Najmi ( Penulis adalah peserta training conservation officer YLI)
Setelah sekian lama kurasakan derita ini, rasanya tidak dapat lagi aku memikulnya. Derita-derita yang melukai tubuhku makin lama kian parah. Hingga tubuhku nyaris tak terbentuk lagi. Orang-orang sering menyebutku dengan sebutan yang aneh-aneh. Ada yang mengatakan aku adalah paru-paru dunia, ada juga yang mengatakan aku adalah sumber kehidupan dan entah apa lagi namanya. Namun, sebutan ini seakan tak sebanding dengan apa yang dilakukan dan terjadi pada diriku. Tangan-tangan jahat itu telah mengiris-iris tubuhku dengan rantai-rantai mesin yang menderu, menukik ke angkasa. Wajah-wajah hitan itu memerkosa tubuhku hingga keperawananku nyaris hilang. Sebagian lagi mencukur botak kepalaku dan menyiramnya dengan api kepanasan.
Akar-akar pohonku tak sanggup lagi menahan run off, hingga filtrasi kedalam tanahku tidak ada lagi. Kadar mineral dalam tanahku drastis habis sehingga tiang pohonku mati sebelum tercapai dewasanya. Bibit-bibit dipterocarpaceae-ku hanya mampu terbang, tapi tidak sanggup lagi tumbuh di tanah yang miskin hara. Irena puela, Dicrurus, Anorhinus mulai enggan dan bahkan punah karena tidak ada tempat mereka bercanda dan menghasilkan keturunan. Pongo-pongo abilli-ku tidak ada lagi tempat untuk bergantungan dan kekurangan makanan, Muntiacus muntjak dan Cervus unicolor kehilangan rumput segarnya. Elephas maximus-ku mengamuk karena home range-nya dijadikan ladang oleh masyarakat. Dan banyak lagi kawan-kawanku sehingga akibat kejahilan itu mereka terancam appendix 1 ( tingkat kepunahan I). Terkadang aku berpikir untuk membalas kejahatan tadi, tapi aku tak sampai hati melihat orang-orang yang tak berdosa ikut merasakan akibat dari dendamku. Aku menangis melihat anak-anak mereka menangis terisak-isak.
Pernah juga sekali-sekali dendamku kumat. Aku hanya mengirinkan banjir kepada mereka. Jika dibandingkan dengan penderitaanku, itu sungguh tak seberapa. Tapi mengapa mereka tidak pernah memikirkan seperti apa yang kupikirkan. Dimana letak mata hati mereka. Katanya...’85, banyak orang yang peduli dengan deritaku, banyak orang yang rela berkorban demiku...(katanya). Tapi mana buktinya, pohonku telah lama berdiri tegak disini, burung-burung telah lama berkicau indah, auman harimauku, kiss-callpongo-pongo-ku, desis-desis air sungaiku, telah lama ada ribuan tahun yang lalu. Tapi kenapa hanya dalam hitungan menit, kau rubah semuanya , kau hancurkan, kau jarah, kau perkosaq, kau tembak mati rakyat-rakyatku. Apa salah kami ? apa selama ini kami merusak kamu? Apa selama ini kami tidak memberikan manfaat bagimu/ dimaan letak rasa kemanusiaanmu? Apa teknologi yang selama ini kau ciptakan hanya untuk merusak dan memusnahkan orang lain ??? termasuk diriku.........
Kali ini izinkan aku bicara, tapi aku bingung harus bicara pada siapa?? Mengadu pada siapa??...mengadu pada hukum??....hukum siapa??...hukum yang selama ini dilanggar, hukum yang pilih bulu, hukum yang bisa di jual beli dengan uang-uang haram mereka. TIDAK??!!!
Tapi izinkan aku bicara padamu saja, pada orang2 yang mau mendengar jeritan hatiku, yang mau peduli tentang deritaku. Mungkin, dengan cara curhat kepadamu, aku bisa meringankan deritaku. Kini malamku gelap, kelam, tanpa suara jangkrik. Siangku panas karena ozonku telah kau tipiskan dengan asap kendaraanmu dan industrimu. Air lautku tak melakukan evapotranspirasi lagi dengan sempurna. Air tanahku mengering, awanku kecanduan, guruhku menukik kuat, kilatku menyambar-nyambar nyaris seperti orang gila.
Aku ingin berbisik kepadamu agar orang banyak tidak tahu tentang ini. Tapi pasti mereka akan tahu juga. Bahwa “ aku tidak dapat lagi diwariskan kepada anak-anak cucumu di masa depan. Aku malu, tapi jangan kau salahkan aku. Kawan-kawanmu yang jahat yang melakukan ini padaku. Aku malu....setidaknya harapanku masih ada di tanganmu hingga yang tersisa kini.
Aku tidak meminta banyak darimu, aku tidak minta kau bayar segala kerugianku, memulihkan tubuhku yang luka secara sempurna. Tidak....itu mustahil karena pertumbuhan dan perkembanganku sangat lama. Aku tidak meminta kepalaku kau tumbuhi dengan rambut-rambut baru. Biarkan organ-organku tumbuh dan berkembang sendiri. Akr-akar pohonku menjalar bebas menuju pasak bumi. Biarkan saja pucuk-pucuk Calamus manan-ku memanjat menembus cakrawala, menembus bima sakti. Seperti yang pernah kau ajarkan tentang cita-cita kepada anak-anakmu.
Aku hanya minta kepadamu, jangan salahkan aku jika run offku terlalu banyak mengalir sehingga kau sebut itu banjir. Kau harus maklum karena akr-akarku masih kecil dan nyaris belum ada. Daun-daunku masih kecil dan sedikit, batang-batang ku masih anakan, sehingga air yang jatuh tidak dapat mereka tahan dan serap. Jangan pernah salahkan aku...
Juga aku ingin berbisik kepadamu, tolong kau jaga dan rawat baik2 batangku, akarku, tanahku, gunungku, tempat hidup hewanku. Aku sudah tak sanggup lagi merawat dan menjaga mereka, diakhir usia tuaku, ditambah lagi derita yang kau berikan padaku. Aku nyaris mati. Jangan pernah-sekali-sekali kau tipu mereka dengan akal-akal jahatmu. Tolong sahabatmu. Demi persahabatan kita
Dari Sahabatmu
Hutan
ARTI KATA :
Dipterocarpaceae : Famili tumbuhan tingkat tinggi, keluarga: Meranti, Damar
SoreaIrena Puela : Sejenis burung yang cantik dengan suara merdu, kecebung gadung- IND
Dicrurus : Keluarga burung srigunting
Anorhinus : Keluarga rangkong
Pongo abilli : orang utan
Muntiacus muntjak : kijang
Cervus unicolor : Rusa
Elephas maximus : Gajah
Home range : daeraj jelajah yang tetap suatu hewan
Appendix I : daftar hewan yang terancam punah
Kiss-call : panggilan untuk menanti lawan jenis bagi orang utan
Thomas leaf monkey : kedih
Evapotranspirasi : penguapan gabungan dari tumbuhan dan air laut
Calamus manan : salah satu spesies rotan
Run off : aliran air hujan di permukaan tanah