YANG TERSURAT DAN YANG TERSIRAT
Rut 3-4 , 30 April 2024
Banyak orang ingin mengenal Allah dan hukum-hukum-Nya terbatas hanya dengan membaca firman Tuhan dan mengandalkan kemampuan otaknya saja. Cara yang demikian adalah cara yang salah.
Orang-orang Farisi adalah contoh orang-orang yang otaknya bisa mengerti apa yang tertulis di dalam Taurat, bahkan mungkin sangat banyak yang dihafalnya. Tetapi pada kenyataannya Allah tidak berkenan kepada mereka. Hal ini dibuktikan dari tindakan Tuhan Yesus yang berkali-kali mengecam sikap orang-orang Farisi yang hanya tahu apa yang tersurat (tertulis) di dalam Taurat, tetapi mereka tidak tahu apa sebenarnya tersirat, yaitu hal-hal yang menjadi maksud sebenarnya di dalam tulisan-tulisan tersebut. Kemampuan intelektual mereka menafsirkan tulisan-tulisan di dalam kitab Taurat menyimpang dari maksud Allah yang sebenarnya. Mereka mengutamakan perkenanan manusia tapi tidak mencari perkenanan Allah. Mereka lebih mementingkan penampilan luar daripada jaga hati.
Di dalam ayat-ayat yang kita renungkan pada hari ini, dua kali Yesus menegur orang Farisi dengan pertanyaan, “Tidakkah kamu baca ..?” Kita yakin bahwa sebagai orang-orang Farisi mereka tentu sudah membaca tentang kisah-kisah yang ditunjukkan Tuhan Yesus, hanya pengetahuan mereka tidak menjangkau pengertian yang sebenarnya dari firman Tuhan tersebut.
Untuk memahami kebenaran firman Allah, kita tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan otak kita. Otak kita yang terbatas tidak mungkin mampu menangkap pengenalan tentang Allah yang tidak terbatas. Sikap yang rendah hati, haus dan lapar akan firman Tuhan, serta bergantung kepada pimpinan Roh Kudus sangat berperan di dalam membaca dan mempelajari firman Allah. Dengan cara ini, maka apa yang tertulis di dalam Alkitab akan disingkapkan. Otak manusia hanya mampu mencerna apa yang tercatat di dalam Alkitab sebagai pengetahuan biasa, dan seringkali hanya akan mendatangkan kesombongan. Roh Kudus membuat apa yang tercatat di dalam Alkitab bukan lagi sekedar deretan huruf-huruf mati, tetapi menjadi sesuatu yang hidup dan mendatangkan kehidupan. Inilah firman yang sudah disingkapkan, yang mendatangkan kehidupan dan membuat langkah kaki kita tidak tersandung.
Lantas bagaimana sikap kita terhadap firman Allah ? Tentunya kita tidak mau seperti orang-orang Farisi yang gagah di luar tapi bobrok di dalam. Biarlah kerendahan hati, rasa haus dan lapar akan firmanNya, dan sikap yang bergantung kepada Roh Kudus selalu kita miliki pada saat kita mempelajari dan merenungkan firman Allah. Sekarang, mulailah mempelajari firman Tuhan dengan cara yang berkenan kepada Tuhan ! (DH)
Questions :
1. Bagaimana sikap kita terhadpa firman Allah ?
2. Apakah kita lebih cenderung mengikuti tradisi dan peraturan keagamaan secara mekanis, atau kita sungguh-sungguh mencari belas kasihan dan kasih dalam setiap tindakan dan keputusan kita ?
Values :
Roh Kudus membuat apa yang tercatat di dalam Alkitab bukan lagi sekedar deretan huruf-huruf mati, tetapi menjadi sesuatu yang hidup dan mendatangkan kehidupan.
“Jika memang kamu mengerti maksud firman ini : Yang kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah (Matius 12:7)”
FirmanMu pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku