Gelora Ceria
Beradu satu sisi dengan sisi yang lain membuat hal yang seharusnya menjadi
semestinya dan semestinya menjadi seharusnya beragumen satu sama lain. Satu
sisi hasrat ingin mengungkapkan pesona tetapi lain berimbang menjamah peran
akan kemampuan akal rasional yang baku. Tak menentu, gusar bahkan galau
menyetubuhi raga dan senantiasa melekat pada diriku. Tak tahu harus berbuat
apa, tak mengerti akan apa yang harus aku lakukan. Tetapi semua ini mengalir,
menyirami hasrat menjalani hidup normal sesuai siklusnya serta akan berakhir
sebuah cerita nantinya.
Kehidupan aku lalui dan terus kujalani serta tidak sedikit mengabaikan akan
rasional yang benar. Membuat diriku sementara terhempas akan gelora dan terus
serta terus mengumbar hasrat seakan tak mau untuk terhenti sedetikpun. Begitu
juga sebaliknya, yang terjadi akan benak yang penuh dengan bintang-bintang
bertebaran seakan kehidupan menjadi semestinya.
Semua seakan menjadi nyata, indah..mempesona..dan tak terbayangkan akan
impian untuk segera mengabadikannya. Tapi lagi-lagi langkah tersendat tentang
apa yang nanti dikatakan disalahkan. Dan sekelibat pemikiran orang awam adalah
hal yang tidak benar bahkan mustahil, menempuh berbagai rintangan serta
hambatan yang mungkin menjadi tidak mungkin. Berbanding terbalik ketika manusia
menjalani sebuah kehidupan nyata sehingga selaras dengan perimbangan antara
perasaan serta rasional. Semua membuat senantiasa mengikuti, menjadi penyembuh
akan kehidupan dan kebahagiaan. Akankah keyakinan kita jalani, niat kita ikuti
dan kekuatan pikiran menjadi penyembuh yang tidak seharusnya menjadi
semestinya?
Sekilas akan hidup, membuahkan cerita yang indah pada
saatnya serta resiko yang harus diambil ketika kita dihadapkan pada sebuah
pilihan. Tetapi hidup dan pesona yang terjadi dalam kehidupan tak akan bisa
terpisah begitu saja dalam siklus sebagai manusia.