*Christ Brings the Way of Victory*
[Kristus Membawa Jalan Kemenangan]
*2 Korintus 2:14a,* _"Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya"._
Dari ayat diatas nampaknya secara tiba-tiba rasa syukur ini muncul agak mengejutkan pada awalnya. Tetapi kita harus menemukan sumbernya, bukan dari apa yang ditulis atau diucapkan Rasul Paulus, namun dari apa yang terlintas dalam ingatannya. Dimana Paulus telah bertemu Titus, dan murid tersebut telah menjadi kurir yang membawa kabar kemenangan, sebab kasih Allah telah memenangkan kemenangan lainnya. Penyebab kemenangan tersebut telah menyebabkan kita menang, tentu lebih baik yang selalu memimpin kita dalam kemenangan-Nya. Dan sama sekali tidak ada otoritas untuk makna faktitif yang diberikan kepada kata kerja kalau dalam versi bahasa Inggris. Maka dalam Kolose 2:15 , diterjemahkan dengan tepat, _"mengalahkan mereka di dalamnya"._ Tetapi lebih diperjelas bahwa terjemahan yang benar memberikan pemikiran yang jauh lebih khas. Berbeda sedikit dari Paulus untuk berbicara tentang dirinya sendiri sebagai komandan yang menang dari pasukan besar Allah. Sama halnya seperti dia bahwa dia harus memberikan kemuliaan kepada Allah. Serta mengakui bahwa Dia, sebagaimana dinyatakan dalam Kristus, telah menang, dan bahwa Rasul beserta orang yang bertobat, orang yang setia sama-sama mengambil tempat mereka dalam prosesi kemenangan tersebut.
Memang gambaran yang muncul di bawah ini jelas merupakan gambaran prosesi kemenangan yang khidmat dari seorang kaisar maupun jenderal Romawi. Rasul Paulus pada konteksnya yang belum pernah ke Roma, sebagai tempat perayaan kemenangan, oleh sebab ia belum pernah melihatnya, lalu menulisnya berdasarkan apa yang didengarnya dari orang lain. Baik dari orang-orang Yahudi Romawi yang ditemuinya di Korintus, banyak dari mereka sebagai budak atau orang merdeka di rumah tangga kekaisaran, atau dari tentara Romawi serta orang lain yang ditemuinya di Filipi. Barangkali dari Lukas atau Clement, ia mendengar bagaimana sang penakluk berkuda di sepanjang Via Sacra dengan kereta perangnya, diikuti oleh pasukan dan tawanannya, raja dan pangeran tawanan, dan piala kemenangan. Terlihat bagaimana awan kemenyan yang harum mengiringi pawainya, naik dari altar yang tetap atau berembus dari pedupaan; bagaimana di kaki bukit Capitoline, beberapa tahanan, yang dihukum karena pengkhianat atau pemberontak, dibawa untuk dieksekusi, atau dijebloskan ke ruang bawah tanah penjara Mamertine, sementara ada yang lain diampuni dan dibebaskan.
Maka tidaklah mengherankan untuk mengingat bahwa ketika Paulus menulis, kemenangan terakhir di Roma adalah kemenangan yang diresmikan di Roma oleh Claudius untuk menghormati kemenangan Ostorius atas bangsa Inggris pada tahun 51 M. Dan diperingati dengan sebuah gapura kemenangan, yang prasastinya sekarang dapat dilihat di halaman Istana Barberini di Roma; bahwa dalam kemenangan itu Caractacus telah digambarkan sebagai seorang tahanan; dan bahwa ia dan anak-anaknya, yang diselamatkan oleh belas kasihan kaisar, telah berpindah dari golongan _"yang hilang"_ ke golongan _"yang diselamatkan"_ (Tacit. Ann. xiii. 36). Berdasarkan pandangan yang diambil oleh beberapa penulis, Claudia dan Linus (2 Tim. 4:21) termasuk di antara anak-anak tersebut, dapat dilihat Excursus tentang tahun-tahun terakhir kehidupan Paulus, pada akhir Kisah Para Rasul. Nampaknya rujukan pada kemenyan seperti dalam uraian di atas, merupakan bagian penting dari kemenangan, maka Paulus menemukan analogi dari karyanya sendiri. Ia mengaku sebagai, seolah-olah seorang pembawa dupa, dalam prosesi sang penakluk. Kata-kata, baik doa atau pujian, ucapan syukur atau khotbah, apalah artinya selain awan kemenyan yang membawa ke sekeliling, seperti yang dihembuskan di udara, kabar bahwa Sang Penakluk telah datang?
Pada sisi lainnya bahwa berbicara tentang kemenangan, tidak lepas dari yang namanya peperangan, perjuangan, kerja keras, jerih lelah, tetesan keringat, maupun pergumulan. Dan begitu juga akan perjalanan hidup kita adalah seperti berada dalam peperangan setiap hari: berperang melawan musuh (Iblis), berperang melawan kedagingan, juga bergumul dengan permasalahan hidup. Namun kita patut bersyukur oleh karena Kristus selalu membawa kita di jalan kemenangan-Nya. Lalu kemenangan terbesar yang kita alami di dalam Kristus merupakan kemenangan atas dosa ! Dimana dosa merupakan masalah terbesar yang dihadapi manusia, dan tidak satu pun manusia didunia ini yang dapat menyelesaikan dosanya sendiri. Tetapi ada Kristus sebagai satu-satunya jalan untuk manusia untuk dapat memperoleh penebusan dosa ! _"Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya_ (Efesus 1:7). Oleh sebab dosa kita telah ditebus melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. _Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya_ (Roma 6:12). Jadi jikalau seseorang menang terhadap dosa berarti kemenangan atas maut! _"...genaplah firman Tuhan yang tertulis: 'Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?_ (1 Kor. 15:54-55). Sehingga tersebut dapat berarti bahwa kemenangan Kristus di kayu salib merupakan kemenangan terhadap pekerjaan Iblis ! Kita tidak perlu takut menghadapi Iblis dan kita harus melawannya dengan iman, sebab di dalam diri kita ada Roh Kudus, sebagai kuasa dari tempat yang Mahatinggi. Dalam Yakobus 4:7 dinyatakan, _"Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu ! Jadi dengan kita tunduk kepada Allah dan dengan pertolongan Roh Kudus kita pasti dapat melawan Iblis, oleh sebab Kristus sudah memberikan jaminan kemenangan bagi kita. Dalam suatu pernyataan dinyatakan, _"Alkitab mengajarkan bahwa kemenangan sejati dan kekal pada akhirnya ditemukan di dalam Tuhan dan melalui iman kepada Yesus Kristus"._
*SEMANGAT PAGI & TETAP SEMANGAT*