Kasih kepada Allah
Perintah yang Utama
Ulangan 6:1-15
Benyaris
A Pardosi
Sekilas
tentang aku dan doa
Ketika saya merenungkan perjalanan doa saya
selama saya menjadi orang Kristen, saya menemukan beberapa hal tentang doa.
Berbicara tentang doa adalah berbicara tentang relasi, berbicara tentang relasi
adalah berbicara tentang status, berbicara tentang status tidak lepas dari
identitas diri. Berdoa berarti berkomunikasi dengan Allah. Komunikasi berarti
tidak hanya satu arah melainkan terjadi antara dua oknum atau lebih dalam hal
ini hubungan antara manusia dengan Allah dan antara Allah dengan manusia.
Memiliki identitas sebagai anak-anak Allah adalah suatu sukacita yang sangat
luar biasa bagi setiap orang, karena jika kita menjadi anak, berarti kita
menjadi ahli waris. Namun sebagai anak, kita memiliki tanggung jawab terhadap
Bapa, dan pastinya antara anak dengan bapa akan ada komunikasi. Doa bukanlah
sesuatu kata yang asing lagi bagi manusia, terkhusus orang Kristen, apalagi
orang-orang yang telah menerima Kristus dalam hidup-Nya dan ambil bagian dalam
pelayanan, yang walaupun dalam pelaksanaannya harus jujur secara pribadi saya
akui SULIT. Doa bukanlah sebatas meminta dan menerima apa yang kita perlukan
dari Tuhan, doa adalah hubungan yang menghasilkan pengenalan dan kasih kepada
Allah. Bagi saya doa adalah sebuah perjuangan untuk tetap taat melakukannya.
Antara
Allah, Musa dan Umat-Nya
Salah satu
bagian Firman Allah yang menekankan supaya umat-Nya setia menjaga relasi dengan
Dia dalam setiap keadaan, pesan yang mengingatkan supaya manusia tidak
melupakan Allah disampaikan dalam salah
satu kitab Taurat yaitu Ulangan 6 : 1 – 15. Kitab Ulangan merupakan
salah satu kitab Taurat yang berisi amanat-amanat yang disampaikan Musa kepada
orang Israel. Amanat-amanat ini merupakan amanat perpisahan karena ia telah
diberitahu bahwa ia tidak dapat memasuki tanah Kanaan bersama mereka. Dalam
kitab ini dicatat tiga bagian amanat yang disampaikan Musa kepada orang Israel:
1.
Prakata
Ul 1:1-5
2.
Amanat
pertama :
Perbuatan Allah (Ul 1 : 6 – 4 : 40)
-
Ringkasan sejarah
Firman Allah (Ul 1:6 – 3:29)
-
Kewajiban-kewajiban
Israel terhadap Allah (Ul 4:1 – 40)
-
Penunjukan kota-kota
perlindungan (Ul 4:41 – 43)
3.
Amanat
kedua : Hukum Allah (Ul 4 : 44 – 26 : 19)
A.
Syarat-syarat perjanjian (Ul 4:44 – 11:32)
-
Prakata (Ul 4:44-49)
-
Dasa Titah (Ul 5:1 -
21)
-
Pertemuan dengan Allah
(Ul 5:22 – 33)
-
Perintah yang utama (Ul
6)
-
Tanah perjanjian dan
masalah-masalahnya (Ul 7)
-
Pelajaran dari
perbuatan-perbuatan Allah dan respon Israel (Ul 8:1 – 11:25)
-
Pilihan yang
diperhadapkan kepada Israel (Ul 11:26 – 32)
B. Hukum (Ul 12 – 26)
-
Mengenai ibadat (Ul
12:1 – 16:17)
-
Mengenai jabatan (Ul
16:18 – 18:22)
-
Mengenai para penjahat
(Ul 19)
-
Melakukan perang suci
((Ul 20)
-
Hukum-hukum lainnya (Ul
21 – 25)
-
Pengakuan liturgis (
(Ul 26:16 – 19)
-
Upacara yang akan
dilaksanakan di Sikhem (Ul 27 – 28)
4.
Amanat
ketiga : Perjanjian dengan Allah (Ul 29 – 30)
-
Tujuan penyataan Allah
(Ul 29)
-
Dekatnya Firman Allah (Ul
30:1 – 14)
-
Pilihan yang
diperhadapkan kepada Israel (Ul 30:15 – 20)
-
Kata penutup dan
nyanyian Musa (Ul 31:1 – 32:47)
-
Kematian Musa (Ul 32:48
– 34:12)
Terlepas dari soal apakah ketiga
amanat itu aslinya disampaikan secara lisan atau tulisan sebagai dokumen
perpisahan, namun secara keseluruhan kitab ini mengemukakan perjanjian Allah
dengan orang Israel sebelum memasuki tanah Kanaan. Ringkasan dari Perjanjian
Allah dengan Israel dalam kitab ini adalah sebagai berikut :
“Maka
sekarang hai orang Israel, apakah yang dimintakan daripadamu oleh TUHAN,
Allahmu, selain dari takut akan TUHAN, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang
ditunjukkanNya, mengasihi Dia, berbadah kepada TUHAN, Allahmu dengan segenap
hati dan dengan segenap jiwamu, berpegang pada ketetapan TUHAN yang kusampaikan
kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu” (Ul 10 : 12 – 13).
Ketetapan Musa
atas perintah Allah kepada bangsa Israel disampaikan ketika umat Israel hampir
tiba tanah Kanaan, tanah yang kaya yang dijanjikan Allah kepada umat yang
dikasihin-Nya. Mengingat bahwa Musa tidak akan ikut memasuki tanah tersebut
bersama-sama dengan mereka, maka ia menyampaikan ketetapan kepada mereka. Sebab
bangsa itu akan memasuki sebuah negeri yang baru. Bangsa itu akan mengakhiri perjalanan panjang 40 tahun yang dalam
pikiran mereka tanpa sebuah kepastian. Selesai sudah penderitaan mereka selama
dalam perjalanan di padang gurun 40 tahun dalam kekurangan dan keterbatasan.
Mereka akan memasuki dan menetap di negeri yang dijanjikan Allah. Mereka akan
hidup dalam kecukupan. Mereka akan terbebas dari belenggu perbudakan di tanah
Mesir. Mereka akan menghuni, mengelola, memiliki hak milik mereka sendiri.
Satu hal yang PASTI adalah Janji Allah akan kekayaan yang akan
mereka peroleh.
Musa memberikan beberapa tanda
kecukupan yang akan dialami oleh bangsa Israel di tanah Kanaan:
Ulangan 6:10-11
-
Kota-kota besar yang
baik yang tidak kau dirikan
-
Rumah-rumah penuh
berisi barang baik yang tidak kau isi
-
Sumur-sumur yang tidak
kau gali
-
Kebun-kebun anggur dan
zaitun yang tidak kau tanami
Ulangan 8:12-13
-
Makanan yang melimpah
-
Rumah yang baik
-
Pertambahan ternak
-
Pertambahan emas dan
perak
-
Segala yang ada padamu
bertambah banyak
Dengan kata lain bangsa itu akan
menjadi kaya, dan mapan. Lalu bagaimana perasaan Musa dengan keadaan ini..??
1.
Tentu ia merasa
bersyukur, akhirnya bangsa itu tiba di tempat yang dijanjikan Tuhan supaya ia
memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir. Akhirnya apa yang dijanjikan Allah
akan tergenapi. Selama 40 tahun ia harus menghadapi keraguan bangsa itu akan
janji Allah.
2.
Ia merasa khawatir,
kekayaan, kemapanan, kedudukan bukan hanya memiliki dampak positif, tetapi juga
negatip. Mengingat bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, bangsa yang
keras kepala. 12 maka
hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan Tuhan, yang telah mebawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari
rumah perbudakan.
Dalam
kekhawatiran itu, Musa memperingatkan mereka agar tetap setia kepada Allah.
Agar mereka tetap beribadah kepada-Nya. Musa merasa takut kalau bangsa Israel
akan melupakan penyertaan Tuhan, bahwa Allah-lah yang memberikan semuanya itu
kepada mereka. Ulangan 8 : 17 , maka
janganlah kau katakan dalam hatimu, kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang
membuat aku memperoleh kekayaan ini.
Bersiap
Menuju Alumni
Pra alumni diibaratkan
seperti orang Israel yang akan bersiap menuju tanah Kanaan, mereka aka keluar
dari perjuangan di “padang gurun” selama lebih kurang lima tahun. Mereka akan
menemukan suasana baru yang terbebas dari kejaran tugas-tugas laporan,
praktikum, jurnal, penelitian dll. Mereka akan menemukan sebuah kehidupan yang
mandiri, peluang untuk memiliki segala sesuatu semakin terbuka karena uang yang
dimiliki tidak lagi dibatasi oleh orang tua, melainkan hasil usaha sendiri
(semoga sukses).
Alumni dengan segala kesibukan masing-masing tidak
lepas dari berbagai macam persoalan yang datang dan pergi dalam hidup mereka.
Mulai dari tuntutan pekerjaan, keluarga, kesendirian, penantian pasangan hidup,
istri/suami, anak-anak dan berbagai hal yang membuat mereka sering terhimpit
oleh kesibukan fisik maupun pikiran. Banyak orang yang mengatakan bahwa dunia
alumni adalah dunia yang sesungguhnya, dunia dimana anak-anak Tuhan benar-benar diuji imannya,
berbeda dengan dunia siswa atau mahasiswa yang cenderung masih berada dalam
lingkungan komunitas pelayanan dan pengawasan orang tua. Ketika menjadi alumni
maka hidup kita bukan lagi hanya tentang diri kita sendiri. Satu hal yang
sangat sering menyita perhatian adalah karir. Tuntutan dari atasan, target yang
harus dicapai, ketika terhempit antara menjaga kekudusan hidup
(integritas) dengan keadaan yang tidak
memberi kita ruang gerak untuk menyatakan kebenaran, atau bahkan kita yang
akhirnya tergoda untuk jatuh dalam kecurangan-kecurangan di dunia kerja. Satu
hal yang sering terjadi adalah bahwa tidak sedikit alumni menjadi orang-orang
selalu dikejar-kejar oleh rasa bersalah karena ketidakmampuannya menjaga
kekudusan hidup. Bahkan kesibukan dalam pekerjaan seringkali membuat alumni
melupakan ibadah kepada Tuhannya.
Firman
Tuhan kali ini mengingatkan kita akan pentingnya tetap setia menjaga hubungan
pribadi dengan Allah. Melalui bangsa Israel, kita diingatkan bahwa Allahlah
yang telah memberikan kepada mereka tanah yang kaya akan susu dan madunya,
tanah yang menyediakan setiap kebutuhan hidup mereka. Demikian juga dengan kita
masing-masing, terlepas dari posisi kita dalam pekerjaan penting bagi kita
untuk menyadari bahwa Allahlah yang telah menganugerahkan semua itu kepada
kita. Dan sudah pasti haruslah kita kembalikan untuk kemuliaan-Nya.
Allah
mempercayakan pekerjaan untuk kita dengan tujuan untuk kemuliaan-Nya.
Seringkali alumni yang dulunya memohon pada Tuhan untuk pekerjaan, namun
akhirnya justru pekerjaan itu menjadi penghalang bagi dia untuk bersekutu
dengan Tuhan yang memberikannya. Allah telah mendengar teriakan bangsa Israel
yang berseru minta tolong di tanah Mesir karena penderitaan mereka dalam
perbudakan, sehingga Allah menolong mereka. Saya rasa bagian ini sangat relepan
dengan dunia alumni. Ketika kita baru lulus dan mengharapkan pekerjaan, dengan
sungguh-sungguh kita memohon kepada Tuhan untuk pekerjaan, berjanji dalam hati
akan tetap setia melayani dan tetap menjaga hubungan dengan Dia.
Mari kita
evaluasi diri masing-masing, bagaimana sikap kita sebagai alumni saati ini
kepada Allah ? Masihkah hubungan dengan Dia masih menjadi prioritas utama dalam
hari-hari kita,?. Hal yang sering terjadi dalam kesibukan pekerjaan alumni
adalah dengan mengganti waktu untuk Tuhan (doa dan pelayanan) dengan memberi
lebih banyak perpuluhan. Apapun dan seberapa banyakpun kita berikan untuk
Tuhan, tidak akan dapat menggantikan hubungan kita dengan-Nya. Atau mungkin
kita berdoa juga, namun pikiran kita sibuk memikirkan berbagai kesibukan
pribadi, tidak ada kesempatan untuk fokus menikmati Tuhan. Terlihat dari
kesibukan kita dalam pelayanan mungkin juga kondisi rohani kita terlihat
baik-baik saja, namun sesungguhnya kita mengerjakannya dengan kehampaan,
kekeringan batin tanpa sebuah pertumbuhan pengenalan akan Allah.
Berdoa,
memuji dan melayani Tuhan bukanlah tuntutan yang Allah kepada umat-Nya untuk
menambah kemuliaan-Nya. Doa-doa atau pelayanan kita tidak akan menambah
kemuliaan Allah, sebaliknya jika kitapun tidak berdoa atau tidak melayani-Nya,
tentulah tidak akan mengurangi kemuliaan-Nya, karena sesungguhnya Allah sudah
mulia dengan atau tanpa kita. Kita berdoa bukanlah untuk kepentingan Allah,
justru untuk kebaikan diri kita sendiri. Yang terjadi adalah banyak orang yang
berdoa namun sesungguhnya mereka tidak mengerti mengapa mereka harus berdoa.
Dan tidak sedikit yang menjadikan doa sebagai beban yang sulit untuk
dikerjakan.
Apa yang
ditakutkan Musa ialah terkikisnya kasih bangsa Israel secara perlahan-lahan
kepada Allah, atau bahkan mereka akan melupakan Allah sama sekali. Mereka akan
merasa bahwa dengan kekuatan mereka sendirilah sehingga mereka sampai di tanah
Kanaan. Mereka akan lupa diri karena melimpahnya harta yang ada pada mereka.
Allah
menghendaki agar umat-Nya tetap setia beribadah kepada-Nya sama seperti ketika
mereka berada di padang gurun, sama
seperti ketika mereka berseru kepada Allah untuk setiap kebutuhan mereka di perjalanan menuju Kanaan (Kel 15). Memuji Allah ketika
menyaksikan karya-Nya dalam penyeberangan
laut Merah. Memuji Dia seperti saat mereka akan menghadapi peperangan dan ketika memenangi peperangan tersebut,
Allah yang telah menghalau orang Kanaan, Orang Amori, orang Het, orang Fersis,
orang Hewi dan orang Yebus (Kel 33 : 2).
Allah menginginkan agar umat pilhan-Nya tetap setia beribadah kepada-Nya ketika
mereka tiba di tanah yang diberikan kepada orang Israel, tanah yang akan
menyediakan setiap kebutuhan mereka. Perhatikan kata-kata yang bertulis miring, ketika saya merenungkan, mungkin
kita sering juga menghadapi hal yang sama, berada dalam padang gurung, dalam perjalanan,
penyeberangan, menghadapi berbagai masalah. Barangkali
kita sedang berada dalam sebuah pergumulan panjang yang seolah tidak ada jalan
keluarnya seperti padang gurun yang tidak berujung dan tidak tau dimana
awalnya. Diperhadapkan dengan perjuangan yang panjang, ketika harus membuat
pilihan sulit dalan sebuah perjalanan, ketika menghadapi tantangan pekerjaan.
Akhirnya kita jenuh, dan rasanya tidak ada lagi gunanya berdoa.
Mari evaluasi diri kita masing-masing, apakah
pekerjaan yang kita kerjakan saat ini perlahan-lahan telah menggantikan posisi
Tuhan dalam prioritas kita?? Apakah Doa masih sesuatu yang penting untuk kita
kerjakan dalam hari-hari kita?? Apakah Tuhan masih menjadi pribadi yang campur
tangan dalam hidup kita.?? Sesungguhnya Dialah yang memberikan pekerjaan,
berkat-berkat bahkan seluruh kehidupan kita. Masihkah semua itu kita pusatkan
hanya untuk kemuliaan-Nya.?? Masihkah kita mengakui bahwa doa memiliki kuasa
yang dapat memberkati kita??
Teladan
Daud (1 Tawarikh 17 : 16-27)
Mari kita
melihat doa seorang tokoh Israel yang sangat terkenal yaitu Daud (1 Tawarikh 17
: 16-27). Doa yang sungguh-sungguh berpusat kepada Allah, doa yang menunjukkan
pengenalan yang mendalam akan kasih Allah kepadanya. Doa yang penuh iman bahwa
Allah akan menepati janji-janji-Nya. Daud bersyukur atas apa yang diperbuat
Allah dalam hidupnya, dan untuk umat Israel. Kemuliaan, kemakmuran, kejayaan
yang dinikmatinya dalam pemerintahan saat itu disadari hanyalah karena
kemurahan Allah, dan dikembalikan untuk kemuliaan Allah. Daud adalah raja yang
diurapi Allah, raja yang mengalami perjalanan panjang sebelum akhirnya menjadi
penguasa. Seorang yang merendahkan diri dihadapan Allah dalam dan menyerahkan
sepenuhnya hidup dan kekuasaannya untuk kemuliaan Tuhan. Jika kita melihat
pujian-pujian yang ditulisnya dalam kitab Mazmur, jelas kita melihat bagaiamana
pengenalannya akan Allah dan dirinya sendiri. Daud adalah raja yang bergantung
penuh kepada Allah, dan menyerahkan diri penuh pada kehendak Tuhan. Sekalipun
dia telah menduduki kekuasaan sebagai raja, namun ia tidak lupa akan Allah yang
memberikan semua itu, bagaimana dengan kita.??.
Doa
bukanlah
-
Mengemis dengan
keengganan kepada Tuhan
Banyak
doa yang terlihat seperti orang yang mengemis dengan keengganan kepada Tuhan
untuk bertindak. Mereka tahu Tuhan dapat bekerja, tapi ragu bahwa Dia akan
bekerja karena mereka merasa diri tidak layak. Allah telah menjadikan kita
sebagai anak-Nya (Yoh 1:12)
-
Memberi tahu Tuhan
masalah kita
Banyak
orang Kristen yang berdoa kepada Tuhan ketika ada dalam pergumulan. Berdoa
hanya ketika ada masalah, doa terasa sangat khusuk disampaikan kepada Tuhan,
namun ketika keadaan baik-baik saja, Tuhan tidak diingat.
-
Memperlihatkan kepada
orang lain hubungan kita dengan Tuhan
Beberapa
doa nampak seperti mereka berdoa untuk memperlihatkan kepada orang lain betapa
dalamnya hubungan orang itu dengan Tuhan. Berdoa dengan sikap, nada suara, gaya
bahasa yang seolah olah menunjukkan betapa dekatnya orang itu dengan Tuhan.
Daud masuk ke dalam untuk berdoa kepada Tuhan (1Taw 17:16)
Doa
adalah
-
Berbicara kepada Tuhan
Doa
adalah bentuk paling sederhana dalam kehidupan Kekristenan. Berbicara kepada
Tuhan. Dapat berupa pemercaya dengan iman seperti anak kecil membisikkan nama
Bapa dari lubuk hati mereka.
-
Meminta atau Membuat
Permintaan
Doa
ialah meminta Tuhan untuk berkat yang diperlukan, atau mengekspresikan
kerinduan kita. Meminta tidak sama dengan menuntut, kita meminta sebagai anak
kepada Bapa.
-
Berdoa Syafaat
Doa
berarti bersyafaat bagi orang lain. Daud tidak hanya berdoa bagi dirinya
sendiri, tetapi juga untuk keturunannya dan seluruh bangsa Israel. (Mazmur 85)
-
Tindakan Penyembahan
Daud
dalam doa-doanya menunjukkan pengormatan yang mendalam kepada Allah. Memuliakan Allah dalam
doa-doanya atas perbuatan-perbuatan Allah (Mazmur 95)
-
Bersekutu dengan Tuhan
Daud adalah tokoh doa dari keturunan Israel yang
patut diteladani. Daud berdoa kepada Tuhan bukan hanya meminta atau memohon
berkat, tetapi senantiasa menjaga kedekatan dengan Allah. (Mazmur 63, 84)
-
Daftar yang Tidak Ada
Putusnya
Tuhan
kita adalah Tuhan yang tidak pernah kehabisan variasi. Cara kita berdoa pun
harus tak berhenti. Mazmur adalah buku yang mengagumkan tentang doa dan
berbicara tentang doa seperti berseru kepada Tuhan, memanggil Tuhan, menantikan
Tuhan, dan mengangkat tangan kepada Tuhan. Ada doa yang bersepakat, iman,
kelepasan, peperangan, otoritas, dan banyak lagi. Setiap doa yang jujur
berkenan di hadapanNya.
Allah
menghendaki kita untuk setia berdoa kepada-Nya dalam segala keadaan kita, dalam
susah, senang, kelelahan, putus asa, perjalanan, mau tidur, bangun pagi,
berangkat kerja. Seperti harapan Allah kepada umat Israel, seperti Daud yang
setia melakukannya. Tetaplah berdoa.
|
ayo senyum ^^ |
|
Keakraban Koordinasi 2012 |