Disaat pendosa yang benar menggayung
kedustaan, roda pendulum akan mengayuh kehidupannya. Mendulang kebohongan untuk
suatu hal yang tak lagi benar. Seakan hati bicara saat pikiran tak lagi
selaras. Mengusap kejujuran menoreh kelicikan. Mengumbar kemunafikan yang tak
lagi dihiraukan. Matapun berbinar, badanpun gemetar. Seiring aliran darah
melaju deras membanjiri otak akan dosa yang tak lagi dipungkiri.
Kehidupan sang pendusta tak lagi tepat ketika menepis
segala kebenaran dalam kehidupan. Menguak segala cerita yang bukan menjadi
semestinya. Mengadopsi kelicikan untuk sebuah kebenaran yang seharusnya.
Akankah kehidupan dijalani dengan sebuah tirani dusta dan kebohongan? Dan
akankah hati dan pikiran tergerus akan keniscayaan kebenaran dan kejujuran?
Hanya manusia dari makhluk sempurna ciptaan-Nya yang bisa menjalani
keseimbangan polemik nurani dan akal sehat dalam kehidupan ini.
Pikiran dan perasaan merupakan kekuatan yang paling
kuat yang dialami dalam diri ketika kita berbohong. Di bawah kekuatan perasaan
dan pikiran, maka manusia dapat melakukan tindakan sang pendusta untuk
memperoleh kelicikannya. Pembohong dan pendusta itu sendiri dapat didefinisikan
sebagai upaya penyaluran cerdas akan kekuasaan perasaan dan pikiran manusia.
Dan menjadi catatan ketika dunia batin bahkan satu individu dapat merusak
malapetaka pada setiap situasi sosial karena mengadopsi cerita yang bukan
semestinya dan mengutarakan kebenaran yang seharusnya. Secara psikologis,
ketidakjujuran dan kemunafikan merupakan bentuk usaha pengendalian manusia dari
luar perasaan dan pikiran yang selaras sehingga melonjak untuk secara bebas
mendulang kebohongan, mengusap kejujuran, menoreh kelicikan dan mengumbar
kemunafikan bahkan mengunduh dosapun dihiraukan.
Bisa dikatakan bahwa nalar pikiran adalah bahan bakar
yang mendorong serta memotivasi sehingga membantu mengarahkan, memperbaiki,
melihat, menembus, dan menantang perasaan serta emosi untuk menjadi pendusta.
Pikiran juga bisa membantu memutuskan apa perasaan dan emosi bisa menjadi
sangat berarti ketika semua menjadi hal terbaik yang harus diungkapkan untuk
sebuah kejujuran akan kebenaran. Jadi pengelolaan pikiran dan perasaan
sangatlah penting sehingga kita tidak menjadi seorang pembohong. Risalah hati
dan pikiran ketika hendak melakukan apapun dalam kehidupan. Selami jiwa dan
hakekat kehidupan ketika ingin mengutarakan segala cerita yang menjadi
semestinya dan mengadopsi kejujuran akan sebuah kebenaran yang seharusnya.
Perasaan murni merupakan ekspresi dari apa yang terjadi sekarang dan pada saat
kesadaran anda timbul. Mereka adalah sesuatu dalam diri yang anda merasa sadar
dan mengekspresikan tanpa malu atau saling silang antara hambatan, pembatasan,
kekangan, larangan serta embargo (inhibisi) untuk melakukan kebohongan untuk
kemunafikan atau kejujuran akan kebenaran. Disini terlihat bahwa aspek kunci
dari perasaan adalah bahwa mereka bisa menyatakan pada saat perasaan yang
sebenarnya terjadi.
Dan bagaimana mendekati dan mengelola semesta
sangatlah penting untuk perasaan dan pikiran sebuah kejujuran akan kebenaran.
Sebagaimana dilihat ada perbedaan besar antara perasaan dan pikiran dengan
pendekatan untuk manajemen emosional dan kontrol. Dan akan terlihat bahwa saat
mencoba mengendalikan perasaan (bukan emosi), maka yang terjadi akan mengubah
perasaan itu menjadi emosi yang menciptakan lebih banyak ketidakjujuran,
kemunafikan, dusta dan konflik batin sehingga menjadi beban akan dosa yang
ditanggungnya. Petunjuk yang salah arah untuk total kontrol telah menahan hati
dengan segala hawa nafsu serta sistem bimbingan super cerdasnya sehingga
meledak dan tak terkendali akan kebohongan yang diutarakan. Seorang penulis
menulis tentang ini dan berkata Saya gagal untuk memahami bagaimana bisa
mengontrol apa yang terjadi ketika pikiran dan perasaan adalah bukan sesuatu
yang dapat menghidupkan dan atau mematikan dengan jentikan satu kelingking jari
akan kebohongan akan kebenaran atau kejujuran akan kemunafikan?.
Dalam pertanyaan tersebut akan terlihat bagaimana
semesta secara internal maupun eksternal merupakan salah satu perubahan konstan
yang harus dialami dan dirasakan bahwa sang pendusta tak lagi tepat ketika
menepis segala kejujuran akan kebenaran. Cepat atau lambat, semesta akan
mempengaruhi perubahan kebohongan akan kemunafikan. Dengan tindakan mengamati,
maka semesta akan pahami apa yang sedang terjadi untuk menguak segala cerita
yang semestinya dan mengucilkan kelicikan untuk sebuah kebenaran yang
seharusnya. Itu hal cerdas dari semesta untuk dicermati dan dipahami. Renungkan
coretan semesta untuk kejujuran akan kebenaran berikut;
“Janganlah kau usik diamnya sang lembayung di bibir
senja.
Dan jangan kau hancurkan kabut tipis di kaki lembah.
Dan bila kau tak mampu untuk merajutnya.
Tak usah coba kau uraikan sang fajar pagi.
Dan biarkan embun mengalir mengiringi indahnya kehidupan”
Kejujuran dalam sebuah langkah kehidupan sangatlah
berarti walau terkesan tipis akan kemunafikan untuk sebuah kepentingan
pembenaran. Semua akan kembali pada diri, ketika apa yang dilakukan tidak
selaras dengan pikiran dan perasaan. Alangkah nistanya hidup ketika mendulang
kebohongan, mengusap kejujuran, menoreh kelicikan dan mengumbar kemunafikan.
Jujurlah akan kebenaran maka akan diselamatkan, jujurlah akan kebenaran maka
akan dimuliakan, jujurlah akan kebenaran maka ketulusan dan keihklasan mengiringi,
jujurlah akan kebenaran maka berkah dan rejeki mengikuti, jujurlah akan
kebenaran maka Sang Maha Kuasa menyertai dan Kejujuran akan kebenaran akan tiba
dan indah pada waktunya.