RENUNGAN
MATI UNTUK MENGHASILKAN BANYAK BUAH
Bilangan 32, 23 Maret 2024
Dalam
setiap biji gandum terkandung suatu potensi untuk bertumbuh, menjadi matang dan
menghasilkan buah. Akan tetapi agar dapat bertumbuh, biji gandum itu
pertama-tama harus ditanam/jatuh ke dalam tanah dan menjadi mati, artinya
menyerahkan dirinya untuk perubahan selanjutnya. Hanya dengan begitu biji
gandum itu dapat menghasilkan kehidupan. Proses kematian dan perubahan sangat
diperlukan sebelum sesuatu yang baru dan hidup dapat muncul. Saat benih mati
maka benih itu akan mengeluarkan akar, bertunas dan bertumbuh menjadi sesuatu
pohon yang menghasilkan buah berlipat kali ganda.
Ketika Tuhan Yesus memberikan pernyataan
ini, ia sedang berbicara tentang kematianNya sebagai suatu permulaan dan bukan
sebagai tragedy. Dia sedang mengajarkan kepada murid-muridNya, bahwa jalan
mencapai keberhasilan adalah melalui penderitaan dan kematian. Kematian Yesus
bukanlah kematian yang mengakhiri kehidupan; namun kematianNyalah yang
mengakhiri penyebab kematian, yang menghancurkan dosa, yang menghancurkan
pemberontakan, yang menghancurkan setan dan kuasa kematian. Yesus mati sebagai
Juruselamat kita untuk menghancurkan setan dan kuasa kematian. Yesus mati
sebagai Juruselamat kita untuk menghancurkan kuasa dosa : “Dia yang tidak
mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah (2 Korintus 5:21)”.
Demikian juga dalam kehidupan kita, diri
kita juga dituntut untuk “mati” terhadap dosa, terhadap keegoisan, terhadap
sifat kedagingan yang lama, dan bangkit kembali dengan hati yang baru dan roh
yang benar, kita harus menjalani hidup yang baru dengan motif-motif baru yang datang
dari Yesus. Didalam kehidupan yang baru kita berusaha sungguh-sungguh untuk
melepaskan keinginan-keinginan materi dan duniawi serta mengendalikan
keinginan-keinginan tersebut agar tidak menghalangi hubungan kita dengan Tuhan.
Kristus adalah teladan yang dengan rela mengosongkan diriNya dan menjadi
manusia serta hamba untuk melayani umat manusia. Dengan mati terhadap diri
sendiri maka kita akan hidup untuk menjadi berkat bagi sesama dan kita
memuliakan Allah.
Ketika kita dipersatukan melalui iman
dengan Yesus, maka kehidupanNya, kasihNya, kemenanganNya direproduksi di dalam
kita melalui Roh yang berdiam di dalam diri kita. “Namun kita hidup, tetapi
bukan lagi kita yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam kita. Dan hidup
yang kita jalani sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak
Allah yang telah mengasihi dan menyerahkan diriNya untuk kita. (Galatia 2:20).
(RSN)
Questions
:
1. Apa
yang ingin Yesus nyatakan melalui perumpamaan biji gandum yang jatuh ke dalam
tanah dan mati ?
2. Bagaimana
hidup kita setelah “mati” terhadap dosa ?
Values
:
Setiap
kita dituntut untuk “mati” terhadap dosa, terhadap keegoisan, terhadap sifat
kedagingan yang lama, dan bangkit kembali dengan hati yang baru dan roh yang
benar.
“Aku berkata kepadamu : Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke
dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah (Yohanes 12:24)”
Kematian
Yesus bukanlah kematian yang mengakhiri kehidupan, justru kematianNyalah yang
mengakhiri penyebab kematian.