HAMBATAN IMPLEMENTASI TQM DI
INDONESIA
Hasil analisis implementasi TQM di Indonesia
menunjukkan ketidak sempurnaan implementasi TQM dan kurangnya infrastruktur
yang mendukung implementasi TQM. Secara umum, terdapat beberapa factor penyebab
yang memungkinkan keadaan tersebut yaitu sbb:
1. Kurangnya komitmen manajemen
puncak.
2. Kurangnya dukungan infrastruktur
untuk implementtasi TQM.
3. Partial quality management
4. Kurangnya pengetahuan tentang
kkosep TQM yang akan mempersulit karyawan untuk menerima dan menerapkan kosep
TQM.
5. Budaya organisasi kurang mendukung
implementasi TQM, dimana belum sepenuhnya berfokus pada kepuasan pelanggan.
Kualitas total (Total Quality/TQ) sangat terkait dengan teori
manajemen (Management Theory/MT).
Kualitas total (TQ) merupakan pendekatan bagi manajemen yang mengembangkan
fokus terbatas pada pengendalian proses 11 statistik yang meliputi berbagai
macam metode perilaku dan teknologi untuk meningkatkan kinerja organisasi.
Sedangkan Teori manajemen (MT) adalah merupakan multidisipliner akademi yang
mendasar, yang berhubungan dengan kontroversial dalam praktek nyata. Dimana
teori manajemen ini dapat mendukung peningkatan TQ, karena dari identifikasi
yang dilakukan tersebut menemukan kesamaan area antara TQ dan MT (Dean and
Bowen, 1994).
Kualitas merupakan topik yang hangat didunia bisnis dan akademik. Faktor
utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan adalah kualitas barang dan jasa
yang dihasilkan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang
sesuai dengan apa yang diinginkan konsumennya. Keinginan konsumen terhadap
suatu jenis produk atau jasa adalah berbeda-beda, sehingga pengertian kualitas
yang diberikan para ahli, juga adalah berbeda-beda, tergantung dari sudut
pandang masing-masing. Proses perencanaan kualitas melibatkan partisipasi para
pelanggan yaitu pelanggan internal dan planggan eksternal perusahaan, kemudian
menentukan kebutuhan apa yang diinginkan pelanggan, menginginkan produk yang
memiliki karakteristik lebih cepat (faster), murah ( cheaper), dan lebih baik
(better). Menyusun sasaran kualitas dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan
pemasok sehingga dapat meminimalkan biaya, mengembangkan proses yang dapat
menghasilkan produk yang sesuai dengan karakteristik tertentu serta memperbaiki
atau meningkatkan kemampuan proses.
Kinerja operasional yang diproksikan dengan dua hal yaitu cost, delivery and flexibility quality sebagai indikator permasalahan yang dihadapi
oleh pelanggan akan meningkat jika perusahaan mempunyai sarana inti yang
memadai dan tepat untuk bisa menangkap permasalahan tersebut. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa jika perusahaan memilih sarana inti yang tepat untuk dipakai
dalam menilai kualitas dan mengevaluasi kinerjanya maka akan semakin
meningkat pula kinerja operasional perusahaan.
TQM merupakan transformasi
budaya yang didorong oleh definisi ulang (reengineering) terhadap peranan
manajemen. Pihak manajemen harus mebubah dirinya terlebih dahulu, baik aspek
nilai, keyakinan, asumsi, maupun cara mereka menjalankan bisnis. Peranan
merupakan tanggung jawab, perilaku, atau prestasi kinerja yang diharapkan dari
seseorang yang memiliki posisi khusus (Bounds, et al, 1994:1334). Selain
melaksanakan kepemimpinan yang diharapkan dapat memotivasi dan mengarahkan para
karyawan untuk mencapai tujuan organisasi, manajemen puncak juga bertanggung
jawab dalam mengatasi setiap penolakan terhadap perubahan ke arah manajemen
baru. Dalam mengatasi penolakan terhadap perubahan tersebut, manajer puncak
dapat menggunakan salah satu strategi berikut:
- Pendidikan dan Komunikasi
- Partisipasi dan Keterlibatan
- Fasilitas dan Dukungan
- Negosiasi dan Kesepakatan
- Manipulasi dan Cooptation
- Paksana Secara Eksplisit dan Implisit
Keunggulan organisasi yang sudah menerapkan manajemen kualitas adalah dapat
melakukan pengembangan konsep kualitas dengan pendekatan secara menyeluruh.
Dimana konsep yang sering dipakai adalah
Total Quality Management (TQM), pelanggan bukan saja pembeli tetapi
diartikan sebagai proses berikutnya yaitu pihak yang menentukan persyaratan dan
mendambakan kepuasan. TQM juga menekankan pada aspek operasional guna
meningkatkan perbaikan kualitas. Secara ringkas dalam konsep TQM terkandung
lima program pokok yang saling terkait yaitu:
- Fokus pada
pelanggan
- Perbaikan terus-menerus
- Pengembangan sistem
- Partisipasi secara penuh, dan
- Pengukuran kinerja
TQM tidak hanya memenuhi keperluan-keperluan
pelanggan namun juga menyediakan kepuasan mereka. Beberapa perusahaan memiliki
kepuasan pelanggan yang luar biasa misi perusahaan mereka. Pemasar harus tentu
saja, tidak hanya mengerti keperluan-keperluan pelanggan secara utuh, namun
juga kemampuan mereka untuk memenuhi keinginan-keinginan pelanggan. Dalam
organisasi, dan antara pelanggan dan pemasok, transfer informasi berkaitan
dengan kebutuhan ini seringkali sangat rendah atau tidak ada sama sekali.
Karena itu pengkajian yang berlanjut dari keperluan tersebut dan kemampuan
untuk memenuhinya adalah harga memelihara kualitas. Sebenarnya filosofi TQM
terletak pada menggunakan dasar pengetahuan sebagai aset organisasi. Setiap
orang termasuk top manajemen perlu dididik dan dilatih untuk mengerjakan
tugasnya dengan lebih baik.
Saat ini beberapa perusahaan sedang
mengembangkan sistem-sistem kualitas mereka dengan tujuan:
- Mengurangi kegagalan di waktu
pertama / sedini mungkin
- Mengurangi biaya-biaya klaim
pelanggan
- Getting things right the first
time, dan
- Memperbaiki jasa pada pelanggan
dan untuk meningkatkan daya kompetisi mereka
Sebenarnya TQM mendatangkan aplikasi
teknik-teknik manajemen, metoda-metoda kuantitatif, dan sumberdaya manusia
untuk memperbaiki jasa-jasa material yang dipasok pada organisasi, semua
proses-proses dalam organisasi, dan tingkatan dimana keperluan-keperluan
pelanggannya dipenuhi, sekarang dan masa depan. Sebenarnya manajemen kualitas
menyediakan keseluruhan filosofi yang menekankan pada perspektif sistematis,
terintegrasi, konsisten, diseluruh organisasi melibatkan segala sesuatunya dan
setiap orang dan berfokus terutama pada kepuasan pelanggan internal dan eksternal,
mengusahakan perbaikan terus-menerus di semua sistem dan proses dalam waktu
yang sama. Manajemen kualitas menekankan pada biaya siklus hidup yang optimal
dan penerapan metodologi manajemen menuju perbaikan-perbaikan target.
Elemen-elemen penting dari filosofi ini adalah
pencegahan kecacatan dan penekanan pada kualitas rancangan. Karena itu
tujuan utama TQM meliputi penghilangan kerugian dan pengurangan variabilitas.
Ini juga menekankan pada pengembangan hubungan antara pelanggan, pemasok, dan
karyawan.
TQM memperkenalkan pengembangan proses, produk dan
pelayanan sebuah organisasi secara sistematik dan berkesinambungan. Pendekatan
ini berusaha untuk melibatkan semua pihak terkait dan memastikan bahwa
pengalaman dan ide-ide mereka memiliki sumbangan dalam pengembangan mutu. Ada
beberapa prinsip-prinsip fundamental yang mendasari pendekatan semacam itu,
seperti mempromosikan lingkungan yang berfokus pada mutu, dimana terdapat
komunikasi terbuka dan rasa kepemilikan pegawai, sistem penghargaan dan
pengakuan; pelatihan dan pendidikan terus menerus, dan pemberdayaan pegawai.
Banyak perusahaan
terkemuka dan perusahaan milik negara telah mengadopsi TQM sebagai bagian dari strategi mereka untuk kompetitif baik di
tingkat nasional mupun internasional. Tetapi TQM kurang begitu dikenal di sektor publik. Namun kini keadaan
sudah berubah, faktor-faktor yang mendorong sektor swasta untuk beradaptasi
dengan konsep ini, juga memiliki dampak terhadap cara pemerintah menyediakan
pelayanan. Indonesia kini berada dalam periode transisi, dari gaya pemerintahan
otoriter yang sangat sentralistik menuju ke gaya pemerintahan bottom-up yang
desentralistik, dimana pemerintah daerah berada dalam proses menerima otonomi
daerah. Masa transisi ini berlangsung dalam masa krisis ekonomi dan
restrukturasi yang memaksa pemerintah untuk mengeksplorasi model-model
pengadaan pelayanan alternatif. Sebenarnya, UU No. 22 1999 (mencakup
kepemerintahan daerah) memiliki potensi untuk mentransformasi cara
pemberian pelayanan oleh pemerintah secara dramatis. UU ini bertujuan untuk
memberdayakan pemerintah daerah, menguatkan masyarakat lokal dan meningkatkan
kualitas pelayanan publik. Dalam konteks inilah terdapat peluang yang berharga
untuk memperkenalkan dan melaksanakan TQM.
TQM yang baik harus memiliki karakteristik
berikut: kepemimpinan; kepuasan pelanggan total; keterlibatan total; pencegahan
error; komitmen; perbaikan terus-menerus; pelatihan dan pendidikan; penghargaan
dan pengakuan; dan kerjasama dan tim kerja. Terdapat kesesuaian pendapat di kalangan
para ahli bahwa komitmen manajemen, pelatihan, kerja tim, kepemimpinan,
motivasi, dst; masing-masing memiliki peran vital dan komplementer untuk
membangun lingkungan kualitas total. Kontribusi terpenting dalam menciptakan
lingkungan kualitas total adalah mengenali kebutuhan bagi program-program
perbaikan terus-menerus menggunakan perangkat dan teknik-teknik SPC
(Statistical Process Control).
Sebuah
perusahaan dikatakan berhasil, apabila Manajemen Tradisional yang berdasarkan
pada manajer dapat mengendalikan mutu atau kualitas produk, baik dari segi
tenaga kerja, waktu, biaya operasional, serta struktur organisasinya. Untuk
meningkatkan kinerja, diperlukan suatu perbaikan yang didasarkan pada
restrukturisasi yang mengutamakan kualitas produk, sehingga perusahaan tersebut
dapat sukses. Di dalam sebuah manajemen tradisional peran manajer sangat
dibutuhkan, baik dalam membuat keputusan maupun pengaturan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar