ANAK
ALLAH, BUKAN BUDAK
Roma 8:1-17 (Tgl 8 November 2022,
Selasa)
Pembaca
surat Roma pada saat itu sangat paham akan dunia perbudakan. Mereka mengerti
betapa susah dan menderitanya hidup sebagai budak. Tidak ada masa depan, tidak
ada kemerdekaan, dan hidup dalam keterbatasan serta ketakutan. Itu sebabnya
disini kata perbudakan dipakai oleh Rasul Paulus untuk menjelaskan bahwa roh
yang didalam kita bukanlah roh perbudakan, melainkan Roh yang menjadikan kita
anak Allah, Roh yang memperbaharui hubungan kita dengan Bapa. Sayangnya, tidak
sedikit orang percaya yang bukannya menikmati hubungan yang baru dengan Bapa,
tetapi justru merasa bangga hidup di bawah kuk perhambaan/perbudakan.
Mereka
diperhamba oleh keterlambatan. Lihat saja orang yang setiap Minggu selalu terlambat
ke gereja dan bukannya merasa malu, tetapi justru bangga dan duduk di baris
depan lagi. Diperhamba oleh ketidakseriusan, diperhamba oleh kebohongan,
diperhamba oleh ketakutan/kekuatiran, diperhamba oleh media sosial, dan masih
panjang lagi daftar yang Anda dan saya bisa tambahkan.
Murid-murid
Kristus penuh dengan ketakutan setelah guru mereka disalibkan, namun pencurahan
Roh Kudus memulihkan mereka kembali sehingga Petrus dan murid-murid lain
menginjil dan melayani dengan berani. Jangan biarkan diri kita hidup di bawah
belenggu perbudakan apapun. Hargai dan nikmati status kita sebagai anakNya.
Status
sebagai anak Allah bukan sekedar bicara tentang hak, tetapi tentang tanggung
jawab. Anak kecil hanya menuntuk hak, tetapi orang dewasa mengerti tanggung
jawab. “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah , adalah anak Allah (Roma 8:14)”.
(V)
“Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat
kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu
anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru : “ya Abba, ya Bapa (Roma 8:15)”.
Semua orang yang dipimpin Roh
Allah adalah anak Allah (Roma 8:14)