GOD’S SILENCE
Matius 19:16-30 , 21 Maret 2025
Seringkali kita berdoa dan berseru-seru kepada Tuhan, tetapi tidak ada perubahan yang terjadi, bahkan terkadang keadaan justru seolah semakin memburuk. Kita mulai mempertanyakan kasih dan kepeduliaan Tuhan atas hidup kita. Mengapa Tuhan hanya berdiam diri ? Mengapa Dia tidak terusik oleh jerit dan tangis kita ? Tuhan, dimanakah Engkau ? Mengapa Tuhan seolah-olah tidak menjawab doa kita ? Yang kita alami justru adalah “God’s Silence”, keheningan Tuhan, suatu keadaan dimana kita merasa seperti ditinggalkanNya. Hal ini pula yang dialami Yesus, ketika Ia harus menggenapi panggilan untuk penebusan manusia dikayu salib, Ia berseru, ‘Eli, Eli, mala sabakhtani ? Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ?”
Saat tergelap dan terberat dalam perjalanan kekristenan kita adalah ketika kita mengalami “God’s Silence,” dimana seolah doa-doa kita tidak mencapai surga. Namun, kita harus tetap mempercayaiNya di tengah kebisuanNya.
Seorang perempuan Kanaan berseru-seru meminta pertolongan kepada Tuhan karena anaknya kerasukan setan dan sangat menderita, tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya (Matius 15:22-23). Teriakan yang tidak dijawab oleh Yesus tidak membuat perempuan Kanaan itu muncur, tetapi justru mendorongnya untuk semakin mendekat. Ia mengubah teriakan kepedihan hatinya menjadi sebuah penyembahan kepada Yesus. Saat itulah Yesus mulai berpaling kepadanya dan berkata, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing (ayat 26)”. Perempuan Kanaan itu menjawab dengan pernyataan iman, “Benar, Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya (ayat 27).”
Seekor anjing tidak akan beranjak dari kaki tuannya sebelum tuannya melemparkan sisa makanan untuknya ! Perempuan Kanaan itu menempatkan dirinya seperti anjing yang tak berhenti berseru sampai ia mendapatkan belas kasihan Yesus dan menerima jawaban atas doanya. Lalu Yesus memuji imannya, “Hai ibu, besar imanmu.” Tuhan tidak berbicara tentang kuantitas iman, melainkan kualitas iman. Dengan kata lain, ibu ini telah berhasil melewati kebimbangan dan mengalahkan segala rintangan untuk tetap fokus pada Tuhan dan kuasaNya.
“Kebisuan” Tuhan mungkin menjadi perjalanan terberat, tetapi juga merupakan tapak emas dalam perjalanan iman kita. Jika kita mampu melewati “saat-saat seolah ditinggalkan Tuhan” dengan tetap mengarahkan mata iman kita kepadaNya, maka kita akan melihat kemuliaanNya bersinar jauh lebih terang dibandingkan kegelapan yang telah kita lalui. (AU)
Questions :
1. Apakah Anda pernah mengalami “God’s silence” ? Lalu apa yang Anda lakukan ?
2. Bagaimana sikap Anda jika Anda mendapat perlakuan seperti perempuan Kanaan yang dikatakan anjing ?
Values :
Percayalah, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan sedetikpun umatNya dalam kondisi apapun, yang perlu kita lakukan hanya terus menyembah dan mempercayaiNya.
“Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru : “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-muridNya datang dan meminta kepadaNya : “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak (Matius 15:22-23)”
Kebisuan Tuhan mungkin menjadi perjalanan terberat, tetapi juga merupakan tapak emas dalam perjalanan iman kita.