JANGAN TERBURU-BURU
Yesaya 3-6 , 13 Desember 2024
Motor tua saya sempat terhenti cukup lama ditengah lalu lintas yang semakin padat, namun syukurlah saya teringat pesan hamba Tuhan beberapa minggu yang lalu bahwa ketika kita berada ditengah kemacetan lalu lintas, tetaplah bersyukur karena hal tersebut merupakan salah satu pertanda kota kita masih tetap menunjukkan kemakmuran dengan semakin banyaknya kendaraan berlalu lalang di jalan. Karena itu saya mulai menyenandungkan potongan lagu, “Waktu Tuhan pasti yang terbaik”, sebagai upaya untuk tetap mengucap syukur sampai saya melihat tulisan di bagian belakang sebuah mobil yang menginspirasi berbunyi “Run Your Car, Not Your Mouth”. Apa pula maksudnya ?
Yang kita jalankan itu pastinya kendaraan kita, bukannya mulut yang seringkali terlalu cepat berkomentar dan terburu-buru menghakimi, serta menilai sesuatu atau orang lain tanpa memperhatikan instrumen penilaiannya apakah cara menilai dan sumber informasi yang diperoleh cukup valid dan reliable. Pola pikir apriori terbentuk ketika seseorang cenderung bertindak menurut asumsi, label atau kata orang, lalu mengambil kesimpulan sebelum memiliki pengalaman nyata atau bukti empiris; sementara Firman Tuhan menyuruh kita untuk menguji segala sesuatu dan memegang yang baik (1 Tesalonika 5:21).
Mengedepankan budaya Kerajaan dimulai dengan perubahan pola pikir orang percaya lewat menyadari betapa pentingnya berpikir ulang sebelum berbicara dan bertindak, karena ucapan yang terburu-buru tanpa pertimbangan berpotensi menimbulkan konflik, kesalahpahaman dan bahkan kerusakan hubungan. Para pemimpin pun perlu semakin bijak dalam perkataannya ketika mengambil keputusan dengan melakukan verifikasi informasi yang diperoleh, mengingat apa yang diputuskan amat berpengaruh bagi kehidupan pengikutnya. Musa terburu-buru dalam perkataan geramnya lalu memukul batu untuk mengeluarkan air (Bilangan 20:11), Yefta yang bernazar dan harus mempersembahkan putri tunggalnya sebagai korban bakaran (Hakim-Hakim 11:31), Petrus yang over confident bahwa ia tidak akan menyangkal Tuhan Yesus (Markus 14:29); Semuanya menunjukkan berbicara tanpa berpikir bisa mengakibatkan kesedihan dan penyesalan. Karena itu kita perlu menunjukkan warna budaya Kerajaan lewat pertolongan Roh Kudus agar menjadi semakin bijak, mampu berpikir sebelum berbicara, mempertimbangkan semua perkataan kita, serta mengasah keterampilan mendengarkan sebelum memberikan respon.
Kemacetan tampaknya sudah terurai, sambil sedikit menggumamkan lirik lagu, “Dia buka jalan saat tiada jalan”, saya berniat memacu kembali motor, namun kembali saya tertegun ketika melihat tulisan di pintu kiri sebuah truk yang berbunyi : “Jangan ngebut, maut tidak seindah musik dangdut”. Penggunaan aliterasi yang menarik dengan pesan yang membuat saya mengurangi kecepatan motor. Tuhan berbicara dengan banyak cara. (YL)
Questions :
1. Mengapa instrumen penilaian kita harus valid dan reliable sebelum menilai sesuatu atau seseorang ?
2. Bagaimana kita dapat mengedepankan budaya Kerajaan melalui cara berbicara ?
Values :
Ucapan yang terburu-buru berpotensi menimbulkan konflik dan kesalahpahaman.
“Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu biarlah perkataanmu sedikit (Pengkhotbah 5:2)”
Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah (Amsal 19:2)