*Rejoice*
[Bersukacita]
*Filipi 4:4,* _"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!"_
Secara umum semua orang pasti pernah dalam situasi yang buruk, barangkali sebahagian berada dalam penderitaan, yang lain berada di tengah perselisihan. Di tengah kondisi yang buruk, ada orang yang cenderung menyikapi keadaan tersebut dengan cara yang buruk. Ada yang menyalahkan orang lain/Tuhan, tidak menerima keadaan. Seseorang bisa saja menjadikan situasi yang buruk sebagai pembenaran atas sikapnya yang buruk. Namun teks yang ada mengajarkan sikap yang berbeda, yakni tidak boleh kalah dengan keadaan. Tentu respon kita tidak boleh ditentukan oleh keadaan, dan kuncinya adalah cara pandang (perspektif). Dimana situasi yang sama dapat dipandang secara berbeda melalui lensa yang berbeda pula. Maka yang paling perlu untuk diubah adalah cara pandang terhadap suatu keadaan. Seseorang yang terlalu ngotot mengubah keadaan justru sering akan kehilangan gambaran besar. Kondisi yang buruk tidak menghalangi Paulus untuk alasan memberikan sikap yang baik, dan kuncinya terletak pada perspektif teosentris, yang dapat ditemukan adanya kata _“Tuhan,” “Allah,”_ dan _Kristus Yesus”_ pada ayat 4, 5, 6, 7.
Jadi hanya perspektif di atas yang bisa memampukan Paulus untuk menyikapi semua keadaan tersebut dengan baik. Lalu sikap positif apa saja yang muncul dari cara pandang yang ada di atas. Sangat jelas ada nasihat untuk bersukacita yang muncul berkali-kali dalam surat ini (1:4, 18, 25; 2:17-18, 28-29; 4:10). Dan ada muncul dalam kalimat pernyataan, beberapa dalam kalimat perintah. Tetali hanya di 4:4 Paulus memberikan perintah ini sebanyak dua kali, _“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!”_ Jadi pengulangan tersebut jelas menyiratkan sebuah penegasan. Tentu barangkali banyak orang tidak mampu menemukan alasan untuk bersukacita di tengah situasi yang buruk, mereka perlu diberi dorongan serta alasan. Rasul sendiri Paulus dalam menulis kitab ini, dimana ia sedang dalam keadaan tidak baik, berada di dalam penjara. Lalu ia mengalami perlakuan yang tidak adil karena dijebloskan ke penjara tanpa ditemukan ada perbuatan kejahatan. Tentu bisa saja ia mempunyai alasan untuk kecewa, sedih, jengkel, protes atau marah, namun hal tersebut tidak dilakukannya, oleh sebab ia tahu bahwa ini merupakan konsekuensi yang harus diterima sebagai kesempatan untuk pemberita Injil. Paulus tegas menyatakan bahwa penderitaan tidak menghalanginya untuk terus melayani Tuhan, _"Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan"_ (Filipi 1:21).
Maka Rasul Paulus mengajarkan umat Tuhan untuk tetap bersukacita walaupun dalam penderitaan dan berjerih lelah dalam melayani. Lalu mengapa demikian? Dalam suatu penelitian dinyatakan, jika seseorang gampang marah, cemas, takut, tertekan, maka otaknya segera mengeluarkan noradrenalin, yakni hormon yang sangat beracun, yang dapat membuatnya mudah sakit dan cepat tua adanya. Namun sebaliknya, jika seseorang menghadapi segala sesuatu dengan sikap positif, maka otaknya akan mengeluarkan hormon betaendorfin, yang memperkuat daya tahan tubuh, menjaga sel otak tetap muda, melawan penuaan, menurunkan agresivitas dalam hubungannya dengan sesama, meningkatkan semangat, daya tahan dan kreativitas diri. Maka Tuhan tahu persis bagian mana dari diri manusia yang harus dikembangkan, sehingga Dia memerintahkan kita untuk selalu bersukacita di segala keadaan. Kita bersukacita sebab kita punya dasar yang kuat yaitu janji firman Tuhan, karena _"Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada Nya, bagi jiwa yang mencari Dia"_ (Ratapan 3:25). Mari kita jangan fokus pada besarnya masalah maupun situasi yang ada di sekeliling kita, melainkan arahkan mata kita kepada Tuhan, yang berjanji takkan membiarkan dan meninggalkan kita. Ingatlah, jaminan Tuhan inilah yang memampukan kita untuk tetap bersukacita di segala keadaan! Dalam suatu pernyataan dinyatakan, _"Tentu, setiap orang ingin merasakan sukacita. Tak ada orang yang ingin merasakan dukacita. Namun, sukacita merupakan sebuah keputusan, sebuah pilihan"._
*SEMANGAT PAGI & TETAP SEMANGAT*
Tentu, setiap orang ingin merasakan sukacita. Tak ada orang yang ingin merasakan dukacita. Namun, sukacita merupakan sebuah keputusan, sebuah pilihan.
BalasHapusbe the best version of you !
BalasHapus