“Segala sesuatu di dunia ini terjadi pada waktu yang
ditentukan oleh Allah. Ia menentukan waktu yang tepat untuk segala sesuatu. Ia
memberi kita keinginan untuk mengetahui hari depan, tetapi kita tak sanggup
mengerti perbuatan Allah dari awal sampai akhir.
”(Pkh 3:1, 11, BIS)
Visi
pribadi bukanlah keinginan pribadi atau
ambisi, tetapi pemberian Allah. Visi pribadi adalah suatu gambaran yang diberikan Allah dalam hati
seseorang mengenai hari depannya-apa
yang akan dilakukannya dan dicapainya. Visi pribadi kita itu
unik-artinya hanya kita pribadilahlah yang bisa melakukannya.
Panggilan adalah anugerah dan kemampuan/karunia
ilahi yang diberikan kepada kamu untuk mengerti, memahami dan melakukan suatu
perintah spesifik Allah dalam bumi ini. Panggilan berasal dari
Allah. Dalam Alkitab, Rasul Paulus sebenarnya tidak memiliki keinginan atau cita-cita
untuk menjadi rasul, tetapi Allah memanggil dia untuk menjadi rasul dan memberi
dia visi pribadinya. Panggilan Paulus didasarkan oleh kehendak Allah. Hal ini
bisa kamu ketahui dari beberapa isi salam dalam surat-suratnya kepada jemaat
gereja mula-mula.
Yang
perlu kita lakukan adalah mendapatkan visi itu dari Allah dan mengerjakannya.
Tujuan akhir kita sebagai orang benar bukanlah untuk masuk surga, tetapi Allah
mau mengerjakan sesuatu di bumi melalui kita. Allah mau kita melakukan
‘pekerjaan baik yang dipersiapkan Tuhan sebelumnya’ (Ef 2:10). Pekerjaan itu
harus dituntaskan oleh kita. Itulah alasan kenapa kita ada di muka bumi ini.
Kejadian diri kta tidak kebetulan. Allah punya rencana bagi kita. Visi pribadi
dapat terwujud jika kita hidup secara total berserah kepada Allah dalam
ketulusan dan ketaatan.
Panggilan
adalah suatu anugerah dimana Allah
berkenan mewahyukan setiap janjinya kepada seseorang dan Allah mau agar orang
tersebut melakukkan kehendaknya. Berikut ini 5 hal yang menerangkan
lebih jauh apa sebenarnya panggilan itu.
1.
Panggilan itu ada sebelum orang itu dilahirkan.
Allah
memanggil orang-orang pilihannya berdasarkan kehendak-Nya, bahkan sebelum
mereka dilahirkan. Ingatlah kejadian Esau dan Yakub. Esau ditolak, tetapi Yakub
dipilih, ini sudah ditetapkan sebelum mereka lahir. Tentang Esau dan Yakub
dikatakan:
“Sebab
waktu anak-anak itu belum lahir atau belum melakukan yang baik atau yang jahat,
supaya rencana Allah tentang pemilihannya diteguhkan, bukan berdasarkan
perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya.” (Rm 9:9-10)
2.
Panggilan didasarkan atas kasih karunia bukan pada perbuatan.
Panggilan
adalah kehendak mutlak Allah, tidak didasarkan pada perbuatan baik atau
jasa-jasa seseorang.
“Dialah
yang memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan
perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya,
yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan
zaman.” (2 Tim 1:9)
3.
Panggilan akan semakin jelas kalau hati nurani murni.
Panggilan
akan diperjelas secara bertahap kalau mata hatimu terang, artinya hati nuranimu
murni dan bersih sehingga kamu cepat mengerti akan kehendak Allah dalam
hidupmu.
“Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar
kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa
kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.”
(Ef 1:18)
4.
Panggilan akan mengubah corak kehidupanmu.
Panggilan
ilahi biasanya akan mengubah pandangan hidupmu, standar hidupmu, caramu
berbicara, gaya hidup dan pergaulanmu. Ingatlah kepada Paulus, kehidupannya
berbeda saat menerima panggilan Tuhan. Orang yang memiliki panggilan ilahi
dalam dirinya akan berpikir dan bekerja lebih keras daripada orang lain. Kamu
tidak akan sama seperti dulu dan kamu harus rela kehilangan hal-hal yang
baik demi hal-hal yang terbaik.
“Sebab
itu aku menasihatkan kamu, supaya
hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan
itu.” (Ef 4:1)
5.
Panggilan harus dijaga dan dikerjakan seumur hidup.
Orang
yang lari dari panggilannya akan mengalami kehidupan yang payah dan
terombang-ambing. Di Alkitab, diceritakan orang yang lari dari panggilannya,
yaitu Yunus. Yunus adalah manusia biasa sama seperti kita, sama-sama memiliki
kelemahan. Yunus lari dari panggilannya dan kehidupannya mulai susah dan ketika
dia berserah, Tuhan meluruskan kembali jalannya. Ingatlah you can run, but
you can’t hide. Kamu tidak bisa lari dari panggilan apapun alasannya. Kamu
harus mengerjakan panggilan sorgawi sampai mati dan memperjuangkan pekerjaan
Imanmu. Teruslah berusaha dengan sungguh-sungguh.
“Karena
itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu
melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.” (2 Pet 1:10)
Manfaat Kehidupan Yang Memiliki Tujuan Dan Visi
v Tujuan hidup atau visi kita akan menentukan apa yang harus kita kerjakan sebagai
misi dan apa yang tidak perlu kita kerjakan.
Tanpa tujuan yang jelas kita tidak memiliki dasar untuk pengambilan
keputusan-keputusan, membagi waktu dan menggunakan potensi kita. Kita akan
cenderung membuat pilihan-pilihan berdasarkan situasi, tekanan dan suasana hati
pada saat itu.
v Tujuan atau visi itu akan memusatkan usaha dan energi
pada hal yang penting, atau semua pikiran dan kemampuan dikerahkan untuk
mencapai tujuan itu. Seperti halnya kaca pembesar, sinar matahari bisa
difokuskan untuk membakar rumput atau kertas. Paulus dalam Fil 3:13 berkata:” Saudara-saudara, aku sendiri tidak
menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku
melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di
hadapanku”
v Dengan adanya tujuan atau visi, selalu menghasilkan
keinginan yang kuat atau Motivasi yang kuat. Sebaliknya keinginan yang kuat
memudar bila kita tidak mempunyai tujuan.
Prinsip Penting Tentang
Visi-Misi.
1. Visi-misi itu tidak datang dari
perjuangan kodrati manusia tetapi berasal dari Tuhan. Tuhan sendiri menjumpai
Nuh, Abraham, Musa, para nabi lain, lalu menyatakan visi-misi dari-Nya untuk
mereka terima sebagai penugasan dari Allah. Demikian juga dalam Perjanjian
Baru, Tuhan Yesus yang mencari, memanggil, mengikutsertakan para murid-Nya
dalam visi-misi yang Ia terima dari Bapa-Nya di surga. Maka, jika kita
benar-benar berhasrat memiliki visi-misi hidup yang berarti, carilah dan
mintalah dari Tuhan. Seperti doa Paulus, kita perlu merindukan Roh Penyataan
dari Allah untuk menyatakan kehendak-Nya bagi kita, keluarga, dan lembaga
dimana kita melayani.
2. Media melalui mana Roh Allah berbicara
kepada kita kini menyatakan visi-misi itu adalah teks Alkitab. Sepanjang sejarah
Kekristenan, orang Kristen telah mengakui bahwa Alkitab adalah penyataan dari
Allah tentang kehendak, rencana-Nya, termasuk tentang hal-hal yang kini kita
sebut sebagai visi-misi. Alkitab adalah catatan tentang berbagai tindakan dan
tindakan bicara Allah. Catatan ini selain diterima sebagai kanon bagi iman dan
tingkah laku, juga menjadi sarana Allah untuk bicara ulang dari zaman ke zaman
kepada umat-Nya. Maka, bertanya tentang visi-misi hidup dan pelayanan perlu
terkait dengan merenungkan Alkitab. Dalam Alkitab kita menemukan pemaparan
denyut hati Allah yang bergerak melahirkan visi-misi dalam berbagai zaman yang
berbeda. Dalam Alkitab kita menemukan hal-hal apa yang jadi fokus perhatian
Allah di dunia ini, yang juga harus menarik orang serta lembaga Kristen memberi
perhatian sebagai visi-misi kita. Bahkan lebih dari itu, Alkitab juga
memaparkan tentang berbagai prinsip ilahi bagaimana Allah dan hamba-hamba-Nya
mewujudkan visi-misi tersebut.
3. Jika teks Alkitab demikian normatif
bagi penemuan visi-misi kita, maka menafsirkan teks dengan tepat harus
merupakan pergumulan serius kita. Betapa sering orang Kristen atau berbagai
lembaga Kristen salah membaca atau salah menafsirkan teks Alkitab lalu
menjadikan tafsiran salah itu sebagai visi-misi hidup mereka. Misalnya,
janganlah kita menafsirkan teks Alkitab bagi visi-misi kehidupan perorangan
kita dalam perspektif individualistis atau materialistis. Visi-misi Allah bagi
kehidupan orang percaya adalah agar kita memiliki kehidupan yang berkelimpahan,
sukacita yang penuh, karena kita bertumbuh makin serasi ke arah Yesus Kristus.
Visi-misi Allah melibatkan perorangan untuk kepentingan terbentuknya umat. Maka
berkat, pimpinan, penyertaan kepada perorangan, Allah janjikan bukan sebagai
tujuan akhir tetapi sebagai bagian dari pembentukan suatu umat yang di dalamnya
Ia hadir dan memerintah dalam syalom. Jadi, berhentilah bervisi-misi
hidup yang individualistis dan materialistik. Itu pasti bukan dari Tuhan!
Bangunlah visi-misi yang menyebabkan makin nyatanya komunikas umat Allah di
tengah dunia ini, yaitu komunitas moral-spiritual yang mengambil wujud nyata
dalam keseharian.
4. Visi-misi Allah bermuara pada
pewujudan suatu umat ilahi, maka visi-misi kita harus kita kaitkan dalam
pengertian yang jeli akan konteks kita masa kini. Konteks kita adalah zaman
kita, manusia-manusia dengan berbagai manifestasi multi aspek seperti budaya,
ekologi, sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dlsb. Orang Kristen dan Gereja
ditempatkan Allah di tengah dunia agar menghadirkan karya penyelamatan Yesus
Kristus dan berbagai kaitannya. Maka visi-misi Kristen tentu saja menyangkut
visi-misi pewartaan Injil, sebab tanpa kesaksian akan hidup dan karya
penyelamatan yang telah Yesus wujudkan, bagaimana mungkin pewujudan masyarakat
syalom itu dapat terealisir. Namun kita tidak boleh berhenti hanya pada
visi-misi dalam arti sempit penginjilan secara lisan belaka. Syalom yang Tuhan
wujudnyatakan juga terjadi melalui kesaksian hidup dan karya nyata bernilai
Kristen.
Visi-Misi Kristen harus komprehensif,
sebab Allah menciptakan suatu dunia yang multi-dimensi. Visi-misi kita pun
perlu jeli melihat dunia ini dengan segala masalah dan prospeknya. Seperti
halnya bisa jadi kita salah tasfsir teks, bisa jadi juga kita salah tafsir
konteks. Betapa sering visi-misi kita sedemikian kerdil sebab dipengaruhi oleh
apa yang dalam penilaian kita tentang sikon konteks, kita anggap
mustahil Allah akan bekerja mengubahnya. Kita seperti sepuluh mata-mata Israel
yang takut dan melepas visi-misi ilahi karena salah tafsir konteks. Sebaliknya,
kita harus seperti Tuhan Yesus yang berani berkawan dengan orang-orang
tersingkir yang dibuang masyarakat seolah sampah, sebab melihat potensi karya
ilahi di dalam mereka. Kemampuan menafsir tepat terhadap konteks inilah (Yoh.
4.35) yang membuat seorang perempuan Samaria aib tanpa nama, berubah menjadi
saksi yang membawa seisi kampung percaya Yesus.
Akhir kata, dalam menggumuli apa
visi-misi hidup kita, keluarga kita, gereja kita, mari kita melihat jauh ke
depan yaitu ke target akhir Allah yaitu eskaton, ketika seluruh bumi
dipenuhi oleh keadilan, kebenaran, kemuliaan-Nya, dan Ia menjadi satu-satunya
Visi segenap ciptaan-Nya. Amin!
“Sesungguhnya
seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang,
demikianlah akan terlaksana”. Yesaya 14:24