DIKUATKAN
MENJADI SAKSINYA
Lukas
24:36-53, 29 Mei 2025
Santapan Harian
Bergumul
dalam kesedihan dan kesulitan kehidupan sering kali mengaburkan fokus hidup
kita. Tubuh dan pikiran serasa kelebihan muatan sehingga merasa kehidupan yang
dijalani suram tanpa pengharapan. Ketidakberdayaan begitu menyiksa. Sebagai umat
Allah, apa yang dapat kita lakukan ?
Perasaan tidak berdaya dirasakan oleh para
murid selepas kepergian Yesus. Kesedihan bahkan trauma menjadi perasaan
kolektif yang dirasakan para murid. Maka, saat kesaksian akan kebangkitan Yesus
mulai santer terdengar, mereka tidak kunjung percaya, bahkan seolah melupakan
apa yang telah diwartakan Sang Guru tentang kebangkitanNya. Meskipun Yesus
berdiri ditengah-tengah mereka, sebagian menganggap telah melihat hantu (Ayat
37).
Yesus merespons keragu-raguan tersebut
dengan menunjukkan bekas-bekas lukaNya, mempersilakan mereka menyentuh bekas
luka itu, bahkan meminta makan kepada para murid karena Ia lapar (Ayat 39-43). Luka
Sang Guru yang seharusnya menjadi pengingat akan kekejaman hukuman salib justru
diubah menjadi penanda atas kebangkitanNya yang membuahkan rasa aman dan
percaya. Dalam tindakanNya itu, seolah Kristus ingin berkata bahwa dalam
kebangkitanNya ada kuasa mengubah luka menjadi suka. Pengharapan tidak pernah
pergi dari kehidupan manusia.
Suasana muram dan penuh duka tiba-tiba
lenyap. Apalagi saat Yesus membukakan kepada para murid nubuatan yang selama
ini telah tercatat dengan baik dalam Kitab Suci (Ayat 45). Lalu, Yesus
menegaskan supaya mereka bersaksi. Ketika tiba saatnya Yesus naik ke surge,
bukan lagi kesedihan yang mengiringi, melainkan rasa syukur penuh sukacita yang
mendorong mereka melakukan perintah Sang Guru untuk bersaksi atas penyelamatan
Allah dalam kebangkitan Kristus.
Kiranya pesan Yesus kali ini dapat kembali
meneguhkan kita semua. Terkhusus bagi kita yang tengah dirundung duka dan
pergumulan berat. Jangan ragu akan kuasa pemulihanNya. Ia senantiasa hadir,
bahkan memampukan kita pulih dan bersaksi atas kebaikanNya. (WDN)
















