BERBAHAGIA ORANG BENAR
Matius 18:21-35 , 19 Maret 2025
Perhatikan baik-baik janji Allah bagi setiap orang benar, ia disebut berbahagia. Bukan akan bahagia, atau menjadi bahagia, melainkan ia adalah pembawa kebahagiaan bagi orang-orang disekitarnya. Mazmur 37 dengan gamblang menyatakan ada perbedaan antara orang benar dengan orang fasik. Kita bisa melihat bagaimana kehidupan orang benar, yang sangat berdampak bagi kehidupan orang-orang disekitarnya. Terkhusus dalam ayat perenungan kita hari ini, di dalam Mazmur 37:25-26, kita akan menilik bagaimana kehidupan orang benar yang disebut berbahagia.
Pertama, orang benar yang berbahagia, dari sejak masa mudanya sampai masa tuanya tidak pernah ditinggalkan. Ia tidak pernah merasa kesepian, ia selalu bisa menikmati hidupnya dan bermanfaat bagi orang lain, sekalipun di masa tuanya. Saya pernah menjumpai orang yang seperti ini, biarpun sudah oma-oma atau opa-opa, hidupnya disayang banyak orang, selalu punya komunitas yang bisa membuat dirinya bermanfaat bagi sesama, bahkan sekalipun anak-anaknya beda kota dengan beliau, anak-anaknya setiap hari menelepon, menantu-menantunya sangat memperhatikan, bahkan cucu-cucunya kalau sudah bertemu dengannya tidak mau berpisah dengannya.
Kedua, orang benar yang berbahagia, keturunannya tidak pernah meminta-minta roti. Hanya orang yang tidak mempunyai yang selalu meminta, tetapi kalau orang mempunyai, maka ia akan bisa memberi. Mungkin ini defenisi orang yang hidup suka memberi, ia tidak akan kekurangan apapun, hidupnya selalu merasa cukup, ia dan semua keturunannya. Ini bukan dongeng, ini ada dalam kehidupan nyata. Lihatlah kehidupan para penatua kita yang sudah lanjut usia, atau mungkin ada keluarga kita sendiri, kalau sampai saat ini Anda beserta anak cucu tidak pernah sampai kekurangan apapun, bahkan masih bisa memberi, lihatlah bagaimana kehidupan mereka dari generasi terdahulu, Andalah yang sedang menikmati buahnya.
Ketiga, orang benar yang berbahagia, tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman. Hidupnya bukan lagi tentang aku, aku, dan aku, melainkan apa yang bisa saya buat untuk sesama. Hatinya kaya akan belas kasihan dan suka memberi. Tidak ada satu hari pun yang terlewatkan untuk bisa menjadi berkat bagi sesama. Dan faktanya, ia tidak menjadi miskin karena hal tersebut, malahan semakin diberkati.
Keempat, orang benar yang berbahagia, anak cucunya menjadi berkat. Ini sudah bisa dipastikan, karena apa yang ditabur oleh generasi terdahulu akan dituai oleh generasi yang kemudian, bisa jadi itu Anda sebagai anak, atau anak-anak Anda sebagai cucu-cucu dari orangtua Anda. Sebab berbahagia bukan saja tentang bagaimana hidup menjadi bahagia, tetapi bagaimana hidup bisa memberi kebahagiaan bagi orang lain. (LA)
Questions :
1. Sebutkan defenisi berbahagia orang benar ?
2. Menurut Anda, bagaimana kehidupan orang benar yang berbahagia itu ?
Values :
Kebahagiaan yang hakiki adalah ketika hidup dipenuhi dengan kemurahan hati dan belas kasihan terhadap sesama.
“Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta roti, tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat (Mazmur 37:25-26)”
Banyak cara untuk menjadi bahagia, tetapi hanya satu cara untuk menjadi berbahagia, hidup benar di mata Tuhan !