*BENIH YANG BERBUAH DAN KASIH PERSAUDARAAN*
Empat orang mati dibunuh di sebuah Pos Pelayanan Gereja Bala Keselamatan di Lewonu, Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Sigi, Sulawesi Tengah. Mereka dibantai oleh orang bersenjata. Sebagian dibakar dan dipenggal. Teman saya cerita bahwa ini bukan yang pertama, dan mungkin juga bukan yang terakhir. Poso dan sekitarnya memang medan berbahaya yang merupakan daerah konflik sejak 1998, dan berangsur menurun setelah deklarasi Malino 2001.
Belakangan muncul Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang terutama beroperasi di Sulawesi Tengah dibawah komando Santoso (mati tertembak saat operasi Tinombala 2016) dan Ali Kalora, suatu gerakan dengan cita-cita berdirinya Negara Islam, dengan ideologi Tauhid wal Jihad, sebuah ideologi jihad yang muncul di Irak, oleh Abu Muhammad al-Maqdisi, Abu Musab al-Zarqawi, dan Abu Bakr al-Baghdadi; dan masuk di Indonesia tahun 2001 melalui Aman Abdurahman.
Saya tidak akan menulis rinci tentang hal ini, tetapi sebagai warga negara dan umat Kristen yang baik, kita perlu tahu pergolakan apa saja yang tengah dihadapi oleh pemerintah dalam menjaga keutuhan NKRI, dan tidak menutup mata terhadapnya.
Gerombolan MIT dibawah pimpinan Ali Kalora yang merupakan ODP inilah yang diduga menjadi pelaku pembunuhan dan pembakaran tersebut.
Saya punya beberapa sahabat di Bala Keselamatan, termasuk paman saya sendiri.
Bala Keselamatan tidak punya gereja besar nan megah di Indonesia. Bahkan gaung nya dikancah riuh nya para Hamba Tuhan berdebat pun hampir tidak ada, sebab fokus pelayanan mereka adalah melalui *kesehatan* (mulai dari klinik, rumah sakit, dan pos pelayanan kesehatan), *pendidikan* (PAUD-TK-SD-SMP-SMA-SMK-Sekolah Tinggi Teologi (STT), Sekolah Keperawatan (STIKES), dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) dan *pelayanan sosial* (pelayanan ibu dan anak, ibu hamil tanpa suami dan anak yang dilahirkannya, panti wreda, panti asuhan, panti karya, pengembangan masyarakat, gawat darurat bencana, program HIV/AIDS dan aksi-aksi kemanusiaan lainnya)
Mereka juga melakukan pelayanan gerejawi seperti yang lain, karena misi serta visi nya adalah untuk menjangkau jiwa-jiwa.
Bala Keselamatan memulai pelayanannya di Indonesia, pada jaman Hindia Belanda, tahun 1894, dirintis oleh *Kapten Jacob Gerrit Brouwer* dan *Ensign Adolf Theodorus van Emmerik*.
Pelayanan dimulai di desa Sapuran,
Wonosobo, Jawa Tengah.
Mereka membaur dengan mempelajari bahasa dan budaya setempat, berjalan tanpa alas kaki, berpakaian seperti orang Jawa, dan hidup sangat sederhana, berbeda dengan orang-orang Belanda yang lain. Bahkan Kapten Brouwer memilih nama Jawa *Mangunarjo* (Mangun Harjo) dan Ensign van Emmerik menggunakan nama *Mangun Prawiro* dalam kesehariannya.
Pada awal pelayanannya, Bala Keselamatan berpusat di Semarang. Dan di tahun 1895 tiba dua opsir baru yaitu: *Ajudan Alice Cleverly* dan *Ensign A.B. Claydon*
Pelayanan yang dilakukan di Semarang termasuk pelayanan panti wreda untuk orang-orang lanjut usia, dan pelayanan di penjara (yang menjadi awal dari pelayanan-pelayanan penjara di masa mendatang di Indonesia). Mereka juga menyebarkan Injil di pasar-pasar, serta membagi traktat dalam bahasa Jawa, Melayu, dan Tionghoa. Tahun 1897 Brouwer mulai membuka sebuah sekolah umum di Semarang hanya dengan seorang tenaga guru.
Dan saat ini pelayanan nya mencakup 15 propinsi di Indonesia, dengan kantor pusat di Bandung.
*Yohanes 12:24-25*
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.
Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
*Benih yang berbuah*
Pesan Yesus ini diucapkan saat Ia menyampaikan berita bahwa Ia, selaku Messias atau Juruselamat, Ia harus menderita dan mati.
Ia mau berkata bahwa misi keselamatan yang Ia lakukan adalah jalan salib, yang membawa risiko derita dan kematian. Dan itu harus Ia jalani.
Dan Yesus tidak menghindari atau lari dari jalan salib tersebut. Dengan jelas Ia berkata :
"Sekarang jiwa-Ku terharu _(*tetaraktai* = troubled, disturb, throw into confusion; terrified, fear, anxiety, with grief, to be stirred up, trenyuh)_ dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini". (ayat 27)
Yesus pun memiliki rasa gentar, yang digambarkan dengan kata *tetaraktai*, yaitu perasaan cemas, gundah, takut, sedih yang menjadi satu. Tetapi Ia bergeming pada pendirian yang diyakiniNya, pada komitmen dan tugas panggilan serta misi Nya.
Bagaimana dengan kita?
Panggilan untuk berbuah adalah tanggung jawab yang Tuhan berikan, dan selalu ada risiko salib derita untuk itu.
Wajar bila kita merasa gentar. Tetapi kita tidak akan pernah menghasilkan buah bila kita menghindari nya.
Seperti kata Yesus : _Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah._
*Bersatu dalam kasih persaudaraan*
Kejadian memilukan ini mengingatkan kita tentang perlunya kasih persaudaraan sesama anak Tuhan. Saudara seiman dan sejawat terkasih saya berkata bahwa kita perlu memikirkan cara-cara untuk meningkatkan perlindungan dan keamanan bagi rekan-rekan yang melayani di pelosok. Bahkan juga sarana komunikasi dan transportasi.
Gereja tidak boleh hanya melihat dan berfokus pada kemegahan kelompoknya sendiri dan melupakan saudara-saudaranya yang berada di daerah dalam kekurangan. Sebab arah dan misi perjuangan kita itu satu dan sama, yaitu untuk kemuliaan Tuhan dan Injil Kasih Karunia. Bukan untuk egoisme kelompok ataupun pribadi.
Bukan untuk kemegahan dan nama besar gereja masing-masing.
Kita mungkin masih ingat pesan Kristus dalam *Yohanes 15:12-13, 16-17* :
_Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu._
_Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya._
_Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu._
_Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain._
Perintah untuk pergi dan menghasilkan buah, dan perintah untuk saling mengasihi merupakan dua hal yang diberikan Yesus secara bersamaan.
Betapa sedihnya bila saat ini kita menyaksikan gereja atau para pelayan Tuhan berkata : *aku melayani Tuhan*, tetapi mereka tidak saling mengasihi. Bahkan saling mencaci, menyindir, menganggap lebih hebat dari yang lain, dan tidak peduli dengan saudaranya.
Apakah mereka lupa dengan perintah Kristus ini?
Yang bahkan juga dikatakanNya sebagai suatu perintah baru yang merupakan tanda murid Kristus?
*Yohanes 13:34-35*
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi.
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."
Bila kita membaca runut pasal 15, kita akan tahu mengapa Yesus meminta kita untuk bersatu dalam kasih. Salah satunya adalah karena tantangan yang kita hadapi sebagai anak Tuhan itu sama. Dunia membenci mu (ayat 18-25)
Kita berbeda dengan mereka yang membela persatuan persaudaraan nya dengan kekerasan.
Tetapi kita melakukannya dengan kasih, kepedulian, dan bela rasa.
Kita tidak akan dan tidak boleh kehilangan kasih, bahkan pada mereka yang menganiaya kita, tetapi kita akan selalu berdoa bagi mereka dan memohon kan ampun serta jalan pertobatan serta keselamatan.
Lakukan apa saja untuk memberi kekuatan, penghiburan dan keamanan pada sesama saudara seiman. Jangan egois. Jangan tidak mau tahu, apalagi menutup mata terhadap beban yang dialami oleh saudara mu seiman, meskipun mungkin ia bukan anggota gereja mu. Tetapi anda adalah sesama saudara dalam Kristus.
Bersatulah dalam bela rasa dan dengan hati yang saling mengasihi.
Antono Pratanu dr