MENYALAHGUNAKAN OTORITAS
Mazmur 124 , 15 Mei 2024
Orang-orang yang memiliki otoritas lebih berpotensi memberi pengaruh ! Apakah Anda setuju dengan pernyataan ini ? Saya setuju ! Logikanya, orang-orang yang memiliki otoritas pasti seorang pemimpin, entahkah pemimpin dalam sebuah perusahaan, pemimpin dalam sebuah lembaga formal atau non formal, atau pemimpin dalam keluarganya. Intinya, otoritas itu ada dalam sebuah kepemimpinan.
Hal yang bijaksana bila seorang pemimpin memakai otoritas yang ia miliki untuk memberikan pengaruh yang baik kepada orang-orang yang dipimpinnya. Sebaliknya, alangkah bodohnya bila sampai pemimpin malah menyalahgunakan otoritas yang diberikan kepadanya, dengan bertindak semena-mena dan tidak berpikir panjang. Salah satu contohnya adalah dari kisah yang kita baca di dalam Kitab 1 Raja-raja 12, yaitu kepemimpinan Raja Rehabeam, putra raja Salomo. Rehabeam dipilih menggantikan kepemimpinan ayahnya, namun ia tidak mau belajar dari kegagalan ayahnya. Rehabeam justru melakukan kesalahan yang lebih fatal dari yang pernah dilakukan oleh ayahnya. Rehabeam memerintah dengan semaunya sendiri, walaupun sudah diingatkan para penasihatnya, para tua-tua yang selama hidup Salomo mendampingi Salomo, ayahnya. Namun, tetap saja ia tidak mengindahkan nasihat mereka. Rehabeam malah lebih memilih mendengarkan nasihat orang-orang muda yang sebaya dengan dia, yang justru menjerumuskan dirinya untuk bertindak salah dan semena-mena. Akibat dari itu adalah Rehabeam menimbulkan sakit hati bangsa Israel, sehingga mereka memberontak terhadap Rehabeam. Kerajaan Israel menjadi terpecah karenanya (1 Raja-raja 12:16-19).
Jangan menyalahgunakan otoritas, bila kita mau melihat orang-orang yang kita pimpin berada di jalur yang benar. Itulah sebabnya mengapa di dalam sebuah kepemimpinan perlu ada penasihat, supaya kita tidak berjalan menurut kemauan sendiri. Banyak pemimpin jatuh dalam menggunakan otoritas yang diberikan kepadanya karena tidak mau mendengar nasihat, merasa sudah di atas angin, lupa menginjak daratan, sehingga sulit menerima pandangan orang lain, gagasan orang lain, bahkan arahan orang lain. Tidak heran kalau kita temui fakta di lapangan model pemimpin yang seperti ini cenderung bertindak semena-mena, dan langsung main pecat orang-orang yang dianggap tidak mendukung atau tidak sejalan dengannya.
Ingat ! otoritas itu sangat berpengaruh, jangan sampai disalahgunakan. Jadilah pemimpin yang menggunakan otoritas dengan bijaksana dan wibawa. Anda akan melihat dan merasakan dampaknya. (LA)
Questions :
1. Menurut Anda siapakah yang dimaksud orang-orang yang memiliki otoritas ?
2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan bila pemimpin menyalahgunakan otoritas ?
Values :
Jangan menggunakan otoritas dengan semena-mena, otoritas kita tunduk dan takluk di dalam kedaulatan Pemilik Kerajaan.
“Raja menjawab rakyat itu dengan keras; ia telah mengabaikan nasihat yang diberikan para tua-tua kepadanya; ia mengatakan kepada mereka menurut nasihat orang-orang muda; “Ayahku telah memberatkan tanggungan kamu, tetapi aku akan menambah tanggunganmu itu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi (1 Raja-raja 12:13-14)”
Orang bijaksana menggunakan otoritas untuk membangun, orang bodoh menggunakan otoritas untuk meruntuhkan.