KABUPATEN BINTAN DAN PROYEK
ITTO RED 064/11 rev.2 (f)
Proyek ITTO RED PD 064/11 Rev.2 (F) adalah proyek kerja
sama antara pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian kehutanan dan
International Tropical Timber Organization (ITTO).
Tujuan umum proyek ini adalah mempromosikan kegiatan
pengelolaan ekosistem mangrove secara lestari berbasis masyarakat di kabupaten
Bintan. Sedangkan tujuan spesifik proyek adalah mendukung peningkatan
pengendalian kerusakan ekosistem mangrove.
Daerah garis pantai dan ekosistem mangrove menjadi sasaran
kegiatan eksploitasi sumber daya alam dan pencemaran lingkungan akibat tuntutan
pembangunan. Oleh karena itu, proyek ini pun erat kaitannya dengan program REDD
(Reduced emissions from deforestation and forest degradation).
Mengapa di kabupaten BINTAN ?
Sasaran lokasi proyek adalah Kabupaten Bintan, Provinsi
Kepulauan Riau. Luas hutan mangrove di kabupaten Bintan keseluruhannya ± 8.023
Ha. Kondisi vegetasi mangrove di pulau Bintan mempunyai keanekaragaman jenis
yang cukup tinggi yaitu sebanyak 50 jenis yang termasuk ke dalam 27 famili yang
tersebar di pulau siolong, pulau kelong, dan teluk bakau. Bberapa jenis
mangrove yang umum ditemui adalah Avicenia
mariana, A. Officionalis, A. Alba, Bruguiera gymnarrhiza, B. Parviflora, B.
Sexangula, Rhizophora apiculata, R. Mucronata, Sonneratia alba, S. Caseolaris,
Excoecaria agalloca, Xylocarpus granatum, X. Moluccensis, Nypa fruticans,
dan lainnya.
Hutan mangrove di kabupaten Bintan dimanfaatkan sebagai
pelindung dan kawasan penyangga. Kondisi saat ini ekosistem mangrove sangat
rusak dan perubahan penggunaan lahan untuk tujuan lain masih terjadi. Terutama
di daerah mangrove. Oleh karena itu, perlindungan terhadap kawasan ekosistem
mangrove ini perlu terus ditingkatkan
sehinggga keberadaan dan kelestarian hutan mangrove sebagai kawasan lindung ini
tetap terjaga.
Menurut PP No.73 tahun 2012, arah kebijakan dari
pengelolaan ekosistem mangrove berbasis masyarakat (HKm) adalah untuk
meningkatkan dan melestarikan nilai penting ekologis, ekonomi dan sosial
budaya, guna meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendukung pembangunan yang
berkelanjutan.
Pengelolaan ekosistem mangrove berbasis masyarakat
merupakan suatu proses dinamis dan berkelanjutan yang menyatukan berbagai
kepentingan (pemerintah dan masyarakat, ilmu pengetahuan dan pengelolaan, serta
kepentingan sektoral dan masyarakat umum). Proyek ini menekankan pada sumber
daya yang utama yaitu masyarakat harus menjadi aktor pengelolaan sumber daya
mangrove tersebut.