KESUCIAN
DARI DALAM
Matius 5:8 (Tgl 10 Januari 2023,
Selasa)
Melihat
Allah merupakan tujuan terjauh, kepuasan tertinggi, sekaligus kebahagiaan
terdalam yang didambakan oleh setiap orang, demikian ungkap alm.Pdt. Eka
Darmaputera. Paulus mengatakan, “Sekarang kita melihat dalam cermin suatu
gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka (1
Korintus 13:12)”. Dengan kata lain, sekarang hidup kita masih sarat dengan
berbagai rahasia yang tidak terungkap, pertanyaan yang tidak terjawab, dan kerinduan
yang tidak terpuaskan.
Ketidakpastian
adalah sisi yang paling tidak menyenangkan dalam kehidupan manusia. Melihat Allah
adalah kepuasan tertinggi serta dasar kebahagiaan terdalam yang didambakan oleh
semua orang sebab ketika itulah semua rahasia akan terungkap, semua selubung
akan tersingkap, dan semua pertanyaan akan terjawab. Jelas ada kepastian. Tetapi
Yesus berkata bahwa hanya orang yang suci hatinya yang akan melihat Allah.
Siapakah
yang suci hatinya ? Kalau yang suci tampangnya, banyak. Yang suci gayanya,
tidak sedikit. Begitu pula yang sok suci, segudang banyaknya. Namun yang suci
hatinya ? Ternyata tidak banyak. Padahal yang Yesus minta bukanlah melihat atau
menilai orang lain, melainkan Yesus meminta kita untuk melihat diri kita
sendiri apakah kita hanya sok suci ?
Kata-kata
Yesus mengajak kita untuk memeriksa diri serta bertanya, “Apakah yang mendorong
kita melakukan segala sesuatu ?” Kemuliaan Kristus atau penghormatan dan
kebanggaan diri sendiri ? Apakah hidup kita lebih dikuasai oleh Roh Kudus atau
kedagingan ? Oleh karena itu dalam kitab Amsal kita dapat menemukan seruan agar
kita menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar
kehidupan. (MI)
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari
situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23)”
Melihat Allah adalah kepuasan
tertinggi serta dasar kebahagiaan terdalam yang didambakan oleh semua orang