PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sungai termasuk salah satu wilayah
keairan. Dari sudut pandang ekologi, secara umum wilayah sungai juga dapat
dimasukkan ke dalam bagian wilayah keairan, baik wilayah keairan diam (tidak
mengalir) dan wilayah keairan dinamis (mengalir). Banyak sekali permasalahan
banjir di Indonesia yang perlu dikaji secara mendalam. Ada lima faktor penting
penyebab banjir di Indonesia yaitu : faktor hujan, faktor hancurnya retensi
Daerah Aliran Sungai (DAS), faktor kesalahan perencanaan pembangunan alur
sungai, faktor pendangkalan sungai dan faktor kesalahan tata wilayah dan
pembangunan sarana-prasarana.
1. Faktor Hujan
Hujan bukanlah penyebab utama banjir
dan tidak selamanya hujan lebat akan menimbulkan banjir. Hujan sejak jutaan tahun yang lalu
berinteraksi dengan faktor ekologi, geologi dan vulkanik mengukir permukaan
bumi menghasilkan lembah, ngarai, danau, cekungan serta sungai dan bantarannya.
Penanggulangan banjir dari faktor hujan ini sangat sulit dan bahkan mustahil
karena hujan adalah faktor ekstern yang digerakkan oleh iklim makro/global.
Usaha yang masih bisa dilakukan adalah menjauhkan pemukiman, industri dan pusat
pertumbuhan lainnya dari daerah banjir yang sudah secara historis dipetakan
oleh hujan.
2. Faktor DAS
Daerah Aliran Sungai adalah wilayah
tangkapan air hujan yang akan mengalir ke sungai yang bersangkutan. Perubahan
tata guna lahan, misalnya dari hutan dijadikan perumahan, perkebunan atau
lapangan golf akan menyebabkan retensi DAS ini berkurang secara drastis.
Retensi DAS dimaksudkan sebagai kemampuan DAS untuk menahan air di bagian hulu.
Retensi DAS dapat ditingkatkan dengan cara : program penghijauan yang
menyeluruh baik di perkotaan, pedesaan atau kawasan lain, mengaktifkan
reservoir-reservoir alamiah, pembuatan resapan-resapan air hujan alamiahdan
pengurangan atau menghindari sejauh mungkin pembuatan lapisan keras permukaan
tanah yang dapat berakibat sulitnya air hujan meresap ke tanah.
3. Faktor kesalahan pembangunan alur sungai
Di bagian hilir akan menanggung
volume aliran air yang jauh lebih besar dibanding sebelumnya. Jika tampang
sungai di tempat ini tidak mencukupi maka akan terjadi peluapan ke bagian
bantaran. Jika bantaran sungai tidak cukup, bahkan mungkin telah penuh dengan
rumah-rumah penduduk, maka akan terjadi penggelembungan atau pelebaran aliran.
Oleh karena itu, banjir juga harus dibagi secara integral sepanjang sungai
menjadi banjir kecil-kecil guna menghindari banjir besar yang distruktif di
suatu tempat tertentu. Implikasinya dalam penanggulangan banjir, justru sungai
alamiah yang bermeander, bervegetasi lebat dan memiliki retensi alur tinggi
ini, perlu dijaga kelestariannya karena dengan itu retensi terhadap banjirnya
sangat tinggi.
4. Faktor Pendangkalan
Pendangkalan sungai berarti
terjadinya pengecilan tampang sungai hingga sungai tidak mampu mengalirkan air
yang melewatinya dan akhirnya meluap (banjir). Pendangkalan sungai dapat
diakibatkan oleh proses pengendapan (sedimentasi) terus menerus (terutama di
bagian hilir sungai). Proses sedimentasi di bagian hilir ini dapat disebabkan
karena erosi yang intensif di bagian hulu. Pendangkalan sungai juga dapat
diakibatkan oleh akumulasi endapan sampah yang dibuang masyarakat ke sungai. Berbagai
penelitian di Indonesia mencatat bahwa setiap sungai yang melintasi kawasan
pemukiman disamping kualitasnya sangat buruk juga kandungan sampahnya tinggi.
Oleh karena itu, sangat perlu diadakan sosialisasi peraturan pelarangan dan
sangsi pembuangan sampah di sungai bahkan jika perlu dibentuk polisi sungai
yang bertugas menjaga lingkungan sungai secara professional.
5. Faktor Tata Wilayah dan Pembangunan
Sarana-Prasarana
Kesalahan fatal yang sering dijumpai
dalam perencanaan tata wilayah adalah penetapan kawasan pemukiman atau pusat
perkembangan justru di daerah-daerah rawan banjir. Oleh karena itu, diperlukan
semakin banyak orang yang ahli atau tahu mengenai banjir baik yang berskala
mikro maupun makro yang bisa merencanakan pembangunan tanpa menimbulkan banjir
di kawasan yang bersangkutan dan kawasan lainnya.
Kelima faktor diatas secara integral
perlu mendapatkan perhatian guna menghindari dan menanggulangi banjir secara
integral.
Tujuan
Dalam melakukan tindakan rekayasa terhadap sebuah sungai agar kita dapat
mengambil manfaat darinya, kita harus mengetahui sifat-sifat alaminya dan
menyesuaikan tindakan-tindakan kita secara bersahabat kepada sifat-sifat itu
agar kesetimbangan alam tidak akan terganggu.
ISI
Sungai merupakan refleksi dari
daerah yang dilaluinya. Factor-faktor seperti kualitas air (unsur kimia dan
temperatur), habitat yang ada (flora dan fauna), kondisi hidraulik sungai
(debit, muka air, frekuensi aliran, dan lain-lain) dan morfologi sungai dapat
dipakai sebagai indikator untuk menganalisis kondisi daerah aliran sungai
tersebut. Permasalahan
- Pemukiman penduduk di sepanjang bantaran sungai
- Sepanjang bantaran sungai dipenuhi oleh bangunan runah penduduk sampai meluas ke badan sungai. Sehingga tidak ada space yang tersisa yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan konservasi bantaran sungai
- rumah penduduk terbangun dalam ukuran kecil-kecil dengan jenis bangunan tidak permanen dan tidak aman dari banjir
- kualitas lingkungan yang buruk terutama kualitas ruang dalam berupa kelembapan udara yang tinggi, kurangnya pencahayaan alami, kadar gizi jauh dari menu seimbang atau empat sehat lima sempurna, kurangnya pertukaran udara atau ventilasi alami dan kadar zat karbon (CO2) yang tinggi karena keberadaan dapur berada dalam satu ruangan hunian yang sempit. Apalagi kalau ditambah adanya perokok di ruangan yang sempit dimaksud
- pada lokasi dekat sungai tidak terdapat dedaunan yang menghasilkan oksigen (O2) yang dibutuhkan untuk proses asimillasi
- penyakit yang sering muncul pada pemukiman adalah mual, perut kembung, sakit kepala, maag, meriang, batuk, telinga rasa budek kebanyakan makan obat (TBC), sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga (kebisingan) dan diare.
- rata-rata yang tinggal di sekitar sungai memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, pemulung barang bekas, pembantu rumag tangga, dan pengemis
- Adanya peluang untuk semakin cepat membuang sampah, sebenarnya mereka tahu bahwa itu (sampah) akan membuat paret atau sungai tersebut macet (tersumbat) tetapi mereka selalu berpikir bahwa itu masih sedikit
Tapi kalau kita bayangkan kalau semua orang yang tinggal dekat sungai
mengatakan kalau itu masih sedikit maka tidak bias kita bayangkan maka rata2
orang yang tinggal disungai bakalan membuang sampahnya (karma beranggapan hanya
dia saja yang buang sampah di situ padahal tidak lo..)
- meskipun bantaran sungai bukan diperuntukkan sebagai lahan pemukiman penduduk, namun bukan berarti penduduk harus digusur secara tidak manusiawi. Penduduk yang tinggal pada bantaran sungai adalah warga Negara yang dilindungi Undang-Undang keberadaannya.
- Pengelolaan Banjir dan Kekeringan
Pengelolaan bencana banjir terpadu dapat didefinisikan sebagai suatu
proses yang mempromosikan koordinasi pengembangan dan pengelolaan banjir dan
pengelolaan aspek lainnya yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam
rangka tujuan untuk mengoptimalkan resultan kepentingan ekonomi dan
kesejahteraan sosial khususnya dan
kenyamanan dan keamanan terhadap kejadian bencana banjir dalam sikap yang cocok
atau tepat tanpa mengganggu kestabilan dari ekosistem-ekosistem penting. Dalam
pengelolaan banjir harus memperhatikan domain pengairan, kehutanan dan tata
ruang provinsi dan kabupaten dalam pengelolaan tanah dan air, peran serta
masyarakat.
Umumnya untuk mengurangi banjir atau genangan yang terjadi dilakukan
perbaikan penampang sungai. Perbaikan sungai yang dilakukan umumnya dengan
melebarkan sungai atau memperdalam (pengerukan) sungai. Pelebaran sungai
tergantung dari tata guna lahan di sekitarnya. Apabila sudah dipadati penduduk
maka persoalan menonjol yang terjadi adalah pembebasan tanah. Semakin padat
penduduk dan semakin strategis lokasinya, biaya pembebasan akan semakin mahal.
- Siklus Hidrologi
Daur hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang
dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer, evaporasi dari
tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan,
presipitasi, akumulasi di dalam tanah maupun dalam tubuh air, dan evaporasi
kembali. Daur ini berguna untuk memberikan konsep pengantar mengenai bagaimana
air bersirkulasi secara umum dan proses-proses yang terlibat dalam sirkulasi
ini.
Presipitasi dalam segala bentuk (salju, hujan, batu es, hujan dan
lain-lain), jatuh ke atas vegetasi, batuan gundul, permukaan tanah, permukaan
air dan saluran-saluran sungai (presipitasi saluran). Air yang jatuh pada
vegetasi mungkin diintersepsi (yang kemudian berevaporasi atau mencapai
permukaan tanah dengan menetes saja maupun sebagai aliran batang) selama suatu
waktu atau secara langsung jatuh pada tanah (through fall = air tembus)
khususnya pada kasus hujan dengan intensitas yang tinggi dan lama. Sebagian
presipitasi berevaporasi selama perjalanannya dari atmosfer dan sebagian pada
permukaan tanah. Sebagian dari presipitasi yang membasahi permukaan tanah berinfiltrasi
ke dalam tanah dan bergerak menurun sebagai perkolasi ke dalam cekungan air
tanah yang jenuh di bawah muka air tanah. Air ini secara perlahan berpindah
melalui akifer ke saluran-saluran sungai. Beberapa air yang berinfilttasi bergerak menuju dasar sungai tanpa mencapai
muka air tanah sebagai aliran bawah permukaan. Air yang berinfiltrasi juga
memberikan kehidupan pada vegetasi sebagai lengas tanah. Beberapa dari lengas
ini diambil oleh vegetasi dan transpirasi berlangsung dari stomata daun.
Setelah bagian presipitasi yang pertama yang membasahi permukaan tanah
dan berinfiltrasi, suatu selaput air yang tipis dibentuk pada permukaan tanah
disebut dengan detensi permukaan (lapis air). Selanjutnya, detensi permukaan
menjadi lebih dalam dan aliran air mulai dalam bentuk laminar. Dengan
bertambahnya kecepatan aliran, aliran air menjadi turbulen (deras). Air yang
mengalir ini disebut limpasan permukaan. Selama perjalanannya menuju dasar
sungai, bagian dari limpasan permukaan disinpan pada depresi permukaan dan
disebut cadangan depresi. Akhirnya, limpasan permukaan mencapai saluran sungai
dan menambah debit sungai.
Air pada sungai mungkin berevaporasi secara langsung ke atmosfer atau
mengalir kembali ke dalam laut dan selanjutnya berevaporasi. Kemudian, air ini
nampak kembali pada permukaan bumi sebagai presipitasi.
- Sistem Drainase
Air hujan yang jatuh di suatu daerah perlu dialirkan atau dibuang agar
tidak terjadi genangan atau banjir. Caranya yaitu dengan pembuatan saluran yang
dapat menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem
saluran diatas selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem yang
paling kecil juga dihubungkan dengan saluran rumah tangga, sistem bangunan
infrastruktur lainnya, sehingga apabila cukup banyak limbah cair yang berada
dalam saluran tersebut perlu diolah (treatment). Seluruh proses ini disebut
dengan sistem drainase.
Urutan aliran drainase adalah sebagai berikut :
-
Hujan turun ke kawasan perumahan (pemukiman), kawasan
kantor, kawasan industri dan kawasan pabrik dan tempat atau lokasi lainnya.
Lalu air hujan masuk ke sistem saluran drainase kuarter kawasan.
-
Dari sistem drainase kuarter air mengalir ke saluran
drainase tersier atau ada yang terkumpul dulu di polder baru ke drainase
tersier.
-
Air kotor bisa dikumpulkan di polder lebih dahulu dan
lalu dibersihkan (treatment) di treatment waste water terutama untuk kawasan
yang membuang limbah cair (misal pabrik) kemudian dialirkan ke kolam air bersih
dan akhirnya kelebihan air baru didrainase ke saluran pembuang.
-
Dari sistem saluran drainase tersier aliran dialirkan
ke saluran drainase sekunder.
-
Semua aliran dari saluran drainase sekunder dialirkan
ke saluran drainase primer dan akhirnya dialirkan ke sungai. Bila sudah di
treatment air yang masuk ke sungai sudah (relatif) bersih.
- Konsep Eko-Drainase
UU No.7 tahun 2004 menyebutkan untuk menghadapi ketidakseimbangan antara
ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin
meningkat, sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial,
lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras.
UU No.26 tahun 2007 menyebutkan bahwa penyelenggaraan penataan ruang
bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan
:
-
Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan
-
Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya
alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia
-
Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
DAFTAR PUSTAKA
Salmah, S. 2010. Penataan Bantaran Sungai Ditinjau dari Aspek
Lingkungan. Trans Info Media. Jakarta.
Maryono, A. 2005. Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai. Universitas Gadjah
Mada Press. Yogyakarta.
Maryono, A. 2005. Menangani Banjir, Kekeringan, dan Lingkungan.
Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Seuhan, E. 1990. Dasar-Dasar
Hidrologi. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Kodoatie, R. 1996. Hidrogeologi.
Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Kusumayudha, S. 2005. Hidrologi Karst dan Geometri Fraktal di Gunung
Sewu. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.
Leopold, L. 1974. Water A Primer. Library Of Congress cataloging in
Publication Data. San Fransisco.
Kodoatie, R dan Roestan, S. 2010.
Tata Ruang Air. Penerbit ANDI. Yogyakarta
Sosrodarsono, S dan Takeda, K. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. PT
Pradnya Paramita. Jakarta.
Sriharto. 1993. Analisis
Hidrologi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.