SIMULASI PEMBUATAN DAN PENGUJIAN
KUALITAS PAPAN PARTIKEL
Dosen Pembimbing Kuliah :
Irawati Azhar,
S.Hut, M.Si
Disusun Oleh :
Kel. VI THH
Lensi
Mian Sinaga 081203024
Ery
F Tarigan 081203030
Ridho
Anggara Kusuma 081203039
Pardamean
Tampubolon 081203045
Friska
Evalina Br Ginting 081203048
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan teknologi, khususnya dibidang papan komposit telah
menghasilkan produk komposit yang merupakan gabungan antara serbuk kayu dengan
plastik daur ulang. Teknologi ini berkembang pada awal 1990-an di Jepang dan
Amerika Serikat. Dengan teknologi ini dimungkinkan pemanfaatan serbuk kayu dan
plastik daur ulang secara maksimal, dengan demikian akan menekan jumlah limbah
yang dihasilkan. Di Indonesia
penelitian tentang produk ini sangat terbatas, padahal bahan baku limbah
potensinnya sangat besar (Nuryawan, 2008).
Menurut Erwinsyah dan Susilawati (1999), dewasa ini pemenuhan akan kayu
telah dipenuhi seefisien mungkin dengan cara pemanfaatan hasil hutan secara
maksimal melalui pembuatan produk-produk kayu dengan memanfaatkan berbagai
macam teknologi, seperti: pengalihan pembuatan papan dari kayu solid menjadi
papan partikel (particle board) yang
berasal dari sisa-sisa pengerjaan kayu dari serbuk, serat (fiber) dan lain-lain.
Kebutuhan manusia akan kayu sebagai
bahan bangunan baik untuk keperluan kontruksi, dekorasi, maupun furniture terus
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan
bahwa sebenarnnya daya dukung hutan sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan kayu.
Keadaan ini diperparah oleh adanya konversi hutan alam menjadi lahan pertanian,
perladangan berpindah, kebakaran hutan, praktek
pemanenan yang tidak efesien dan pengembangan infrastruktur yang diikuti
oleh perambahan hutan. Kondisi ini menuntut
penggunaan kayu secara efisien dan bijaksanan, antara lain melalui
konsep the whole tree utilization, disamping meningkatkan penggunaan bahan
berlignoselulosa non kayu, dan pengembangan produk-produk inovatif sebagai
bahan bangunan pengganti kayu (Astuti, 2001).
Karena sifat dan karakteristiknya yang unik, kayu
merupakan bahan yang paling banyak digunakan untuk keperluan kontruksi.
Kebutuhan kayu yang terus meningkat dan potensi hutan yang terus berkurang
menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain dengan
memanfaatkan limbah berupa serbuk kayu menjadi produk yang bermanfaat. Di
lain pihak, seiring dengan perkembangan
teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Sebagai konsekuensinya,
peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Limbah plastik merupakan bahan
yang tidak dapat terdekomposisi oleh mikroorganisme pengurai (non bidegradable), sehingga
penumpukannya di alam dikhawatirkan akan menimbulkan masalah lingkungan
(Achmadi, 1990).
Tujuan
Untuk mengetahui simulasi pembuatan
papan partikel dan pengujian sifat fisis papan partikel.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembuatan produk komposit merupakan salah satu usaha pemanfaatan bahan baku
(efisiensi) artinya mengurangi pembukaan hutan dan ada aspek koservasi
(pemanfaantan limbah kayu) agar lebih efisien, maka industri dilaksanakan
secara terpadu dan terintegrasi. Maka saat ini industri biokomposit sangat
tepat digunakan dikarenakan industri ini bahan bakunya tidak hanya bisa dari
kayu yang berdiameter besar dan berkualitas baik saja, tapi juga bisa dari
semua bahan yang mengandung lignin-selulosa lainnya selain kayu. Namun, semua
bahan bio based non-wood ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain:
-
Dalam
penyimpanan butuh ruang besar
-
Storage
life atau masa simpan lebih pendek
-
Masa panennya tertentu
-
Perlu
biaya yang cukup besar untuk transportasi dan pembersihan
Faktor yang
mempengaruhi perkembangan industri bio-komposit :
1.
Biokomposit
dapat memakai kayu berdiameter keci sebagai bahan bakunya
2.
Dapat
memakai kayu dengan kualitas rendah
3.
Tersedianya
perekat sintesis yang relatif praktis bisa langsung digunakan
4.
Kesesuaian
produk komposit untuk furniture dan kayu konstruksi.
Perkembangan teknologi, khususnya dibidang papan komposit, telah
menghasilkan produk papan komposit yang merupakan gabungan antara serbuk
gergaji kayu dengan resin polyester. Teknologi ini berkembang pada awal 1990-an
di Jepang dan Amerika Serikat. Dengan teknologi ini dimungkinkan pemanfaatan
serbuk gergaji kayu dan resin polyester secara maksimal, dengan demikian akan
menekan jumlah limbah yang dihasilkan. Di Indonesia penelitian tentang produk
ini sangat terbatas, padahal bahan baku limbah potensinya sangat besar.
Teknologi pemilihan bahan untuk keperluan bahan baku dan teknologi proses yang
digunakan dalam industri sangat berpengaruh terhadap besarnya biaya produksi, tingkat
efisiensi proses dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu faktor
terpenting dalam peningkatan daya saing produk adalah harga. Oleh karena itu,
perlu dicarikan bahan pengganti yang mudah didapatkan dengan jumlah sesuai
kebutuhan dan harga yang relatif lebih murah, bahan alternatif yang digunakan
adalah serbuk kayu dari limbah kilang (Iswanto, 2005).
Bambu Betung
Bambu adalah tumbuhan yang memiliki banyak fungsi dan manfaat yang besar
bagi alam, lingkungan dan penggunaannya oeh manusia. Oleh karenanya bambu dapat
dikatakan sebagai material berkelanjutan (sustainable) karena berbagai
kelebihannya. Kecepatannya untuk tumbuh dan populasinya yang banyak di
Indonesia, hendaknya menjadi sumber daya yang dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin tanpa mengganggu ekosistem untuk menjadi material konstruksi yang mudah
didapat dan diharapkan menjadi murah (Widjaja, dkk, 2004).
Pengolahan bambu
menjadi sebuah papan partikel yakni produk olahan bambu dengan cara merekatkan
partikel-partikel menjadi beberapa lapis yang selanjutnya dijadikan papan atau
bentuk tiang. Banyaknya lapisan tergantung ketebalan yang diinginkan dan
penggunaannya. Kualitas bambu partikel ini sangat ditentukan oleh bahan
perekatnya. Dengan bahan perekat yang baik maka kekuatan bambu dapat
disejajarkan dengan kekuatan kayu kelas III (Widjaja, 2001).
Papan Partikel
Industri kayu menyebabkan
terjadinya limbah sehingga perlu ada usaha untuk memanfaatkannya. Dalam rencana
kerja Departemen Kehutanan tahun 1965 disebutkan bahwa pembangunan industri
papan partikel merupakan salah satu pilihan. Papan partikel adalah papan yang
dibuat dari partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat
dengan perekat organik dan dengan bantuan satu atau lebih unsur panas, tekanan,
kelembaban, katalis dan lain-lain (Iskandar,2006).
Papan partikel adalah bagian-bagian kecil yang
dibuat dari potongan-potongan kayu yang dihasilkan dengan memotong atau mekanis
fraktur. Partikel-partikel yang saling
berhubungan dengan perekat sintetis didominasi bahan sintetis. Zat aditif
seperti parafin sering dimasukkan dalam resin kayu campuran untuk memberikan
stabilitas dimensi atau sifat fisik diinginkan kepada papan partikel. Partikel
kayu yang digunakan adalah dihasilkan dari sisa-sisa kayu primer lain atau dari
kayu bulat.. Kombinasi bahan baku proses
pembuatan partikel seperti hasil dalam berbagai bentuk dan ukuran partikel
(Tsoumis, 1991).
Tipe Utama Partikel
Salah satu
pemanfaatan limbah kayu adalah untuk pembuatan papan partikel yaitu lembaran
hasil pengempaan panas campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa
lainnya dengan perekat organik dan bahan lainnya. Partikel berarti butir
atau bahan yang berukuran relatif kecil. Partikel kayu berarti potongan
kecil kayu yang bentuknya bermacam-macam tergantung pada cara pengolahannya.
Tipe utama partikel yang digunakan untuk papan partikel adalah sebagai berikut
:
- Pasahan, partikel kayu kecil berdimensi tak menentu, berasal dari
limbah pengetaman.Serpih, partikel kecil dengan dimensi yang ditentukan,
berasal dari pealatan khusus, seratsejajar dengan permukaan.
- Bentuk kiskuit, berupa serpih tetapi lebih lebar. Biasanya lebih besar
dari 0,025 inci tebalnya dan lebih dari 1 inci panjangnya.
- Tatal, dihasilkan dengan memotong kayu menggunakan pisau atau pemukul.
- Serbuk gergajian, berasal dari limbah gergajian kayu
- Untaian, pasahan panjang. Pipih dengan permukaan sejajar.
- Kerat, potongan hampir persegi, melintang, panjang sedikitnya 4 x
ketebalannya.
- Wol kayu,(ekselsior), keratin panjang, berombak, ramping (Haygreen dan
Boywer, 1996).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Papan
Partikel
1.
Bentuk
Papan partikel umumnya berbentuk datar
dengan ukuran relatif panjang, relatif lebar, dan relatif tipis sehingga
disebut Panel. Ada papan partikel yang tidak datar (papan partikel
lengkung) dan mempunyai bentuk tertentu tergantung pada acuan (cetakan) yang
dipakai seperti bentuk kotak radio.
2. Pengempaan
Cara pengempaan
dapat secara mendatar atau secara ekstrusi. Cara mendatar ada yang
kontinyu dan tidak kontinyu. Cara kontinyu berlangsung melalui ban baja
yang menekan pada saat bergerak memutar. Cara tidak kontinyu pengempaan
berlangsung pada lempeng yang bergerak vertikal dan banyaknya celah (rongga
antara lempeng) dapat satu atau lebih.
3. Berat jenis kayu
Perbandingan
antara kerapatan atau berat jenis papan partikel dengan berat jenis kayu harus
lebih dari satu, yaitu sekitar 1,3 agar mutu papan partikelnya baik. Pada
keadaan tersebut proses pengempaan berjalan optimal sehingga kontak antar
partikel baik.
4.
Kerapatan
Ada tiga kelompok
kerapatan papan partikel, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Terdapat perbedaan
batas antara setiap kelompok tersebut, tergantung pada standar yang digunakan.
5. Kekuatan (Sifat Mekanis)
Pada prinsipnya
sama seperti kerapatan, pembagian berdasarkan kekuatanpun ada yang rendah,
sedang, dan tinggi. Terdapat perbedaan batas antara setiap macam (tipe)
tersebut, tergantung pada standar yang digunakan. Ada standar yang
menambahkan persyaratan beberapa sifat fisis.
6. Macam Perekat
Macam perekat yang dipakai mempengaruhi ketahanan papan
partikel terhadap pengaruh kelembaban, yang selanjutnya menentukan
penggunaannya. Ada standar yang
membedakan berdasarkan sifat perekatnya, yaitu interior dan eksterior.
Ada standar yang memakai penggolongan berdasarkan macam perekat, yaitu Tipe U
(urea formaldehida atau yang setara), Tipe M (melamin urea formaldehida atau
yang setara) dan Tipe P (phenol formaldehida atau yang setara). Untuk
yang memakai perekat urea formaldehida ada yang membedakan berdasarkan emisi
formaldehida dari papan partikelnya, yaitu yang rendah dan yang tinggi atau
yang rendah, sedang dan tinggi.
7. Campuran jenis kayu
Keteguhan
lentur papan partikel dari campuran jenis kayu ada diantara keteguhan lentur
papan partikel dari jenis tunggalnya, karena itu papan partikel struktural
lebih baik dibuat dari satu jenis kayu daripada dari campuran jenis kayu.
8. Ukuran partikel
Papan partikel
yang dibuat dari tatal akan lebih baik daripada yang dibuat dari serbuk karena
ukuran tatal lebih besar daripada serbuk. Karena itu, papan partikel
struktural dibuat dari partikel yang relatif panjang dan relatif lebar.
9. Susunan Partikel
Pada saat membuat
partikel dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu halus dan kasar.
Pada saat membuat papan partikel kedua macam partikel tersebut dapat disusun
tiga macam sehingga menghasilkan papan partikel yang berbeda yaitu papan
partikel homogen (berlapis tunggal), papan partikel berlapis tiga dan papan
partikel berlapis bertingkat.
10. Arah Partikel
Pada saat membuat hamparan, penaburan partikel (yang sudah
dicampur dengan perekat) dapat dilakukan secara acak (arah serat partikel tidak
diatur) atau arah serat diatur, misalnya sejajar atau bersilangan tegak lurus.
Untuk yang disebutkan terakhir dipakai partikel yang relatif panjang, biasanya
berbentuk untai (strand) sehingga
disebut papan untai terarah (oriented
strand board atau OSB).
11. Pengolahan
Ada dua macam
papan partikel berdasarkan tingkat pengolahannya, yaitu pengolahan primer dan
pengolahan sekunder. Papan partikel pengolahan primer adalah papan
partikel yang dibuat melalui proses pembuatan partikel, pembentukan hamparan
dan pengempaan yang menghasilkan papan partikel (Badan Standarisasi Nasional,
1996).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum yang berjudul Simulasi Pembuatan Papan Partikel dan
Pengujian Kualitas Papan Partikel dilakukan pada hari Kamis tanggal 29 September 2011 – 6 Oktober 2011. Praktikum ini dilakukan di Laboratorium
Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
praktikum papan partikel dan serat ini
adalah :
1.
Alat
tulis untuk menulis data-data pengujian terhadap papan partikel
2.
Kalkulator
untuk menghitung data
3.
Timbangan
elektrik berfungsi untuk massa kayu
4.
Pisau
atau gergaji tangan berfungsi untuk memotong contoh uji
5.
Oven
berfungsi untuk mengeringkan kayu
6.
Mangkuk
sebagai wadah untuk merendam papan partikel
Bahan yang digunakan dalam praktikum papan partikel dan serat ini adalah :
1.
Papan
Partikel Bambu betung berukuran 5 cm x 5 cm dan 10 cm x 10 cm sebagai objek
percobaan
2. Air
untuk merendam papan partikel ukuran 5 cm x 5 cm
Prosedur Kerja
Adapun prosedur dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut, yaitu :
1.
Diambil
papan partikel yang berukuran 10 cm x 10 cm untuk ditentukan kerapatan dan KA
2.
Direndam
selama 2 dan 24 jam papan partikel yang berukuran 5 cm x 5 cm dan dilihat
pengembangan tebal dan daya serap air.
3.
Ditimbang
sampel sebagai berat awal (BA) lalu dioven sampel kayu yang berukuran panjang
10 cm x 10 cm. Ini dioven sampai mencapai berat yang konstan (BKO).
4.
Dihitung
kadar air. daya serap air, dan pengembangan tebal dengan rumus :
KA = BA – BKT x 100 %
BKT
DSA =
Pengembangan Tebal =
HASIL DAN PEMBAHASAN
Simulasi Pembuatan Papan Partikel
Proses pembuatan papan partikel
secara umum meliputi persiapan partikel, pemisahan dan penyampaian partikel,
pengeringan partikel, pemberian resin dan bahan tambahan, pembentukan adonan,
pengempaan panas, dan pengerjaan akhir (Forest
Product Society, 1999).
Beberapa
Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Papan Parikel:
Berat jenis kayu
Perbandingan antara kerapatan atau berat jenis
papan partikel dengan berat jenis kayu harus lebih dari satu, yaitu sekitar 1,3
agar mutu papan partikelnya baik. Pada keadaan tersebut proses pengempaan
berjalan optimal sehingga kontak antar partikel baik.
Zat ekstraktif kayu
Kayu yang berminyak akan menghasilkan papan
partikel yang kurang baik dibandingkan dengan papan partikel dari kayu yang
tidak berminyak. Zat ekstraktif semacam itu akan mengganggu proses perekatan.
Jenis kayu
Jenis kayu (misalnya Meranti kuning) yang kalau
dibuat papan partikel emisi formaldehidanya lebih tinggi dari jenis lain
(misalnya meranti merah). Masih diperdebatkan apakah karena pengaruh
warna atau pengaruh zat ekstraktif atau pengaruh keduanya.
Campuran jenis kayu
Keteguhan lentur papan partikel dari campuran
jenis kayu ada diantara keteguhan lentur papan partikel dari jenis tunggalnya,
karena itu papan partikel structural lebih baik dibuat dari satu jenis kayu
daripada dari campuran jenis kayu.
Ukuran partikel
Papan partikel yang dibuat dari tatal akan lebih
baik daripada yang dibuat dari serbuk karena ukuran tatal lebih besar daripada
serbuk. Karena itu, papan partikel struktural dibuat dari partikel yang
relatif panjang dan relatif lebar.
Kulit kayu
Makin banyak kulit kayu dalam partikel kayu sifat
papan partikelnya makin kurang baik karena kulit kayu akan mengganggu proses
perekatan antar partikel. Banyaknya kulit kayu maksimum sekitar 10%.
Perekat
Macam partikel yang dipakai mempengaruhi sifat
papan partikel. Penggunaan perekat eksterior akan menghasilkan papan
partikel eksterior sedangkan pemakaian perekat interior akan menghasilkan papan
partikel interior. Walaupun demikian, masih mungkin terjadi penyimpangan,
misalnya karena ada perbedaan dalam komposisi perekat dan terdapat banyak sifat
papan partikel. Sebagai contoh, penggunaan perekat urea formaldehida yang
kadar formaldehidanya tinggi akan menghasilkan papan partikel yang keteguhan
lentur dan keteguhan rekat internalnya lebih baik tetapi emisi formaldehidanya
lebih jelek.
Pengolahan
Proses produksi papan partikel berlangsung secara
otomatis. Walaupun demikian, masih mungkin terjadi penyimpangan yang dapat
mengurangi mutu papan partikel. Sebagai contoh, kadar air hamparan (campuran
partikel dengan perekat) yang optimum adalah 10-14%, bila terlalu tinggi
keteguhan lentur dan keteguhan rekat internal papan partikel akan menurun.
Mutu papan partikel meliputi cacat, ukuran, sifat
fisis, sifat mekanis, dan sifat kimia. Dalam standar papan partikel yang
dikeluarkan oleh beberapa negara masih mungkin terjadi perbedaan dalam hal
kriteria, cara pengujian, dan persyaratannya. Walaupun demikian, secara
garis besarnya sama.
Pengujian Kualitas Papan Partikel
Pada Standar Indonesia Tahun 1983 tidak ada
pembagian mutu papan partikel berdasarkan cacat, tetapi pada standar tahun 1996
ada 4 mutu penampilan papan partikel menurut cacat, yaitu : A, B, C, dan
D. Cacat yang dinilai adalah partikel kasar di permukaan, noda serbuk,
noda minyak, goresan, noda perekat, rusak tepi dan keropos.
Penilaian panjang,
lebar, tebal dan siku terdapat pada semua standar papan partikel. Dalam hal
ini, dikenal adanya toleransi yang tidak selalu sama pada setiap
standar. Dalam hal toleransi telah, dibedakan untuk papan partikel yang
dihaluskan kedua permukaannya, dihaluskan satu permukaannya dan tidak
dihaluskan permukaannya.
Kualitas yang berbeda dalam hal ketebalan, ukuran panel, kekuatan, dan
kekakuan dapat diberikan kepada OSB oleh perubahan-perubahan dalam proses
pembuatan. OSB panel tidak memiliki kesenjangan atau kekosongan internal, dan
kedap air, meskipun mereka memang membutuhkan tambahan impermeability membran
untuk mencapai air. Produk akhir mempunyai sifat yang mirip dengan kayu lapis, tetapi seragam dan lebih murah.
Berdasarkan
gambar diatas dapat dikatakan papan tersebut tidak cocok untuk penggunaan
interior hal ini dikarenakan sifat papan yang cepat mengembang atau dengan kata
lain stabilitas dimensinya tidak baik. Hal ini sesuai dengan literature yang
diungkapkan oleh Iswanto (2005) yang menyatakan bahwa sifat pengembangan tebal
papan partikel merupakan salah satu sifat fisis yang akan menentukan suatu
papan komposit yang digunakan untuk keperluan interior dan eksterior.
Apabila pengembangan tebal suatu papan komposit tinggi berarti stabilitas
dimensi produk tersebut rendah, sehingga produk tersebut tidak dapat digunakan
untuk keperluan eksterior dan sifat mekanisnya akan menurun dalam jangka
waktu yang tidak lama.
Berdasarkan metode dan data yang didapat bahwa hubungan antara daya serap air
dan pengembangan tebal berbanding lurus. Hal ini sesuai dengan literatur
Subiyanto (2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi sifat pengembangan
tebal maka semakin tinggi pula sifat daya serap air, dan begitu juga sebaliknya
semakin rendah sifat pengembangan tebal papan maka semakin rendah pula sifat
daya serap airnya.
Pada
dasarnya banyaknya air yang masuk kedalam kayu didasarkan pada kondisi kayu,
jenis air, metode masuknya air dan durasi pemasukan air. Berdasarkan data diatas dijelaskan bahwa papan partikel
memiliki kandungan air setelah di oven.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Papan partikel adalah suatu lembaran papan
tiruan yang terbuat dari potongan-potongan kecil kayu atau bahan
berlignoselulosa lainnya yang digabungkan dengan perekat disertai penambahan perlakuan seperti panas
dan sebagainya.
2. Tipe-tipe partikel sebagai bahan baku
papan partikel, terbagi atas : wafer, flakes/serpih, shaving, chips/tatal,
sawdust/serbuk gergaji, strands/untaian, sliver/keratan, excelsior/wol kayu.
3. Pengembangan tebal berbanding lurus
dengan kerapatan, dalam hal ini papan serat memiliki kerapatan yang rendah
sehingga papan mudah rusak pada kondisi lembab.
4. Partikel wafer ini berukuran kira-kira 5x5
cm (2x2 inc), dan 7x7 cm (2,5x2,5 inc) panjang dan lebarnya, kemudian
ketebalannya 0,6x0,8 mm. Jika sedikit lebih panjang maka disebut untaian. Papan
wafer dan papan untai di proses dengan bahan dasar kayu.
5.
Pengembangan tebal berbanding lurus dengan daya serap air. Air yang masuk
kedalam papan memiliki batasan maksimal yang apabila air terus ditekan masuk
akan menyebabkan rusaknya papan.
Saran
Pada saat perlakuan
hendaknya diamati kondisi lingkungannya dan pengukuran dilakukan dititik yang
sama guna mendapatkan data yang cukup akurat sebagai acuan terhadap perlakuan
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, S. 1990. Kimia Kayu Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu
Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Astuti, R. H. 2001. Pengembangan Comply dari Limbah Kertas dan Kayu. Skripsi Departemen Teknologi
Hasil Hutan. Institut Pertanian Bogor. Tidak Dipublikasikan.
Badan Standarisasi Nasional.
1996. Mutu Papan Partikel. Standar
Nasional Indonesia 03-2105-1996. Dewan Standarisasi Nasional Indonesia.
Bodig, J and B. A. Jayne. 1982. Mechanics of Wood and Wood Composites.
Van Vostrand Reinhold Inc. USA.
Erwinsyah, T. Herawan dan
Susilawati, E. 1999. Karakteristik Papan
Partikel dari Pohon Kelapa Sawit. Jurnal Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Volume II.
Forest Product Society.1999.
Wood handbook: Wood as An Engineering Material.
Forest Product Society. USA
Haryadi. 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Haygreen, J. G. And J. L. Bowyer. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Terjemahan
Sujipto, A. H. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Iskandar.M.I. 2006.
Pemanfaatan Kayu Hutan Rakyat Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen) untuk Kayu Rakitan. Prosiding
Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan
Iswanto A.H, 2005. Upaya Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Sengon dan
Limbah Plastic Polyprophylena sebagai
Langkah Alternative untuk Mengatasi Kekurangan Kayu sebagai Bahan Bangunan. Jurnal komunikasi Penelitian 17(3):
24-27.
Nuryawan, Arif. 2010. Biokomposit Kayu Tropika.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Maloney, T. M. 1993. Modern Particleboard and Dry Process
Fiberboard Manufacturing. Miller Freeman Inc. San Fransisco
Tsoumis, G. 1991. Science and Technology Wood Structur, Properties, Utilization. Van
Vostrand Reinhold Inc. USA
Widjaja, E. A.
2001. Identikit Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil.
Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.
Widjaja, E. A.
2001. Identikit Jenis-jenis Bambu di Jawa. Puslitbang Biologi LIPI.
Bogor.
Widjaja, E. A., N. W.
Utami dan Saefudin. 2004. Panduan Membudidayakan Bambu .
Puslitbang Biologi LIPI. Bogor.