TIDAK BOLEH DICERAIKAN MANUSIA
Matius 19:1-8 , 2 Desember 2023
Serombongan turis Amerika yang berwisata di pedalaman Tiongkok berpapasan dengan arak-arakan meriah. Sebuah arak-arakan pernikahan : pengantin pria sedang menjemput pengantin wanita untuk menuju balai pesta. “Siapa yang wajahnya ditutup cadar tebal itu ?” tanya para turis. “Pengantin wanita”, sahut pemandu lagi. “Mengapa wajahnya harus ditutup?” “Di desa ini, orangtua menjodohkan anak-anaknya, dan seorang pengantin dilarang melihat calon pasangannya sampai resmi menikah, “Jelas si pemandu.
Seorang turis penasaran : “Di negara saya, dimana setiap orang memilih jodohnya sendiri, bahkan ada yang sudah serumah sebelum menikah, angka perceraian sangat tinggi. Disini, pasti jauh lebih tinggi ya ?” Dengan heran si pemandu menjawab : “Disini justru hampir tak ada perceraian. “Apa rahasianya ?” tanya turis itu lagi. Si pemandu terdiam lama sebelum menjawab :”Dinegara Anda, orang menikah dengan orang yang mereka cintai. Disini, nenek moyang kami mengajar bahwa kami harus mencintai orang yang kami nikahi.”
Betapa sederhana petuah ini, tetapi masih berguna bagi setiap pasangan pada zaman ini; bahwa pernikahan, sejak penciptaan manusia, berarti penyatuan laki-laki dan perempuan menjadi satu daging (Kejadian 2:24). Kristus pun mempertegas bahwa suami-istri yang dipersatukan Allah, tak boleh diceraikan manusia (Matius 19:6).
Itulah aturan sejak mulanya, sebab perceraian, seperti pada kisah Musa, terjadi karena ketegaran hati Israel (Matius 19:8). Jadi, perceraian pasti menimbulkan luka yang menyakitkan bagi keduanya, terlebih bagi anak-anak. Karenanya, lebih baik berjuang untuk bersatu, memperjuangkan keutuhan dan kelanggengan pernikahan. (SST)
“Demikianlah mereka bukan lagi dua melainkan satu. Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia (Matius 19:6)”
Pernikahan dimulai untuk diperjuangkan agar ia tetap utuh hingga maut memisahkan