JEMBATAN PERSAUDARAAN
Sharing dari Junianti Lumban Gaol
Alkisah
hiduplah dua orang kakak beradik yang semula hidupnya sangat rukun, tetapi
akhirnya terjatuh ke dalam pertengkaran serius hanya karena kesalahpahaman
kecil diantara keduanya. Padahal selama 40 tahun mereka hidup damai harmonis
berdampingan tanpa pernah ada konflik menegangkan diantara keduanya.
Suatu
pagi, lewatlah seorang tukang kayu yang mengetuk rumah sang kakak. “maaf tuan,
saya sedang mencari pekerjaan,” kata pria itu dengan ramah, “Barangkali tuan
berkenan memberikan sebuah pekerjaan untuk saya selesaikan.”
“oh
ya !” jawab sang kakak. “saya punya pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang di
seberang sungai disana. Itu adalah rumah tetanggaku, ah.. sebetulnya ia adalah
adikku.
“minggu
lalu ia menggeruk bendungan lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput
itu, sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami.”
“hmm..
barangkali ia memang sengaja ingin mengejekku, tapi aku akan membalasnya
setimpal. Disitu gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter
untukku sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin
melupakannya.” Ungkap sang kakak terhadap tukang kayu itu.
Kata
tukang kayu, “saya mengerti tuan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat
hati tuan merasa senang.”
Sang
kakak meninggalkan tukang kayu itu untuk bekerja sendirian. Di sore hari,
ketika ia kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Betapa
terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali
tidak ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya. Yang ada malah adalah sebuah
jembatan kayu yang melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya
dengan ladang milik adiknya. Jembatan itu tampak begitu indah dengan
undak-undakan yang tertata rapi.
Dari
seberang, terlihat sang adik bergegas menaiki jembatan itu dengan kedua
tangannya terbuka lebar.”kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan
ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku, kak.”
Dua
bersaudara itu pun bertemu di tengah jembatan, saling berjabat tangan dan
berpelukan. Segala perselisihan paham dan curiga akhirnya luntur di tengah
jembatan. Api amarah kebencian diantara keduanya telah padam, digantikan dengan
hangatnya jalinan hati kasih.
Melihat
itu, tukang kayupun membenahi perkakasnya dan bersiap untuk pergi. “Hai, jangan
pergi dulu. Tinggallah beberapa hari. Kami punya banyak pekerjaan untukmu.”
Pinta sang kakak.
“sesungguhnya
saya ingin sekali tinggal disini,” kata tukang kayu,”tapi masih banyak jembatan
lain yang harus saya selesaikan.”
Demikianlah
dalam hidup kita. Hendaknya kita bisa menjadikan diri sebagai jembatan untuk
menumbuhkan kasih dan persaudaraan dalam lingkungan keluarga kita. Hendaknya
kita bisa menjadi jembatan untuk menumbuhkan semangat persahabatan di dalam
lingkungan sekolah maupun kerja.
Hidup
akan terasa indah bila semuanya hidup harmonis dan tenang damai, tanpa
pertikaian, percekcokan, pertengkaran dan pertentangan yang tidak ada
habis-habisnya. Rasa persaudaraan dan persahabatan yang dilandasi dengan
semangat kasih, akan mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan hidup bagi kita
semua. Mari tumbuhkan dan pererat tali persaudaraan dan hubungan persahabatan,
agar tidak lekang selamanya. Tuhan Yesus Memberkati.
Sumber
: Blessing 2016
We are not Lucky but blessing |