PIKIRAN
BAPA
Lukas 15:11-32 (Tgl 3 Agustus 2022,
Rabu)
Perumpamaan
tentang anak hilang selalu menarik untuk dibicarakan. Hal ini bisa dimengerti
sebab Yesus memakai perumpamaan ini untuk menjelaskan tentang Bapa kita di
sorga. Figur ayah yang diceritakan memiliki kasih yang luar biasa. Ia mau
mengampuni dan menerima anaknya yang telah meninggalkannya dan menghabiskan
banyak uang dengan sia-sia.
Kasih terhadap
anak tidak luntur karena dosa. Si bungsu tetap diakuinya sebagai anak. Ia tidak
begitu peduli dengan jumlah uang yang telah dihabiskan karena baginya harta
yang utama adalah anak-anaknya. Tetapi bagaimana dengan sikap si bungsu ?
Bagaimana ia menilai dirinya setelah berbuat salah ? Si anak yang hilang itu
rupanya telah kehilangan jati dirinya. Kesalahan yang ia perbuat telah
membuatnya berpikir bahwa dirinya sekarang adalah orang miskin, bodoh dan hina.
Ia menyesali apa yang sudah ia perbuat. Ia sadar dan hendak pulang kerumahnya.
Tetapi
kepulangannya kali ini bukan sebagai anak, ia hanya mau pulang untuk bekerja
sebagai orang upahan karena ia kesulitan makan. Tidak ada keinginan dalam
dirinya untuk bisa menjadi seperti dulu lagi. Untuk makan ia harus bekerja
seperti orang upahan lainnya yang bekerja pada ayahnya itu. Si bungsu
menurunkan derajat hidupnya dari yang semula adalah anak, menjadi hamba.
Ada dua pandangan
yang berbeda, si bungsu menganggap dirinya hina, tidak layak, bodoh, dan
tertolak, tetapi ayahnya tidak memandang dia demikian. Si bungsu tetap dianggap
sebagai anak. Kepadanya tetap dikenakan pakaian yang terbaik, cincin, dan
sepatu. Ia harus terlihat gagah karena ia adalah anak dari seorang yang kaya
dan terpandang. Bahkan untuk merayakan kepulangannya dibuatlah pesta. Melihat apa
yang diperbuat ayahnya tentu saja si bungsu menjadi kaget. Ia tidak menyangka
masih akan diperlakukan secara istimewa, mengingat ia telah membuat kesalahan
yang besar yang disebutnya sebagai dosa terhadap sorga dan kepada ayahnya.
Apa yang ia
pikirkan tentang dirinya dan ayahnya ternyata keliru. Sebuah kasih yang luar
biasa. Perbuatan kasih seperti itu sering dinilai sebagai tindakan yang bodoh
dan tidak pantas seperti sikap dari anak sulung. Ia ingin adiknya dihukum,
bukan dikasihi seperti itu. Menurutnya mengasihi orang jahat itu keliru, tetapi
Bapa di sorga tidaklah demikian.
Asal kita mau
mengaku dosa dan pulang kerumah (bertobat), Ia pasti menerima kita dengan kasih
yang sempurna (1 Yohanes 1:9). Ia tetap menganggap kita sebagai anakNya dan
bukan orang berdosa. Kita tetap berharga di mataNya. (F)
“Oleh karena engkau berharga dimataKu dan mulia, dan
Aku ini mengasihi engkau… (Yesaya 43:4)”
Tuhan mengasihi kita dengan
kasih yang abadi
Daun Hias Pada Waktunya |