PENGEMBANGAN DIRI
Oleh : Julie
Nava
“Menulis itu
tidak ubahnya seperti melukis atau memahat patung. Melalui kata, saya bisa
mendeskripsikan keindahan sebuah peristiwa atau emosi.”
Begitu Julie Nava yang bernama asli Yuli Hastadewi ini
mengungkapkan kecintaannya pada dunia tulis-menulis. Ia melanjutkan, “ Melalui
proses editing atau menulis ulang, saya merasa seperti pemahat yang membentuk
sebuah figur, lalu memperhalus konturnya, dengan mengukir dan menambahkan
detail hingga sempurna.”
Bagi penulis seperti Julie Nava yang kini tinggal di
Michigan, AS, menyelesaikan sebuah buku menciptakan perasaan puas, lega, luar
biasa, ringan, dan bahagia. Ia merasa layaknya baru saja punya anak atau baru
menjalani sebuah petualangan. “Ecstatic, mungkin
demikian istilah yang paling pas untuk menggambarkannya,” ujar Juli.
Julie telah menulis beberapa buku, antara lain novel Musim
gugur Terakhir di Manhattan dan memoar Imam Shamsi Ali : Menebar Damai di Bumi
Barat. Kisah cinta dengan suaminya yang berkebangsaan AS dituangkan pula dalam
cerpen dan diterbitkan dalam antologi Jodoh dari negeri seberang. Atas
kiprahnya dalam dunia tulis menulis, juli mendapatkan beragam penghargaan,
antara lain juara 1 prosa Ramadhan yang diselenggarakan Forum Lingkar Pena
Amerika-Kanada (2009), juara 1 blog kepenulisan yang diselenggarakan Forum
Lingkar Pena Indonesia (2012), dan juara 1 sastra Migran yang diselenggarakan
Voice of Indonesia (2012).
Belajar tak
henti
Pencapaian Julie saat ini ditempuh dengan kegigihan.
“Selama menjalani profesi sebagai penulis, saya mempelajari beragam genre.
Tujuannya adalah untuk mengenali di genre mana sebetulnya kekuatan saya
berada.” Ungkapnya. Ia belajar menulis novel, buku nonfiksi, buku anak, artikel
dan konten laman. Julie juga mempelajari teknik-teknik menulis dari beragam
sumber, antara lain buku-buku, grup kepenulisan, dan pelatihan menulis.
Hobi menulis yang sudah tampak sejak Julie kecil juga terus
diasahnya, terutama setelah mencecap jenjang mahasiswa. Julie bergabung dengan
pers mahasiswa dan mendapat banyak pengalaman dari dunia jurnalistik yang
digelutinya. Setelah pindah ke AS bersama suaminya, Julie punya lebih banyak
waktu untuk menekuni dunia menulis. Melalui blognya, tulisannya dilirik media
dan sempat diminta menjadi kontributor majalah Alia. Selanjutnya, ia bergabung
dengan beberapa organisasi kepenulisan, termasuk Forum Lingkar Pena (FLP) dan
agensi naskah bersama indscript creative.
Setelah bergabung dengan Indscript, timbul ide untuk
memperluas jasa di bidang personal
branding. “saya melihat personal branding masih belum banyak diperhatikan
orang, padahal itu aset penting bagi karier, pendidikan maupun kehidupan
sosial,” tutur Julie. Ia lantas mengambil pendidikan khusus dalam bidang
personal branding dan kini menjadi Certified Personal Brand Strategist (CPBS).
“Indscript kemudian membentuk lini layanan jasa baru berupa personal branding
agency dan saya menjadi direkturnya.”
Lewat profesinya sebagai konsultan personal branding, julie
membantu seseorang menemukan potensi dirinya. Menurutnya, semua orang istimewa.
Yang perlu dilakukan untuk bisa semakin berdaya yakni tidak takut bermimpi,
tidak takut membuat kesalahan, menyuarakan keinginan, dan mengisi hidup dengan hal-hal
baru. [NOV]
Sumber : Koran Kompas
Edisi Rabu, 4 Juni 2014
Indahnya pulau-pulau di Kepulauan Riau ni... |
Tergerakkah hatimu... ketika melihat lahan kritis ? |