SAMURAI TANPA PEDANG
Bilangan 24 , 25 Maret 2024
Hideyoshi adalah pemimpin yang menakjubkan dan paling luar biasa dalam sejarah Jepang. Ia dikenal dengan julukan “The Swordless Samurai”, atau samurai tanpa pedang. Hideyoshi lahir pada puncak kekacauan di Jepang, zaman perang antar klan. Ia lahir tahun 1536 dari keluarga petani miskin di Nagoya. Perawakan Hideyoshi yang hanya setinggi 150cm dengan bobot 50 kg serta bungkuk tampaknya menutup peluang untuk berkarir di bidang ketentaraan. Namun ia meleset keatas seperti meteor, ke puncak kekuasaan, menyatukan negeri yang sudah tercabik-cabik perang saudara selama lebih dari seratus tahun. Bagaimana bisa ?
Berbekal kemauan sekeras baja, otak setajam silet, semangat yang tak kunjung padam dan wawasan yang mendalam tentang manusia, Hideyoshi mampu membuat orang-orang yang meragukannya menjadi pengikutnya, pesaing menjadi sahabat dan lawan menjadi kawan. Tidak punya kemampuan untuk bela diri, sang “Samurai tanpa pedang” menggunakan kerendahan hati, kecerdasan dan keahlian bernegoisasi yang menakjubkan untuk mengungguli pesaingnya yang berdarah biru dan berhasil menjadi penguasa seluruh Jepang.
Pada tahun 1590 Hideyoshi telah menjadi pemimpin tertinggi negara. Ia dinobatkan sebagai wakil Kaisar Go Yozei dan menikmati kekuasaan bagaikan raja. Kaisar memberi dirinya nama keluarga Toyotomi, yang berarti perdana menteri yang dermawan. Sampai hari ini lebih dari 400 tahun setelah kematiannya, semua anak sekolah di Jepang mengenal nama Hideyoshi, sementara tak terhitung jumlah biografi, novel, drama dan film menceritakan kembali kisahnya. Kisah inspratif ini mengingatkan saya tentang istilah “pakai otak jangan hanya otot”. Hideyoshi mewujudkan impiannya bukan dengan pedang. Yang artinya bukan dengan perang, kekerasan dan pemaksaan tapi ia mengedepankan perdamaian. Bukan konfrontasi fisik tetapi pendekatan persuasif. Sebuah sikap yang berbeda dengan kebanyakan orang yang berkuasa yang berkata “jika kamu jual, gua beli”, sebuah sikap yang siap menerima tantangan, sikap tidak mau dikalahkan dan harus selalu menang.
Mungkin ini juga disebabkan fisiknya yang kecil sehingga ia lebih mengedepankan pendekatan yang berbeda, ia seorang yang menghargai dan menghormati orang lain sekalipun itu lawannya. Itu sebabnya mungkin saja kelihatan ia sepertinya kalah karena mengalah, tetapi sebenarnya ia sedang memperbanyak teman dan mengurangi musuh dan kemenangan sebenarnya sedang terjadi karena semua orang setuju dan memihak kepadanya. Saya juga diingatkan dengan ungkapan yang populer dalam bahasa Jawa, “nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake”, yang artinya menyerang tanpa tentara dan menang dengan tidak merendahkan. Sebuah ungkapan bijak yang telah dibuktikan di dalam praktek oleh Hideyoshi dan ia berhasil.
Didalam Alkitab kita mengenal seorang raja Israel yang terkenal yang sepanjang pemerintahannya tidak pernah terjadi perang. Ia adalah raja Salomo. Dan Alkitab mencatat, ia bisa melakukannya karena Tuhan mengkaruniakan hikmat kepadanya. Intinya mari kita kembangkan pendekatan pengertian secara persuasif, bukan konfrontasi secara fisik. Pasti Tuhan akan mengaruniakan hikmat kepada Anda. Semoga Anda tercerahkan ! Amin. (DD)
Questions :
1. Apakah Anda punya “musuh” ?
2. Bagaimana pendekatan terbaik supaya tidak terjadi perang fisik ?
Values :
Warga Kerajaan seharusnya mengedepankan persuasif daripada konfrontatif.
“Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut, sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir (1 Raja-raja 4:29-30)”
Didalam pertikaian apapun, jika tak ada perdamaian, maka yang terjadi adalah menang jadi orang, kalah jadi abu.