*🌷LAKUKANLAH KEADILAN DAN KEBENARAN🌷*
_*(YEHEZKIEL 45 : 9-17)*_
Shalom,
Selamat hari Minggu, _*JUDIKA*_
Banyak orang mengira bahwa keadilan dan kebebasan yang kita nikmati di dunia sekarang ini, adalah hasil dari pemikiran sekuler. Jelas, tidak demikian. Alkitab mengajarkan, bahwa keadilan dan kebenaran dapat dilakukan oleh manusia, karena manusia diciptakan Tuhan menurut rupa dan gambar Allah.
Keadilan dan kebenaran yang sejati, hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang melakukan Firman Tuhan. Keadilan dan kebenaran, tidak dapat dipisahkan dari kesalehan yang benar. Sebab itu, dimana-mana pun, melakukan keadilan dan kebenaran, tidak boleh dikhotbahkan, hanya dalam lingkup pertobatan dan keselamatan pribadi saja (terlepas dari hububngan dengan orang lain), seperti yang kerap dilakukan gereja sekarang ini. Iman yang benar, pasti tampak jelas dari bagaimana seorang secara konsisten menuntut, ditegakkannya keadilan dan kebenaran di rumah, di gereja dan di masyarakat.
Demikian jugalah Firman Tuhan yang menghantar kita di hari Minggu ini, dari Kisah 6:1-7, gereja menetapkan ketujuh orang Yunani di gereja Yerusalem sebagai pemimpin pelayanan Diakonia, dengan tiga persyaratan utama yaitu, mereka haruslah orang-orang yang memiliki reputasi baik, taat pada pimpinan Roh Kudus dan orang yang bijaksana. Penetapan itu dilakukan agar pelayanan dapat dilanjutkan dengan seimbang, antara pelayanan Firman, pelayanan doa dan pelayanan kepada orang-orang miskin (diakonia)
Mari kita lihat sejenak bagaimana kebenaran, keadilan, dan kebebasan yang ada didalam dunia hingga saat ini. Kalau kita mau objektif memang kenyataannya, kebebasan dan hak individu yang kita peroleh dalam masyarakat bebas sekarang ini, sebagian besar adalah hasil dan dampak dari dunia kekristenan. Para pemimpin dunia di era modern yang menerima referensi bijaksana, menyadari bahwa manusia memiliki nilai tertinggi, karena manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling mulia, karena Alkitab jelas mengatakan bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah karenanya memiliki hak asasi yang sama (band Kejadian 1:26-27 )
Di berbagai zaman bahkan sampai kepada zaman Romawi yang hebat sekalipun, sepertiga dari warga negara adalah kaum budak yang diperlakukan dengan semena-mena, padahal mereka adalah manusia sebagaimana manusia lainnya. Setelah Injil diberitakan dan bangsa-bangsa menerima Kristus, perbudakan dilarang.
Memang, diluar pengaruh Alkitab, tradisi Yahudi dan Kristen, sulit untuk berkembangnya keadilan dan kebenaran, karena mereka tidak menganggap bahwa Tuhan diciptakan menurut gambar Allah yang penuh kasih. Dan inilah dasar yang memberikan martabat yang sama bagi setiap individu dan Tuhan Allah telah menempatkan hukum moralNya di setiap orang yang diciptakanNya (band Roma 2:15 ).
Karena itulah Alkitab penuh dengan perintah agar manusia jangan memutarbalikkan keadilan.
_"Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan, janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran (Imamat 19:15)”_
_"Membenarkan orang fasik dan mempersalahkan orang benar, kedua-duanya adalah kekejian bagi TUHAN (Amsal 17:15)”_
_"Belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam, belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! (Yesaya 1:17)”_
Meski demikian, sejarah mencatat, masih banyak orang yang mengaku Kristen, tetapi mereka tetap menindas keadilan dan kebenaran. Itu sebabnya, Firman Tuhan mengecam mereka, dan menyerukan agar orang yang beribadah kepadaNya dituntut melaksanakan keadilan dan kebenaran sebagaimana dikatakan dalam Mikha 6:8, supaya Israel bertindak adil, mencintai kebaikan, dan hidup rendah hati dihadapan Tuhan.
“Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir (Amos 5:24)"
*1. HENTIKANLAH PENINDASAN DAN KEKERASAN*
Kitab Yehezkiel ditulis pada tahun-tahun awal pembuangan Israel di Babel (592-570 SM). Yehezkiel artinya “Allah menguatkan atau meneguhkan”. Yehezkiel lahir di Yehuda dari keturunan Imam dimana selama 25 tahun pertama hidupnya, tinggal di Yerusalem. Yehezkiel sedang dipersiapkan untuk menjadi imam di Bait Suci Yerusalem saat ia turut diangkut ke pembuangan di Babel tahun 597 SM bersama dengan Yoyakhin anak Yoyakim. Barulah pada umur 30 Tahun, Yehezkiel menerima panggilan Allah sebagai nabi dan mendapat penglihatan akan kejatuhan dan pemulihan bangsa Israel.
Pada masa itu terjadi pemerasan atas hak-hak orang miskin dan lemah, aniaya, kecurangan timbangan yang berdampak pada terciptanya ketidakadilan sosial. Kecurangan terjadi bukan saja dalam pelaksanaan pemberian persembahan korban didalam ibadah tapi juga dalam melaksanakan transaksi jual beli sehari-hari.
Tanah di Israel dan persembahan korban di bait suci yang semestinya berfungsi untuk pendamaian bagi umat Allah yang disalurkan melalui raja juga diselewengkan karena keserakahan raja dan pemimpin Israel. Oleh karena itulah nabi Yehezkiel mengingatkan demikian,
_"Beginilah firman Tuhan ALLAH: "Cukuplah itu, hai raja-raja Israel, jauhkanlah kekerasan dan aniaya, tetapi lakukanlah keadilan dan kebenaran; hentikanlah kekerasanmu yang mengusir umat-Ku dari tanah miliknya, demikianlah firman Tuhan ALLAH (Yehezkiel 45:9)”_
Tetapi orang-orang fasik, tetap melawan Firman Tuhan, dan keadaan ini masih terjadi di zaman Tuhan Yesus. Di Bait Allah dulu ada Annas dan Kayafas, dua orang imam besar. Annas adalah mertua dari Kayafas dan mereka berdua inilah yang mengendalikan segala pengaturan di Bait Allah. Segala timbangan dan ukuran untuk persembahan korban yang dibawa ke bait Allah, dikendalikan mereka berdua. Jadi kalau orang datang ke Bait Allah, mereka akan menentukan apakah persembahan korban yang mereka bawa akan dapat diterima atau tidak. Untuk mengambil keuntungan maka mereka dapat mengatakan bahwa, “wah persembahan anda belum memenuhi persyaratan”, maka mereka harus membeli gantinya dari para imam dan mereka akan membebankan harga jual yang mahal bahkan dua kali lipat. Tetapi karena umat harus melaksanakan persembahan korban maka mereka terpaksa membeli dari jaringan para imam tersebut. Itu hanyalah sebagian kecil kejahatan atau pencurian yang betul terjadi di bait Allah di Yerusalem. Jadi jangan heran kalau Annas dan Kayafas bersekongkol dalam peristiwa penyaliban Yesus Kristus.
Perhatikan, tujuan Tuhan menghadirkan pemerintahan sipil di dunia ini adalah untuk melindungi warga negara atau orang-orang dari penindasan dan menghentikan kejahatan. Rasul Paulus didalam Roma 13 :3, bahwa
_“Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya”._
Pemerintah dihadirkan Tuhan untuk menghukum kejahatan dan menegakkan keadilan dan kebenaran. Karena itu setiap orang yang melakukan yang baik, keadilan dan kebenaran, tidak usah takut karena Tuhan membangkitkan pemerintah untuk menghukum kejahatan melindungi orang benar. Firman Tuhan menyuruh kita tidak mengikuti pemerintah kalau mereka mereka melakukan kejahatan dan ketidak adilan. Disanalah malahan Tuhan memanggil umatNya untuk menyerukan suara kenabian, keadilan dan kebenaran.
Disinilah melalui nabi Yehezkiel, Tuhan memerintahkan agar Israel, raja dan para imam menghentikan kejahatan yang selama ini mereka lakukan. Bukankah jauh sebelumnya juga, Ahab, raja Israel yang jahat itu, menginginginkan kebun anggur Nabot, dan dengan licik menyerobotnya. Dan istrinya, Izebel mendukung rengekan suaminya agar raja Ahab dapat merampas tanah Nabot yang hanya sedikit itu. Dan akhirnya Tuhan menghukum raja Ahab dan Izebel yang jahat itu.
Tuhan memerintahkan agar dari pemerintahan yang paling atas, raja dan para ulama menghentikan kejahatan mereka. Mengapa dimulai dari atas ? Karena kesalahan para pemimpin akan merusak seluruh sistem sampai ke bawah.
*2. BERUSAHA DENGAN BISNIS YANG JUJUR*
Eva, bat dan homer adalah ukuran-ukuran yang dipakai dalam menimbangan pertimbangan di Israel saat itu. Syikal juga adalah ukuran beratnya uang logam untuk melakukan transaksi bisnis. Kita tidak akan terlalu jauh menghitungnya secara teknis. Tetapi apa yang hendak Tuhan perintahkan disini, adalah supaya Israel bertransaksi dengan jujur. Janganlah umat Tuhan melakukan pencurian dan perampokan didalam kegiatan bisnis mereka. Tuhan menghendaki agar umatnya jangan menipu dan mencuri sesuatu dari sesamanya. Janganlah melakukan kejahatan apapun dari setiap transaksi yang kamu lakukan.
Yehezkiel mengecam praktik ketidakadilan yang mereka lakukan dengan memainkan timbangan/neraca. Mereka memainkan ukuran timbangan efa, bat dan syikal yakni alat-alat timbangan dan ukuran raja sebagai standar yang dikenal di Babel. Alat-alat timbangan ini dipergunakan secara curang atau serong dengan cara menaikkan atau menurunkan timbangan untuk menipu sesama disertai permainan harga demi mendatangkan keuntungan.
_“Neraca yang betul, efa yang betul dan bat yang betullah patut ada padamu. Sepatutnyalah efa dan bat mempunyai ukuran yang sama yang ditera, sehingga satu bat isinya sepersepuluh homer, dan satu efa ialah sepersepuluh homer juga, jadi menurut homerlah ukuran-ukuran itu ditera. Bagi kamu satu syikal sepatutnya sama dengan dua puluh gera, lima syikal, ya lima syikal dan sepuluh syikal, ya sepuluh syikal, dan lima puluh syikal adalah satu mina (Yehezkiel 45:10-12)”_
Para Raja sebagai pemimpin pemerintahan mestinya bertanggungjawab agar hidup umat Allah mencerminkan kekudusan, bukan malah melakukan praktek curang, tidak adil dan jujur. Ritual keagamaan sebagai pilar penting dalam ibadah dan persembahan korban dinodai dengan praktek-praktek ketidakjujuran. Peran Raja sebagai pemimpin Israel yang mesti menjadi teladan hidup menjadi gagal.
Peran para pemimpin, khususnya raja Israel, bukanlah untuk memeras rakyat melainkan untuk mengupayakan kesejahteraan, menegakkan kebenaran atau keadilan yang merefleksikan ibadah umat kepada Allah.
Jangan sampai ada kecurangan didalam hal mengatur persembahan bagi Tuhan. Seorang pemimpin haruslah mengelola persembahan untuk umat Israel datang kepada Allah. Seorang pemimpin bukan menjadi tuan yang menjalankan kekuasaan dengan sewenang-wenang atas umat dan menjadi pusat perhatian umat. Sebab yang harus menjadi pusat perhatian umat adalah Allah yang selalu hadir dalam baitNya.
Raja yang berperilaku buruk dan membiarkan penindasan, itulah juga yang mengakibatkan hancurnya etos kerja dan menghancurkan perekonomian masyarakat dan pasti pada gilirannya berdampak buruk pula pada peribadahan di Bait Allah.
Orang-orang di zaman itu kemudian menjadi rusak, menjadi pemberontak, bahkan menjadi mati rohani serta ikut menyembah berhala meniru masyarakat di sekelilingnya. Kesenjangan ekonomi, makin dalam, penindasan oleh orang kaya dan sebagian besar rakyat jatuh dalam kemiskinan.
Karena itulah Yehezkiel menyampaikan Firman Tuhan untuk pembaharuan hidup umat Allah. Raja selaku pemimpin yang mengelola segala bentuk persembahan dan upeti atau pajak demikian juga memberikan persembahan dan upeti untuk dikelola berdasarkan patokan dan standar hidup serta perilaku yang sesuai kebenaran atau keadilan Allah. Kebiasaan-kebiasaan buruk (praktik ketidak-adilan) di pembuangan harus ditinggalkan supaya keadilan dan kebenaran Allah ditegakkan.
Situasi Israel pada saat itu begitu memprihatinkan. Memang kita melihat semuanya itu terjadi di zaman dahulu. Tetapi bukankah hal yang seperti itu masih terus terjadi di berbagai belahan dunia sampai saat sekarang ini ? Untuk kepentingan ekonomi dan harta dunia dimana-mana baik pemerintah, lembaga keagamaan dan perorangan melakukan berbagai kejahatan yang berusaha disembunyikan secara sistematis, terang-terangan atau tersembunyi.
Ada yang melakukannya mungkin karena ketidak tahuan akan Hukum Tuhan tetapi ada juga orang yang melakukannya dengan sengaja melawan Hukum dan Kebenaran. Tetapi pasti tiba saatnya Tuhan akan menghukum orang-orang yang melakukan kejahatan dan yang pasti apabila Yesus kristus Raja di atas segala raja itu datang menghakimi dunia maka setiap orang yang pernah melakukan kejahatan harus berta nggungjawab dan tidak dapat mengelak lagi. Karena itu Firman Tuhan menyuruh Israel dan orang yang mendengar Firman Tuhan dimana pun mereka dengan segala profesinya, segera menghentikan perbuatan yang tidak jujur dan menindas orang lain.
Situasi Israel pada saat itu begitu memprihatinkan. Memang kita melihat semuanya itu terjadi di zaman dahulu. Tetapi bukankah hal yang sepreti itu masih terus terjadi di berbagai belahan dunia sampai saat sekarang ini ? Untuk kepentingan ekonomi dan harta dunia dimana-mana baik pemerintah, lembaga keagamaan dan perorangan melakukan berbagai kejahatan yang berusaha disembunyikan secara sistematis, terang-terangan atau tersembunyi.
Ada yang melakukannya mungkin karena ketidak-tahuan akan Hukum Tuhan tetapi ada juga orang yang melakukannya dengan sengaja melawan Hukum dan Kebenaran. Tetapi pasti tiba saatnya Tuhan akan menghukum orang-orang yang melakukan kejahatan dan yang pasti apabila Yesus kristus Raja di atas segala raja itu datang menghakimi dunia maka setiap orang yang pernah melakukan kejahatan harus berta nggungjawab dan tidak dapat mengelak lagi. Karena itu Firman Tuhan menyuruh Israel dan orang yang mendengar Firman Tuhan dimana pun mereka dengan segala profesinya, segera menghentikan perbuatan yang tidak jujur dan menindas orang lain. Setiap orang percaya dipanggil untuk sungguh-sungguh melakukan kehendak Allah, menegakkan keadilan dan kebenaran,
_“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan (Matius 5:6)”_
Setiap orang yang mendengar dan mau melakukan Firman Tuhan, akan merindukan keadilan dan kebenaran dilakukan dan sungguh-sungguh.
Setiap orang percaya dipanggil untuk sungguh-sungguh melakukan kehendak Allah, menegakkan keadilan dan kebenaran,
_“Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan (Matius 5:6)”_
Setiap orang yang mendengar dan mau melakukan Firman Tuhan, akan merindukan keadilan dan kebenaran dilakukan dan sungguh-sungguh. Umat tebusan Tuhan diingatkan dengan keras untuk tidak melakukan sebagaimana dilakukan orang pada zaman itu. Kasih Allah harus nyata didalam setiap aktivitas hidup dan perilaku orang-orang percaya. Kekudusan, kebenaran dan Keadilan Allah hanya dapat dijunjungtinggi dan ditegakkan bila bertitik tolak pada apa yang menjadi kehendak Allah bukan ukuran manusia.
*3.MEMPERSEMBAHKAN DENGAN KETULUSAN*
Inilah teguran bagi para imam atas ketidakjujuran mereka dalam mengatur persembahan di Bait Allah, karena mereka menggunakan timbangan, dan takaran yang yang tidak jujur. Memang penyalahgunaan alat-alat penimbang di pasar ini sering disebut-sebut dalam Perjanjian Lama (Imamat 19:35, Ulangan 25:13–16, Amsal 11:1, Amos 8:5, Mika 6:10–12).
Orang-orang di zaman Amos lebih menyukai keuntungan yang tidak jujur daripada mencintai Tuhan. Mereka egois dan tamak. Kurangnya moralitas mereka di pasar mencerminkan sikap longgar mereka terhadap semua standar kebenaran.
Para pedagang yang tidak jujur, merusak timbangan, memasang pemberat palsu pada takaran yang digunakan untuk menjual biji-bijian, mencampurkan sekam dengan gandum yang dapat dijual, dan mengikis logam dari uang logam yang digunakan sebagai penukar (Amos 8:5–6)
Kepedulian akan kejujuran diterapkan di lingkungan Bait Allah dan di pasar. Di Bait Allah, hewan dibeli dan uang ditukar oleh mereka yang datang untuk beribadah.
Nabi Amos mengecam dan menentang penyembahan yang tidak tulus dan praktik yang tidak jujur (band Amos 8:1–6). Dia melukiskan gambaran kotor tentang orang-orang yang justru di hari Sabat yang melakukan kecurangan di halaman Bait Allah.
Yehezkiel juga telah menegur para pemimpin masyarakat atas ketidakadilan mereka (band Yehezkiel 22:1-31). Demikian juga dia juga menegur para imam supaya mereka sadar betapa seriusnya kejujuran dalam mempersemnbahkan korban kepada Tuhan.
_"Inilah persembahan khusus yang kamu harus persembahkan: seperenam efa dari sehomer gandum dan seperenam efa dari sehomer jelai. Tentang ketetapan mengenai minyak: sepersepuluh bat dari satu kor, satu kor adalah sama dengan sepuluh bat. Seekor anak domba dari setiap dua ratus ekor milik sesuatu kaum keluarga Israel. Semuanya itu untuk korban sajian, korban bakaran dan korban keselamatan untuk mengadakan pendamaian bagi mereka, demikianlah firman Tuhan ALLAH (Yehezkiel 45:13-15)”_
Begitulah juga setiap orang percaya dipanggil agar memberikan persembahan sebagai tanda ucapan syukur atas pemeliharaan Allah dan wujudnyata mendukung peribadatan kepada Allah. Sebagai warga masyarakat, orang Kristen wajib membayar pajak kepada negara.
Ibadah dan perilaku hidup haruslah berjalan seiring dengan percaya kita pada Allah, dan harus dinyatakan dalam perbuatan baik, benar dan adil. Karena itu segala perilaku hidup yang bertentangan iman percaya seperti perampasan hak-hak orang miskin dan lemah, kecurangan, kekerasan, aniaya dan lain-lain, tidak boleh mendapat tempat dalam hidup setiap orang percaya.
Tuhan Yesus mengajari kita supaya memperhatikan hal itu, supaya ibadah kita berkenan kepada Tuhan. Pada Khotbah di Bukit (Matius 5:23-24), Tuhan Yesus menyebutkan mendesaknya keselarasani iman dan tindakan.
_"Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu”_
*4. LAKUKAN TANGGUNGJAWAB DENGAN BENAR*
Yehezkiel menegur para pemimpin umat atas ketidakadilan mereka dan juga menegur para imam betapa seriusnya Tuhan Allah menuntut kejujuran dalam urusan antar individu. Itulah kesaksian yang menyedihkan atas tidak adanya kejujuran di antara para pemimpin rohani pada zaman Yehezkiel dan juga menjadi peringatan bagi para pemimpin rohani juga di zaman ini.
Umat Tuhan bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan di Bait Allah dan memberikan persembahan khusus. Persepuluhan dan persembahan selalu menjadi cara yang dipakai untuk membiayai pekerjaan Tuhan. Setiap orang harus berpartisipasi dalam hal ini, satu-satunya metode yang sah untuk mendukung pelaksanaan pelayanan di Bait Allah, adalah pemberian sukacita bukan dilaksanakan dengan transaksi dagang.
Setiap orang harus memberikan persembahan melalui raja dan raja bertanggung jawab untuk menyediakan persembahan dan pengorbanan didalam setiap kegiatan ibadah. Raja harus mempersiapkan korban bakaran, korban biji-bijian, dan persembahan-persembahan, pada hari raya, pada bulan baru, dan pada hari sabat, dan untuk semua hari raya yang telah ditetapkan di Israel.
Raja harus melakukan persembahan pendamaian dimana dia harus mempersembahkan korban penghapus dosa, korban sajian, korban bakaran, dan korban keselamatan, untuk mengadakan pendamaian bagi kaum Israel.
Secara keseluruhan didalam masyarakat raja adalah pemimpin yang memimpin masyarakat melakukan kehendak Tuhan Allah. Meskipun tidak persis sama dengan pemungutan pajak yang dilakukan di zaman sekarang ini, tetapi hal ini tidak jauh bedanya. Rasul Pauls sendiri mengatakan didalam 1 Korintus 9 bahwa setiap orang yang melaksanakan tugasnya layak memperoleh dukungan hidup daripadanya. Bukan saja didalam melaksanaakan pemerintahan, didalam pelayanan rohani pun juga demikian. Hamba-hamba Tuhan wajib memperoleh dukungan hidup sehari-hari dari pelayanan dari umat yang dilayaninya. Meskipun demikian rasul Paulus tidak menuntut karena dia sendiri menghidupi dirinya sebagai pembuat tenda untuk mendukung pelayanannya. Tetapi sebetulnya dia berhak untuk memperoleh dukungan dari pekerjaan pelayanannya.
Telah diperintahkan agar Israel mempersembahkan, “Persembahan Khusus”, seperenam efa dari sehomer gandum dan seperenam efa dari sehomer jelai. Persembahan minyak, yaitu sepersepuluh bat dari satu kor, dan eeekor anak domba dari setiap dua ratus ekor milik sesuatu kaum keluarga Israel. Dan kesemuanya itu adalah untuk korban sajian, korban bakaran dan korban keselamatan, untuk mengadakan “Pendamaian” bagi Israel.
Tuhan membuatkan daftar persembahan yang harus diserahkan melalui raja yaitu persembahan bahan makanan hasil pertanian yang berupa biji-bijian (gandum, jelai, minyak ) dan hewan kurban. Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dalam pemeliharaan ibadah umum kepada Tuhan. Dan menjadi salah satu tugas raja, yaitu mengelola persembahan yang diserahkan oleh rakyat. Jadi, segala persembahan itu disampaikan kepada raja Israel,
_“Seluruh penduduk negeri harus mempersembahkan persembahan khusus ini kepada raja di Israel. Dan rajalah yang bertanggung jawab mengenai korban bakaran, korban sajian, korban curahan pada hari-hari raya, bulan-bulan baru, hari-hari Sabat dan pada setiap perayaan kaum Israel. Ialah yang akan mengolah korban penghapus dosa, korban sajian, korban bakaran dan korban keselamatan untuk mengadakan pendamaian bagi kaum Israel."_
Raja Israel, yang menerima persembahan dari rakyat, wajib memberikan persembahan pada berbagai kesempatan pengorbanan seperti, korban bakaran, korban sajian, korban curahan sebagai korban penghapus dosa. Menurut komentari Ellicott, pengaturan di zaman Yehezkiel ini menjadi baru, karena sebelumnya hukum Musa tidak membuat ketentuan mengenai sumber dari mana korban perayaan diperoleh. Apa yang telah diserahkan kepada persembahan kehendak bebas, tetapi sekarang sekarang menjadi kewajiban yang ditetapkan.
Meski sistem peribadahan di dalam era Perjanjian Lama yang harus dipenuhi oleh Israel cukup rumit, tetapi kesemuanya itu sebetulnya menunjuk kepada sangat pentingnya hubungan pribadi antara umat dengan Tuhan Allah. Bahkan raja Israel harus mengaturnya melalui Pemerintahan agar setiap orang melakukan kewajiban masing-masing di hadapan Tuhan. Setiap orang berdosa dan harus mempersembahkan korban penghapusan dosa dan disampaiklan kepada raja agar setiap orang jangan terlewatkan. Tetapi yang dijelaskan melaui sistem ibadah dan persembahan korban itu, adalah menunjuk kepada Yesus Kristus, satu-satunya korban untuk pengampunan dosa yang sungguh dapat menghapus dosa manusia, bukan korban hewan. Dan mengenai hal ini, jelas dikatakan didalam kitab Ibrani.
_“Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa. (Ibrani 10:3-4)”_
Kesemuanya itu menunjuk kepada ketaatan yang dituntut Tuhan dari umatNya, bahwa hanya oleh kasih karunia Tuhan lah yang dapat menghapuskan dosa, bukan persembahan korban, apalagi darah binatang, tetapi ketaatan dan iman kepada Tuhan Allah, dimana Allah Bapa telah mengutus AnakNya sendiri sebagai Korban Yang Sempurna dan yang berkenan kepada BapaNya.
_"Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian!" (Wahyu 5:12b)”_
Tidak lama lagi ketika Tuhan datang menjadi hakim Dia akan memberikan Yerusalem yang baru, bumi baru dan langit yang baru, dimana didalamnya Anak Domba Allah memerintah umatNya. Di sana, Tuhan akan menghapus segala penderitaan, tidak ada lagi susah dan air mata.
Demikianlah mata rohani kita memandang dan dengan visi masa depan itu, maka kita diajak selalu memandang ke atas, kepada sumber pertolongan kita yang teguh dan iman seprti itulah yang akan terus membentuk perilaku anak-anak Tuhan, agar tetap hidup dengan penuh kasih Tuhan, berlaku adil, mencintai kebenaran dan keadilan, karena itulah yang dikehendakiNya.
Dengan demikian, setiap orang percaya (gereja), imannya nyata dalam hal keadilan dan kebenaran, tidak hanya duduk diam saja, merindukan saat itu tetapi setidaknya mulai sekarang, hidup melakukan Firman Tuhan, hidup sebagai ciptaan baru didalam Kristus. _*Amin!🙏*_
🌷Salam dan doa,
_ev. r.l.toruan/ev.m.br.p1000, depok_