KASIH YANG BERKORBAN
Kisah Para Rasul 27:1-12, 21 Mei 2025
Dalam tema bulan ini mengenai hidup tanpa pamrih (Living Selflessly), Tuhan Yesus ingin mengajarkan kepada kita agar dalam hidup ini kita memiliki kasih yang berkorban. Kasih yang berkorban adalah kasih yang rela memberikan sesuatu yang berharga, bahkan mengorbankan kenyamanan, kepentingan, bahkan kebahagiaan pribadi demi kebaikan orang lain.
Seringkali kita sulit memiliki kasih yang berkorban dan hidup tanpa pamrih karena masih menuntut keadilan. Kita merasa bahwa jika kebaikan dibalas dengan kebaikan atau kejahatan dibalas dengan kejahatan, itu adalah sesuatu yang adil dan sudah sewajarnya. Bahkan ketika kita disakiti dan tidak membalasnya, kita merasa telah bertindak lebih dari sekedar mengikuti nilai-nilai dunia yang mengajarkan mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Namun, Tuhan Yesus memberikan standar yang lebih tinggi. Ia mengajarkan kita untuk tidak melawan orang yang berbuat jahat. Sebaliknya, “Siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu, dan siapa pun yang memaksamu berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.”
Pada masa itu, bangsa Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi. Ada semacam peraturan tidak tertulis yang mengizinkan tentara Romawi memerintahkan siapa saja yang mereka temui di jalan untuk membawa barang-barang mereka sejauh satu mil (kurang lebih 1,6 km). Orang-orang yang diperintahkan ini harus melakukannya, suka atau tidak suka, terima atau tidak terima. Itulah sebabnya, saat penyaliban Tuhan Yesus, seorang bernama Simon dari Kirene yang sedang masuk ke kota dipaksa oleh tentara Romawi untuk memikul kayu salib Yesus dan berjalan dibelakangNya (Matius 27:32).
Perjalanan sejauh satu mil seharusnya tidaklah berat. Namun, perjalanan yang tidak jauh akan terasa berat dan menyiksa bila dilakukan dengan hati yang panas, penuh amarah, sungut-sungut dan keluh kesah. Perkataan Yesus ini mungkin sulit dipahami, bagaimana bisa berjalan sejauh dua mil, sedangkan untuk menuntaskan satu mil saja sudah terasa berat ?. Namun, jika perjalanan mil pertama dilakukan tanpa amarah dan keluhan, maka perjalanan selanjutnya tidak akan terasa sulit. Dalam hal ini, Tuhan Yesus tidak sedang menentang pelaksanaan keadilan yang semestinya bagi orang-orang yang melakukan kejahatan. Ia mengajarkan bahwa jika kita diperlakukan tidak adil, janganlah membenci, tetapi tunjukkan reaksi yang mencerminkan bahwa hidup kita berpusat kepada Kristus dan nilai-nilai Kerajaan Allah. Dengan demikian, tindakan kita dapat menarik orang lain untuk mengenal siapa Kristus, melihat perbuatan kita yang baik, dan memuliakan Bapa di surga (Matius 5:16). (RSN)
Questions :
1. Bagaimana reaksi kita ketika diperlakukan tidak adil ?
2. Sudahkah kita menunjukkan bahwa hidup kita berpusat kepada Kristus ?
Values :
Dunia mengajarkan balas dendam, tetapi Yesus mengajarkan kasih dan doa bagi musuh serta mereka yang menganiaya kita.
“Tetapi Aku berkata kepadamu : Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan siapa yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil (Matius 5:39,41)”
Tuhan mau kita memberikan kasih yang berkorban, sebab jika hanya mengasihi orang lain yang mengasihi kita, duniapun melakukannya.











