PRAKTIK PENINGGIAN
Markus 4:21-41, 19 Juni 2025
Saat kegiatan doa, pujian dan penyembahan non-stop yang mengajak jemaat berdoa bagi situasi perekonomian nasional maupun internasional, khususnya berkenan dengan kebijakan tarif impor yang diperkirakan berpotensi menimbulkan resesi ekonomi, seorang hamba Tuhan menyampaikan keprihatinannya mendengar rencana perampingan organisasi dengan alasan efisiensi, agar perusahaan tetap bisa beroperasi. Namun orang percaya sebagai warga Kerajaan pastinya tidak khawatir dengan tetap memegang janji Tuhan, “Ia sekali-kali tidak akan membiarkan dan tidak akan meninggalkannya (Ibrani 13:5)”; bahkan ketika umat Tuhan merendahkan diri di hadapanNya, Ia akan meninggikan mereka (Yakobus 4:10); sementara manusia akhir zaman sibuk membangun menara babelnya untuk meninggikan diri sendiri.
Memasuki akhir trimester kedua meratakan gunung dan bukit, maka umat percaya tentunya sudah berjuang dan diharapkan berhasil mengalami pemulihan hubungan, bersedia mengampuni, berjalan dalam rekonsiliasi, mempraktikkan kerendahan hati, bahkan sampai pada tingkat mampu hidup tidak mementingkan diri sendiri; kemudian menyadari Allah berkuasa meninggikan yang tertindas dan dianggap lemah, sebagaimana diungkapkan dalam Magnificat Maria tentang kuasa Allah yang membalikkan ekspektasi manusia terkait orang yang berkedudukan rendah dan yang berkuasa. Lalu bagaimana kita menerapkan gagasan meninggikan kaum lemah yang merupakan nyanyian pujian Maria ketika ia mengagumi keadilan, kemurahan, dan pemeliharaan Tuhan ?
Setelah orang percaya mengalami peninggian Tuhan, ada kerinduan agar orang lain pun mengalami hal yang sama, yakni menerima pemulihan dan berkat Allah; dengan demikian hidup sebagai orang yang telah dipanggil akan berpadanan dengan panggilan itu (Efesus 4:1). Karena itu, kita perlu terus mempraktikkan kerendahan hati dalam interaksi dengan sesama, lewat kesediaan mendengarkan mereka yang dianggap rendah, menunjukkan kebaikan dan memberikan dukungan bagi mereka yang kurang beruntung. Selanjutnya, menyadari Allah berkuasa membalikkan keadaan. Ia menyenangi kerendahan hati dan sanggup mengangkat orang yang tertindas, karena Kerajaan Allah bekerja dengan cara berbeda dengan sistem kekuasaan dunia. Dalam masyarakat dunia yang mengidolakan kekuasaan dan materi, orang percaya perlu shift prioritasnya, dari peninggian diri sendiri dan pencarian status, kepada gaya hidup yang sederhana yang merefleksikan nilai Kerajaan Allah. (YL)
Questions :
1. Nilai-nilai dunia dan Kerajaan Allah apakah yang menjadi dalam nyanyian Maria (Lukas 1:52) ?
2. Siapakah yang dimaksud dengan kaum terpinggirkan dan tertindas secara spiritual ?
Values :
Allah mempedulikan kaum miskin, tertindas dan mereka yang terabaikan dalam masyarakat.
“Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu (Mazmur 75:6)”
Karena penebus mereka kuat, Dialah yang membela perkara mereka melawan engkau (Amsal 23:11).


















