Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.
Mutu atau kualitas kayu secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu
ukuran ciri-ciri yang mempengaruhi sifat produk yang dibuat dari kayu tersebut.
Definisi kualitas yang lebih tepat mungkin sukar dipahami karena sifat penting
kayu yang digunakan untuk suatu produk sering berbeda dengan sifat penting
produk lain. Mutu dari suatu jenis kayu ditentukan oleh sifat fisiknya, seperti
warna, tekstur, serat, kesan raba, bau, nilai dekoratif dan sifat-sifat pengerjaan
seperti pengetaman, pembubutan, pemboran, dan pengamplasan. Dalam satu hal,
kualitas mungkin ditentukan dari kerapatan, penampilan, dan cacat kayu yang
terkandung seperti mata kayu, miring serat, dan lubang serangga yang akan
mempengaruhi pengerjaan dan pemakaiannya (Wirjomantoro, 1977).
Kadar air merupakan sifat fisik kayu
yang perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan penggunaannya. Kadar
air sangat bervariasi tergantung jenis dan lokasi di mana kayu tersebut
digunakan. Kondisi yang paling aman untuk dipergunakan adalah kondisi kayu
kering udara, karena pada kondisi ini dimensi kayu sudah stabil dan tahan
terhadap perusak biologis. Di Indonesia kadar kayu dalam kondisi kering udara
adalah 10-18%. Selain sifat fisiknya, untuk keperluan bahan bangunan, perlu
diperhatikan pula sifat mekanis kayu yang sering dijadikan acuan dalam
perencanaan suatu struktur bangunan antara lain keteguhan modulus elastisitas
(MOE), modulus rupture (MOR) keteguhan tekan sejajar dan keteguhan geser. Sifat
fisis dan mekanis kayu selain dipengaruhi oleh jenis pohon, umur, juga
dipengaruhi oleh bagian batang kayu gubal dan teras (Yap, 1964).
Hal-hal yang mempengaruhi mutu kayu,
sifat mekanis dan tegangan ijin,
yaitu berat jenis, kadar lengas (berkaitan dengan muai susut kayu), kecepatan
pertumbuhan (lingkaran tahun), posisi lingkar tahun, mata kayu, retak, miring
arah serat, pohon hidup dan mati, pengeringan alamiah atau oven, pengawetan,.
keawetan dan lama pembebanan (Wirjomantoro,
1977).
Kayu
sebagai bahan bangunan disyaratkan mempunyai kekuatan tertentu, terutama
mengenai sifat fisik/mekaniknya. Dengan diketahuinya kekuatan untuk jenis kayu
tertentu, maka konsumen akan memilih jenis kayu yang tepat sesuai
penggunaannya. Sifat fisik/mekanik kayu yang penting adalah berat jenis,
kembang susut, kadar air dan kekuatan mekanik. Setiap jenis kayu mempunyai ciri
tersendiri baik sifat kimia, dan fisik/mekaniknya. Sebagai contoh kayu jenis fast growing spesies mempunyai sifat
mekanik yang lebih lemah jika dibandingkan dengan non fast growing spesies karena kondisi sel-sel kayunya berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu diantaranya adalah faktor
biologis (mikroorganisme yang menyerang kayu), kadar air, dan berat jenis kayu.
Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dimanipulasi sehingga upaya
pencegahan gangguan kekuatan kayu dapat dipertahankan, misalnya upaya
pengawetan dengan zat kimia, pengeringan dan manipulasi percepatan tumbuh (Damanik,
2005).
Kayu Mahoni (Swietenia mahagony)
Kekuatan
kayu sangat erat hubungan dengan berat jenis. Semakin besar berat jenis kayu
maka semakin kuat kayu tersebut. Tegangan kayu pada umumnya berbeda-beda
menurut jenis kayu dan lokasinya dalam satu pohon. Faktor yang menentukan
variasi tegangan kayu yang terjadi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya berat jenis kayu, kadar air, kondisi pertumbuhan, proses
pengeringan kayu gubal, serta besarnya pembebanan. Perbedaan yang utama antara
kayu mutu tinggi dan kayu mutu normal berhubungan dengan kuat tekan yang
mengacu pada ketahanan maksimum suatu sampel kayu untuk menerima penerapan
tekanan. PKKI 1961 menggambarkan bahwa kayu mutu tinggi sebagai kayu dengan
kuat tekan yang lebih besar dibanding 130 kg/cm2. Kayu mutu tinggi
diperoleh dengan cara menurunkan kadar lengas air dalam kayu sampai 9 % atau
lebih rendah (Savarli, 2008).
Dalam satu
hal, kualitas mungkin ditentukan dari kerapatan, penampilan, cacat kayu yang
terkandung seperti mata kayu, miring serat, dan lubang gerek akan mempengaruhi
pengerjaan dan pemakaiannya (Wirjomantoro, 1977).
Kayu mempunyai kuat tarik dan kuat
tekan relatif tinggi dan berat yang relatif rendah, mempunyai daya tahan tinggi
terhadap pengaruh kimia dan listrik, dapat dengan mudah untuk dikerjakan, relatif
murah, dapat mudah diganti, dan bisa didapat dalam waktu singkat. Pemakaian
kayu sebagai konstruksi dukung banyak menjadi alternatif pengganti besi dan
beton bertulang. Rata-rata konstruksi kayu dengan daya dukung yang sama,
harganya 25% - 40% lebih murah dari pada konstruksi baja dan beton bertulang
(Wiryomartono, 1977).
Pemilahan
kayu ini bertujuan untuk mengenal jenis cacat pada sortimen kayu dan menghitung
besar tegangan ijinnya sehingga dapat diketahui kesesuaian penggunaannya.
A. CACAT
KAYU
Sebagai bahan konstruksi, kayu harus memiliki kekuatan, kekakuan,
kekerasan berukuran besar dan memiliki keawetan alami yang tinggi. Contoh kayu
ini biasanya tergolong dalam kayu berasal dari hutan, atau kayu rimba
(Saefudin, 1999).
Cacat kayu merupakan bagian yang tidak diinginkan dari kayu yang dapat
menurunkan nilai-nilai positif yang terdapat dalam kayu, yang menyebabkan
keawetan dan kekuatan kayu dapat berkurang. Secara umum cacat kayu terbagi atas
3 bagian yaitu:
a. cacat
bentuk
Cacat kayu yang termasuk dalam
kategori ini adalah:
-Membusur (bowing)
yaitu cacat kayu
yang bentuknya melengkung ke arah panjang. Kayu yang membusur disebabkan jarak striker (penggalang) terlalu besar
sehingga kayu melengkung akibat beratnya sendiri.
-Lengkung (crooking)
yaitu melengkung ke arah radial dan tampak seperti membentuk siku (sudut 900).
-Muntir/ melintang (twisting) yaitu cacat yang disebabkan karena kayu tumbuh dalam posisi terpilin.
Cacat ini dapat dilihat dari bentuk log yang terpilin.Cacat ini melengkung ke arah diagonal, namun dapat dicegah dengan memberi
pemberat sebelum dikeringkan.
-Mencawan (cupping)
yaitu cacat bentuk
pada kayu yang melengkung ke arah lebar, umumnya terdapat pada kayu yang
digergaji secara flat sawn. Hal ini dapat menyulitkan mendapat nilai
ketebalan standar.
-Pingul (wane/ wanvlak) yaitu tidak sempurnanya sudut-sudut kayu gergajian sehingga
penampang lintang kayu yang mempunyai cacat tersebut memiliki sudut lebih dari
empat. Hal ini disebabkan bagian permukaan kayu yang bundar pada kayu bulat
terikut pada kayu gergajian.
-Miring serat (slope)
; Penyimpangan
arah serat ini dapat memberikan pola gambaran pada bidang kayu gergajian
sehingga merupakan sifat yang digemari untuk perkakas perabotan. Penyimpangan
arah serat umumnya dinyatakan dalam perbandingan dan semakin besar
penyimpangannya maka akan memberikan pengaruh yang lebih buruk. Serat miring dinyatakan dalam suatu perbandingan antara sisi tegak dengan
alas segitiga siku yang dibentuk oleh arah serat sumbu kayu. Misalnya 1:10,
apabila perbandingan sisi tegak dengan alas segitiga melebihi 1:10 maka kayu
tersebut berserat miring (BPPHP, 2009).
Kayu yang retak pada bagian ujung
b.Cacat
Badan
Menurut Dumanauw (2007),
cacat kayu yang termasuk dalam cacat badan adalah:
1. Mata kayu (knots) yaitu lembaga
atau bagian cabang yang berada dalam kayu.Mata kayu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu mata kayu
sehat, mata kayu lepas, dan mata kayu busuk.
Mata
kayu sehat adalah mata kayu yang tidak membusuk, berpenampang keras,
tumbuh kukuh dan rapat pada kayu, dan berwarna sama atau lebih gelap dari
warna kayu sekitarnya.
Mata
kayu lepas adalah mata kayu yang tidak tumbuh rapat pada kayu, biasanya
pada proses pengerjaannya mata kayu ini akan lepas dan tidak ada gejala
busuk.
Mata
kayu busuk adalah mata kayu yang menunjukan tanda pembusukan dan bagian
kayunya lunak atau lapuk, berlainan dengan bagian-bagian kayu sekitarnya
2. Retak (checks)
Pada
badan kayu bulat atau pada bontos kayu bulat sering adanya terlihat serat-serat
yang terpisah memanjang. Berdasarkan ketentuan pengujian kayu lebar terpisahnya
serat tidak melebihi 2 mm dinamakan retak.
3. Pecah (shake)
Pecah
digolongkan dalam 2 bagian, yakni pecah busur dan pecah gelang.
Pecah
busur adalah pecah yang mengikuti arah lingkar tumbuh, bentuknya kurang
dari setengah lingkaran.
Pecah
galang adalah kelanjutan
dari pecah busur yang kedua ujungnya bertemu membentuk lingkaran
c. Cacat
Bontos
Cacat ini terdiri atas 2 macam yaitu hati kayu yangmerupakan tanda khas yang umum dimiliki kayu daun lebar
didaerah tropis. Hati berbeda
dengan pusat bontos, dan dapat mengurangi kekuatan kayu. Cacat
bontos lain adalah jamur penyerang kayu yang dibedakan menjadi 3, yaitu: