TINDAKAN KASIH
Nehemia 1-2 , 27 November 2024
Baru saja kami selesai diajak berdiskusi terkait materi pendidikan bahasa di era Generative AI dengan menjawab pertanyaan apakah kita bersedia terbang dengan pesawat yang dikemudikan oleh pilot dan tidak berkeberatan diperiksa dokter, atau diajar oleh guru yang semuanya lulus pendidikan dengan bantuan Chat GPT; kemudian ada lagi ajakan berdiskusi dalam renungan harian King’s Sword 27 September 2024 : “Apakah kita merasa capek dengan tuntutan kehidupan yang harus berpadanan dengan karakter Kristus ?” Pertanyaan ini terasa oratorik karena sudah dikunci dengan kalimat kesimpulan jika kita tidak mau menghidupi kehidupan Kristus, maka kehidupan kita akan dikuasai kedagingan kita. Tentu saja orang percaya tidak mau hidup dalam daging, karena tidak mungkin berkenan kepada Allah (Roma 8:8).\
Warga Kerajaan yang terkasih, kalimat-kalimat tersebut sebenarnya saya gunakan sebagai kalimat pembuka saja, dan bukan dimaksudkan untuk menambah beban tuntutan kehidupan yang sudah berat dan membuat penat. Di tempat kerja, kita mungkin sudah merasakan banyak tuntutan ataupun target-target kerja yang harus dipenuhi; dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara pun sudah pasti ada tuntutan atau kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan agar terhindar dari segala konsekuensi yang timbul. Beberapa orang mungkin saja mendapat iluminasi bahwa ada suatu tempat yang memberikan kelegaan dan damai sejahtera; lalu mereka pergi ke gereja. Setelah beberapa waktu berjemaat, kembali mereka termenung-menung, alias “thenger-thenger” (Bahasa Jawa), ketika para hamba Tuhan menggaungkan bahwa mengikut Tuhan dituntut harus memikul salib dan menyangkal diri, dalam dunia orang percaya menderita penganiayaan; tuntutan hidup kudus seolah-olah membawa kembali pada ikatan yang ketat (religare), sementara tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan (Ibrani 12:14).
Setelah menyeruput kembali kopi yang masih setengah cangkir, saya merenungkan kembali jargon anak muda tempo dulu ketika baru berpacaran, lautan akan diseberangi, jarak yang jauh pun akan dilalui untuk dapat bertemu dengan sang pujaan hati, meskipun kalau hujan terpaksa berteduh dulu. Yang pertama, kita perlu mengubah kata “tuntutan” tersebut menjadi “tindakan kasih”. Tuhan sudah mengasihi dan bahkan rela mati untuk kita, dan jika kita mengasihiNya, kita pasti akan melakukan hal-hal yang menyenangkan Dia. Kita dengan tulus dan senang hati melayani dan melakukan perintahNya, sehingga kita tidak lagi merasa lelah dituntut melakukan banyak hal untuk merefleksikan karakter Kristus dan memberikan pengaruh yang baik. Yang kedua, hendaknya kita tidak jemu-jemu atau merasa capek melakukan proses menghidupi Firman Tuhan yang terealisasi dalam perbuatan baik yang kita lakukan terhadap sesama, meskipun hasilnya tampak tidak sesuai dengan yang kita harapkan. (YL)
Questions :
1. Mengapa orang percaya datang ke gereja namun masih merasa dituntut melakukan banyak hal ?
2. Dapatkah orang mengalami damai sejahtera tanpa melalui proses penganiayaan ? Diskusikan !
Values :
Seorang warga Kerajaan seharusnya melakukan perintah Tuhan dengan sukacita dan sebagai tanda kita mengasihiNya.
“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah (Galatia 6:9)”
Marilah kita mengubah pola pikir “tuntutan pekerjaan Tuhan” menjadi “tindakan kasih” kita kepada Tuhan.