KLASIFIKASI KEMIRINGAN LAPANGAN
ABSTRACT
In
general, the map is presented in two-dimensional point of view, where there are
contour lines seen from above the earth's surface. Serving contour map provides
a description of the height of the real earth's surface. Purpose of determining
the map processing class field slope, the forest area, percentage of slope
fields, and functions, the formula ΔH = (a / b. Xi) + (I xi) and Y = (ΔH / M) x
1 / X x 100%. Production forest (HP) <125, Production Forest Protection (HPL)
from 125 to 175, Protection Forest (HL) ≥ 175, that the production of maps of
forest areas in green and yellow area of 1037 Ha, Forest Production and
Protection blue pink area of 1242 , 175 Ha, and obtained Protected Forest area
of 9 ha and forest types that dominate this region of East Kalimantan is the
Production Forest Protection (HPL).
Keywords: map, contour, slope.
ABSTRAK
Pada
umumnya peta disajikan dalam sudut pandang dua dimensi, dimana terdapat garis kontur
dilihat dari atas permukaan bumi. Penyajian peta kontur memberikan gambaran
mengenai ketinggian dari permukaan bumi yang sebenarnya. Tujuan yakni menentukan kelas kemiringan lapangan,
luas areal hutan , persentase kemiringan lapangan, dan fungsi kawasan
lapangan, dengan rumus ΔH=(a/b . xi) + (I x i) dan Y=(ΔH/M) x
1/X x 100%. Hutan Produksi (HP) <125,
Hutan Produksi Lindung (HPL) 125 – 175, Hutan Lindung (HL) ≥175, bahwa pada
peta areal hutan produksi warna hijau dan kuning seluas 1037 Ha, Hutan Produksi
Lindung warna biru dan merah muda seluas 1.242, 175 Ha, dan Hutan Lindung seluas
9 Ha dan jenis hutan yang mendominasi wilayah Kalimantan Timur ini adalah Hutan
Produksi Lindung (HPL).
Kata kunci: peta, kontur, kelerengan.
Kata kunci: peta, kontur, kelerengan.
Untuk pemetaan diperlukan adanya kerangka dasar. Kerangka
dasar adalah sejumlah titik yang
diketahui koordinatnya dalam sistem tertentu yang mempunyai fungsi sebagai
pengikat dan pengontrol ukuran baru. Mengingat
fungsinya, titik - titik kerangka dasar harus ditempatkan menyebar merata di seluruh daerah yang
akan dipetakan dengan kerapatan
tertentu. Mengingat pula pengukuran untuk pemetaan memerlukan waktu yang cukup lama,
maka titik - titik kerangka dasar harus ditanam cukup kuat dan terbuat dari bahan yang tahan lama. Dalam pengukuran untuk pembuatan
peta ada dua jenis kerangka
dasar yaitu kerangka dasar horizontal (X,Y) dan kerangka dasar vertikal (Z). Pada
praktiknya titik - titik kerangka dasar baik horizontal maupun vertikal dijadikan satu titik
(Muhamadi, 2004).
Kontur adalah garis hubung antara titik - titik yang
mempunyai ketinggian yang sama. Garis
yang dimaksud disini adalah garis khayal yang dibuat untuk menghubungkan
titik - titik yang mempunyai
ketinggian yang sama. Walaupun garis tersebut mengubungkan antara dua titik, namum bentuk dan
polanya tidak merupakan garis patah - patah.
Garis - garis tersebut dihaluskan (smoothing)
untuk membuat kontur menjadi “luwes” atau tidak kaku. Hal ini diperbolehkan
pada proses kartografi (Yuwono, 2004).
Dalam
melakukan pengukuran suatu daerah ialah menentukan unsur - unsur, titik - titik atau
bangunan yang ada didaerah itu dalam
jumlah yang cukup sehingga didaerah itu dengan sisinya dapat dibuat suatu skala yang
telah ditentukan terlebih dahulu. Peta berfungsi dalam
menempatkan sesuatu atau fenomena – fenomena geografis kedalam batas pandangan
kita. Dimana peta tersebut dapat dikatakan sebagai
gambaran unsur - unsur atau suaturepresentasi dari
ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi Hasil ini sangat berkaitan dengan
permukaan bumi atau benda - benda angkasa (Harjadi, dkk, 2007).
Pada
umumnya peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data ilmiah yang terdapat
di atas permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai tanda - tanda dan
keterangan - keterangan, sehinga mudah dibaca dan dimengerti. Jika peta
adalah hasil pengukuran dan
penyelidikan yang dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung mengenai hal - hal yang bersangkutan dengan
permukaan bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah. Peta dapat memberikan gambaran mengenai kondisi
atmosfir, mengenai kondisi permukaan tanah, mengenai keadaan lautan, mengenai
bahan yang membentuk lapisan tanah dan
lain – lain (Rahmad, 2002).
Adapun
peta - peta yang memberikan gambaran mengnai hal – hal tersebut di atas, berturut - turut
disebut peta meteorologi, peta permukaan tanah, peta hidrografi, peta geologi
dan lain - lain yang kesemuanya adalah peta dalam arti yang luas. Garis kontur adalah
garis yang menghubungkan titik
yang mempunyai ketinggian yang sama. Beda kontur dalam penggambaran tergantung dari skala yang
telah ditentukan. Dari bilangan
skala tersebut selanjutnya dapat digamabar atau dibuat peta. Penggambaran garis
kontur kontur hanya boleh dilakukan dengan melakukan interpolasi antara dua
buah titik detail saja. Pemulihan nilai
ketinggian garis kontur untuk penggambaran diambil bertahap untuk disesuaikan dengan kelipatan beda kontur
sesuai interval kontur, karena interval kontur merupakan jarak antara dua kontur yang berbeda (Martono, dkk,
2006).
Garis kontur adalah
sebuah garis yang digambarkan pada denah yang menghubungkan semua titik yang
ketinggiannya sama, di atas atau di bawah datum tertentu. Konsep garis kontur tersebut dapat dengan mudah
dipahami jika kita membayangkan
sejumlah kolam. Dengan mempelajari cara pembuatan kontur kita dapat mengetahui keadaaan wilayah hutan yang ingin digambarkan atau dipetakan
pada ketinggian yang sama sehingga dapat mengetahui tinggi rendahnya suatu
wilayah (Sarsito, 2001).
Kontur
dapat digambarkan sebagai proyeksi garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan
tanah dalam ukuran dan bentuk
yang lebih kecil. Pada pembuatan peta kontur ini , juga diperlukan interval kontur yaitu jarak
tegak antara dua kontur yang berdekatan dan berbanding terbalik dengan skala.
Makin besar skala,maka semakin kecil interval kontur. Untuk penggambaran di peta harus dikonversi sesuai dengan skala
petanya, dan memperhatikan titik detail sebagai titik ekstremnya (Siti, dkk, 2007).
Menurut
Sujatmoko (2002) di dalam pembuatan kontur, terdapat beberapa sifat – sifat garis
kontur , yaitu:
Ø Jarak
horizontal 2 buah garis kontur akan semakin rapat dengan kontur interval.
Ø Pada tanah dengan lereng seragam maka garis kontur
akan semakin sejajar dan berjarak satu sama lain.
Ø Garis
– garis kontur tidak akan berpotongan satu sama lain kecuali dalam keadaan
khusus.
Ø Pada permukaan datar atau rata garis kontr
akan merupakan suatu garis lurus, berjarak sama dan sejajar satu sama lain.
Ø Suatu
garis kontur tidak akan terletak pada dua buah garis kontur yang lebih tinggi
atau lebih rendah evaluasinya.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara menentukan kelas kemiringan
lapangan pada peta, untuk menentukan luas areal hutan berdasarkan fungsi
kawasan hutan, untuk menentukan persentase kemiringan lapangan, dan untuk
menentukan fungsi kawasan lapangan.
BAHAN
DAN METODE
Alat dan bahan yang digunakan yaitu peta kontur dengan
skala 1:10.000, buku data, penggaris, alat tulis, pena warna (hitam, biru, merah), dot grid,
kalkulator dan pensil warna.
Dengan
prosedur yakni ditentukan titik pasti dapat berupa percabangan,
sungai, gunung, dan jembatan, ditentukan koordinat P (0,0) pada titik pasti
kemudian ditarik garis dan membentuk petak dengan ukuran 3 x 3, kemudian
ditarik 2 garis diagonal pada masing - masing petak, diberi penomoran dan
koordinat pada masing - masing petak sesuai dengan arah utara mata angin (dari sudut kiri
ke kanan mengikuti arah jalur ular), ditentukan titik diagonal pada setiap petak, ditarik
garis tegak lurus terhadap garis kontur dari titik diagonal ke
garis kontur paling jauh dengan rumus ΔH=(a/b . xi) + (I x i), ditentukan beda tinggi tempat
garis kontur dengan syarat garis
konturnya terbanyak, terapat, dan terjauh, diukur jarak antar garis kontur dalam
satuan cm, dihitung kemiringan lapangannya dengan cara Y=(ΔH/M) x 1/X x 100%,
ditentukan kelas kemiringan
lapangan dan warna kelerengan, dimasukkan ke buku data dalam bentuk tabel, diwarnai masing – masing petak pada peta, dihitung
luas masing – masing kelas kemiringan berdasarkan warna, kemudian dimasukkan ke
dalam tabel.
Dengan
menggunakan peta, terdapat beberapa data yang dikerjakan melalui milimeter
tranparansi yang disebut juga dengan grid. Dot grid ini digunakan untuk
menghitung luas petak yang tidak penuh. Dalam selembar peta sering terlihat
dibubuhi semacam jaringan kotak - kotak atau grid sistem. Tujuan dot grid ini untuk memudahkan penunjukan lembar peta dan untuk memudahkan dalam peletakan suatu
titik. Melalui peta kontur yang kita analisis, kita juga mencari luas tiap -
tiap petak yang kita buat. Agar dapat menentukan luas wilayah tersebut kita
harus terlebih dahulu melihat skala yang dipakai pada peta tersebut.
Dari hasil
percobaan yang dilakukan, diperoleh data bahwa peta tersebut memiliki berbagai
macam warna dan bentuk relief atau kemiringan yang berbeda. Dot grid digunakan
untuk menghitung luas petak yang tidak penuh. Sesuai dengan skala pada peta
yakni 1:10.000, maka didapatkan dalam penghitungan kotak penuh penanda luas
wilayah dikali dengan 9 Ha, dan kotak tidak penuh dikali dengan 0,01 Ha. Dalam
pengerjaannya, dibutuhkan ketelitian dalam mengukur petak 3 cm x 3 cm serta
penentuan komponen X dengan sudut 90° dari diagonal yang telah dibuat dalam
kotak, penentuan garis X bisa berbeda tergantung jenis kerapatan kontur masing
– masing areal petak kontur yang telah dibuat.
Dengan mempelajari cara pembuatan kontur
kita dapat mengetahui keadaan wilayah hutan yang ingin digambarkan atau
dipetakan pada ketinggian yang sama sehingga dapat mengetahui tinggi rendahnya
suatu wilayah. Kerapatan kontur menunjukkan bahwa semakin curam suatu tempat
dan sebaliknya semakin tinggi suatu tempat maka gambar kontur semakin jarang.
Ketinggian yang samalah yang dihubungkan sehingga titik – titik tadi digabung dan
membentuk garis yang berseni dan memaparkan tentang perbedaan tinggi dan besar
kelerengan pada suatu areal. Jenis
kelerengan Datar, warna (Hijau) dengan luas 140,875 Ha, kelerengan Landai,
warna (Kuning) dengan luas 896,125 Ha,
jenis lereng Sedang, warna (Biru) dengan luas 1.072,8 Ha, jenis lereng Curam,
warna (Merah muda) dengan luas 168,375 Ha, jenis lereng Sangat Curam, warna (Merah)
dengan luas 9 Ha. Hasil perhitungan dari peta didapat total luas sebesar
2.288,175 Ha (99,99%).
Pada tanah dengan lereng seragam maka garis kontur
akan semakin sejajar dan berjarak satu sama lain. Pada permukaan datar atau
rata, garis kontur akan merupakan suatu garis lurus, berjarak sama dan sejajar
satu sama lain. Suatu garis kontur tidak akan terletak pada dua buah garis
kontur yang lebih tinggi atau lebih rendah evaluasinya. Kemiringan lahan yang
terdapat pada data membuktikan bahwa peta dengan petak ukuran 3 cm X 3 cm
berjumlah 303 petak, didominasi oleh jenis lereng berwarna biru (Sedang) dan
kuning (Landai), yakni berjumlah 1.072,8 Ha atau sebesar 46,88 % dan 896,125 Ha
atau sebesar 39,16% .
Didapat pula melalui ketentuan atau kriteria TPTI, Hutan
Produksi (HP) <125, Hutan Produksi
Lindung (HPL) 125 – 175, Hutan Lindung (HL)
≥175, bahwa pada peta areal hutan produksi warna hijau dan kuning seluas
1037 Ha, Hutan Produksi Lindung warna biru dan merah muda seluas 1.242, 175 Ha,
dan Hutan Lindung didapat dalam peta dengan skala 1:10.000 seluas 9 Ha. Semakin
besar kemiringan dari suatu daerah dalam peta tersebut maka semakin curam
sifatnya. Dari data didapat bahwa jenis hutan yang mendominasi wilayah
Kalimantan Timur ini adalah Hutan Produksi Lindung (HPL) yakni dengan jenis
lereng Landai dan Sedang atau dalam peta ditunjukkan dengan warna Kuning dan
Biru, masing – masing sebesar 1037 Ha dan 168,375 Ha, atau total 1.242, 175 Ha.
KESIMPULAN
Kelas lereng Sedang (diberi warna biru)
merupakan tipe kelas yang paling mendominasi (kebanyakan tipe kelas lereng pada
peta adalah tipe sedang), yaitu sebesar 260,54 Ha atau 36,99 %. Jenis
kelerengan Datar, warna (Hijau) dengan luas 140,875 Ha, kelerengan Landai,
warna (Kuning) dengan luas 896,125 Ha,
jenis lereng Sedang, warna (Biru) dengan luas 1.072,8 Ha, jenis lereng Curam,
warna (Merah muda) dengan luas 168,375 Ha, jenis lereng Sangat Curam, warna
(Merah) dengan luas 9 Ha. Hasil perhitungan dari peta didapat total luas
sebesar 2.288,175 Ha (99,99%). Dari data didapat bahwa jenis hutan yang
mendominasi wilayah Kalimantan Timur ini adalah Hutan Produksi Lindung (HPL)
yakni dengan jenis lereng Landai dan Sedang atau dalam peta ditunjukkan dengan
warna Kuning dan Biru, masing – masing sebesar 1037 Ha dan 168,375 Ha, atau
total 1.242, 175 Ha. Diharapkan dalam pengerjaan peta dan tahap pengukuran
serta perhitungan lebih teliti agar tidak terjadi kesalahan pewarnaan dan
penentuan jenis lereng serta cakupan jenis dari fungsi kawasan hutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Harjadi, Prakosa, D, dan
Wuryanta. 2007. Analisis Karakteristik
Kondisi Fisik Lahan DAS dengan PJ
dan SIG di DAS Benain - Noelmina. 2007. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7
No.2 thn 2007. Solo.
Martono, D, Surlan, dan
Sukmana. Aplikasi Data Penginderaan Jauh untuk Mendukung Perencanaan Tata Ruang di Indonesia. 2006. Jurnal Inovasi. Vol.7/XVIII/Juni 2006. Jakarta.
Muhamadi,
M. 2004. Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November. Jurnal Teknik Geodesi
FTSP – ITS. Vol. XI No. 3 thn 2004. Surabaya.
Rahmad.
2002. Inventarisasi Sumber Daya Lahan Kabupaten Pelalawan dengan Menggunakan
Citra Satelit. Jurnal Teknik Kimia. UNRI : Riau.
Sarsito, D. 2001. Studi Deformasi secara Geometrik:
Pengukuran, Pengolahan Data dan Analisis. Jurnal Surveying dan Geodesi. Vol. XI, no.1, tahun
2001. Bandung.
Siti,
Saido, A, dan Dhianarto. 2007. Kajian Genangan Banjir
Saluran Drainase dengan Bantuan Sistem
Informasi Geografi (Studi Kasus: Kali Jenes, Surakarta). Jurusan Teknik Sipil
FT UNS. Surakarta.
Sujatmoko, B. 2002.
Kalibrasi Model Matematis 2D Horizontal Feswms dalam Kasus Perubahan Pola
Aliran Akibat adanya Krib di Belokan. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 3, no. 1, tahun 2002. Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar