H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Rabu, 24 Oktober 2012

Visi Pribadi



“Segala sesuatu di dunia ini terjadi pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Ia menentukan waktu yang tepat untuk segala sesuatu. Ia memberi kita keinginan untuk mengetahui hari depan, tetapi kita tak sanggup mengerti perbuatan Allah dari awal sampai akhir.
”(Pkh 3:1, 11, BIS)

Visi pribadi bukanlah keinginan pribadi atau ambisi, tetapi pemberian Allah. Visi pribadi adalah suatu gambaran yang diberikan Allah dalam hati seseorang mengenai hari depannya-apa yang akan dilakukannya dan dicapainya. Visi pribadi kita itu unik-artinya hanya kita pribadilahlah yang bisa melakukannya.
Panggilan adalah anugerah dan kemampuan/karunia ilahi yang diberikan kepada kamu untuk mengerti, memahami dan melakukan suatu perintah spesifik Allah dalam bumi ini. Panggilan berasal dari Allah. Dalam Alkitab, Rasul Paulus sebenarnya tidak memiliki keinginan atau cita-cita untuk menjadi rasul, tetapi Allah memanggil dia untuk menjadi rasul dan memberi dia visi pribadinya. Panggilan Paulus didasarkan oleh kehendak Allah. Hal ini bisa kamu ketahui dari beberapa isi salam dalam surat-suratnya kepada jemaat gereja mula-mula.
Yang perlu kita lakukan adalah mendapatkan visi itu dari Allah dan mengerjakannya. Tujuan akhir kita sebagai orang benar bukanlah untuk masuk surga, tetapi Allah mau mengerjakan sesuatu di bumi melalui kita. Allah mau kita melakukan ‘pekerjaan baik yang dipersiapkan Tuhan sebelumnya’ (Ef 2:10). Pekerjaan itu harus dituntaskan oleh kita. Itulah alasan kenapa kita ada di muka bumi ini. Kejadian diri kta tidak kebetulan. Allah punya rencana bagi kita. Visi pribadi dapat terwujud jika kita hidup secara total berserah kepada Allah dalam ketulusan dan ketaatan.
Panggilan adalah suatu anugerah dimana Allah berkenan mewahyukan setiap janjinya kepada seseorang dan Allah mau agar orang tersebut melakukkan kehendaknya. Berikut ini 5 hal yang menerangkan lebih jauh apa sebenarnya panggilan itu.
1. Panggilan itu ada sebelum orang itu dilahirkan.                                  
Allah memanggil orang-orang pilihannya berdasarkan kehendak-Nya, bahkan sebelum mereka dilahirkan. Ingatlah kejadian Esau dan Yakub. Esau ditolak, tetapi Yakub dipilih, ini sudah ditetapkan sebelum mereka lahir. Tentang Esau dan Yakub dikatakan:
“Sebab waktu anak-anak itu belum lahir atau belum melakukan yang baik atau yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihannya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya.” (Rm 9:9-10)
2. Panggilan didasarkan atas kasih karunia bukan pada perbuatan.
Panggilan adalah kehendak mutlak Allah, tidak didasarkan pada perbuatan baik atau jasa-jasa seseorang.
“Dialah yang memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karunia-Nya, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman.” (2 Tim 1:9)
3. Panggilan akan semakin jelas kalau hati nurani murni.
Panggilan akan diperjelas secara bertahap kalau mata hatimu terang, artinya hati nuranimu murni dan bersih sehingga kamu cepat mengerti akan kehendak Allah dalam hidupmu.
“Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.” (Ef 1:18)
4. Panggilan akan mengubah corak kehidupanmu.
Panggilan ilahi biasanya akan mengubah pandangan hidupmu, standar hidupmu, caramu berbicara, gaya hidup dan pergaulanmu. Ingatlah kepada Paulus, kehidupannya berbeda saat menerima panggilan Tuhan. Orang yang memiliki panggilan ilahi dalam dirinya akan berpikir dan bekerja lebih keras daripada orang lain. Kamu tidak akan sama seperti dulu dan kamu harus rela kehilangan hal-hal yang baik demi hal-hal yang terbaik.
“Sebab itu aku menasihatkan kamu, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.” (Ef 4:1)
5. Panggilan harus dijaga dan dikerjakan seumur hidup.       
Orang yang lari dari panggilannya akan mengalami kehidupan yang payah dan terombang-ambing. Di Alkitab, diceritakan orang yang lari dari panggilannya, yaitu Yunus. Yunus adalah manusia biasa sama seperti kita, sama-sama memiliki kelemahan. Yunus lari dari panggilannya dan kehidupannya mulai susah dan ketika dia berserah, Tuhan meluruskan kembali jalannya. Ingatlah you can run, but you can’t hide. Kamu tidak bisa lari dari panggilan apapun alasannya. Kamu harus mengerjakan panggilan sorgawi sampai mati dan memperjuangkan pekerjaan Imanmu. Teruslah berusaha dengan sungguh-sungguh.
“Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.” (2 Pet 1:10)

Manfaat Kehidupan Yang Memiliki Tujuan Dan Visi

v  Tujuan hidup atau visi kita akan menentukan apa yang harus kita kerjakan sebagai misi dan apa yang tidak perlu kita kerjakan. Tanpa tujuan yang jelas kita tidak memiliki dasar untuk pengambilan keputusan-keputusan, membagi waktu dan menggunakan potensi kita. Kita akan cenderung membuat pilihan-pilihan berdasarkan situasi, tekanan dan suasana hati pada saat itu.
v  Tujuan atau visi itu akan memusatkan usaha dan energi pada hal yang penting, atau semua pikiran dan kemampuan dikerahkan untuk mencapai tujuan itu. Seperti halnya kaca pembesar, sinar matahari bisa difokuskan untuk membakar rumput atau kertas. Paulus dalam Fil 3:13 berkata:” Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku
v  Dengan adanya tujuan atau visi, selalu menghasilkan keinginan yang kuat atau Motivasi yang kuat. Sebaliknya keinginan yang kuat memudar bila kita tidak mempunyai tujuan.
Prinsip Penting Tentang Visi-Misi.
1.      Visi-misi itu tidak datang dari perjuangan kodrati manusia tetapi berasal dari Tuhan. Tuhan sendiri menjumpai Nuh, Abraham, Musa, para nabi lain, lalu menyatakan visi-misi dari-Nya untuk mereka terima sebagai penugasan dari Allah. Demikian juga dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus yang mencari, memanggil, mengikutsertakan para murid-Nya dalam visi-misi yang Ia terima dari Bapa-Nya di surga. Maka, jika kita benar-benar berhasrat memiliki visi-misi hidup yang berarti, carilah dan mintalah dari Tuhan. Seperti doa Paulus, kita perlu merindukan Roh Penyataan dari Allah untuk menyatakan kehendak-Nya bagi kita, keluarga, dan lembaga dimana kita melayani.
2.      Media melalui mana Roh Allah berbicara kepada kita kini menyatakan visi-misi itu adalah teks Alkitab. Sepanjang sejarah Kekristenan, orang Kristen telah mengakui bahwa Alkitab adalah penyataan dari Allah tentang kehendak, rencana-Nya, termasuk tentang hal-hal yang kini kita sebut sebagai visi-misi. Alkitab adalah catatan tentang berbagai tindakan dan tindakan bicara Allah. Catatan ini selain diterima sebagai kanon bagi iman dan tingkah laku, juga menjadi sarana Allah untuk bicara ulang dari zaman ke zaman kepada umat-Nya. Maka, bertanya tentang visi-misi hidup dan pelayanan perlu terkait dengan merenungkan Alkitab. Dalam Alkitab kita menemukan pemaparan denyut hati Allah yang bergerak melahirkan visi-misi dalam berbagai zaman yang berbeda. Dalam Alkitab kita menemukan hal-hal apa yang jadi fokus perhatian Allah di dunia ini, yang juga harus menarik orang serta lembaga Kristen memberi perhatian sebagai visi-misi kita. Bahkan lebih dari itu, Alkitab juga memaparkan tentang berbagai prinsip ilahi bagaimana Allah dan hamba-hamba-Nya mewujudkan visi-misi tersebut.
3.      Jika teks Alkitab demikian normatif bagi penemuan visi-misi kita, maka menafsirkan teks dengan tepat harus merupakan pergumulan serius kita. Betapa sering orang Kristen atau berbagai lembaga Kristen salah membaca atau salah menafsirkan teks Alkitab lalu menjadikan tafsiran salah itu sebagai visi-misi hidup mereka. Misalnya, janganlah kita menafsirkan teks Alkitab bagi visi-misi kehidupan perorangan kita dalam perspektif individualistis atau materialistis. Visi-misi Allah bagi kehidupan orang percaya adalah agar kita memiliki kehidupan yang berkelimpahan, sukacita yang penuh, karena kita bertumbuh makin serasi ke arah Yesus Kristus. Visi-misi Allah melibatkan perorangan untuk kepentingan terbentuknya umat. Maka berkat, pimpinan, penyertaan kepada perorangan, Allah janjikan bukan sebagai tujuan akhir tetapi sebagai bagian dari pembentukan suatu umat yang di dalamnya Ia hadir dan memerintah dalam syalom. Jadi, berhentilah bervisi-misi hidup yang individualistis dan materialistik. Itu pasti bukan dari Tuhan! Bangunlah visi-misi yang menyebabkan makin nyatanya komunikas umat Allah di tengah dunia ini, yaitu komunitas moral-spiritual yang mengambil wujud nyata dalam keseharian.
4.      Visi-misi Allah bermuara pada pewujudan suatu umat ilahi, maka visi-misi kita harus kita kaitkan dalam pengertian yang jeli akan konteks kita masa kini. Konteks kita adalah zaman kita, manusia-manusia dengan berbagai manifestasi multi aspek seperti budaya, ekologi, sosial, ekonomi, politik, pendidikan, dlsb. Orang Kristen dan Gereja ditempatkan Allah di tengah dunia agar menghadirkan karya penyelamatan Yesus Kristus dan berbagai kaitannya. Maka visi-misi Kristen tentu saja menyangkut visi-misi pewartaan Injil, sebab tanpa kesaksian akan hidup dan karya penyelamatan yang telah Yesus wujudkan, bagaimana mungkin pewujudan masyarakat syalom itu dapat terealisir. Namun kita tidak boleh berhenti hanya pada visi-misi dalam arti sempit penginjilan secara lisan belaka. Syalom yang Tuhan wujudnyatakan juga terjadi melalui kesaksian hidup dan karya nyata bernilai Kristen.
Visi-Misi Kristen harus komprehensif, sebab Allah menciptakan suatu dunia yang multi-dimensi. Visi-misi kita pun perlu jeli melihat dunia ini dengan segala masalah dan prospeknya. Seperti halnya bisa jadi kita salah tasfsir teks, bisa jadi juga kita salah tafsir konteks. Betapa sering visi-misi kita sedemikian kerdil sebab dipengaruhi oleh apa yang dalam penilaian kita tentang sikon konteks, kita anggap mustahil Allah akan bekerja mengubahnya. Kita seperti sepuluh mata-mata Israel yang takut dan melepas visi-misi ilahi karena salah tafsir konteks. Sebaliknya, kita harus seperti Tuhan Yesus yang berani berkawan dengan orang-orang tersingkir yang dibuang masyarakat seolah sampah, sebab melihat potensi karya ilahi di dalam mereka. Kemampuan menafsir tepat terhadap konteks inilah (Yoh. 4.35) yang membuat seorang perempuan Samaria aib tanpa nama, berubah menjadi saksi yang membawa seisi kampung percaya Yesus.
Akhir kata, dalam menggumuli apa visi-misi hidup kita, keluarga kita, gereja kita, mari kita melihat jauh ke depan yaitu ke target akhir Allah yaitu eskaton, ketika seluruh bumi dipenuhi oleh keadilan, kebenaran, kemuliaan-Nya, dan Ia menjadi satu-satunya Visi segenap ciptaan-Nya. Amin!


Sesungguhnya seperti yang Kumaksud, demikianlah akan terjadi, dan seperti yang Kurancang, demikianlah akan terlaksana”. Yesaya 14:24

Tidak ada komentar:

Posting Komentar