H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Minggu, 21 Juni 2020

Dosa Ketamakan

*Lukas 12:13-21* | *Menurut Alamanak HKBP*

Ketamakan merupakan salah satu dari *Seven Deadly Sins* atau Tujuh Dosa Maut yang pernah dientri oleh Paus Gregory pada abad ke-6. Ketamakan dan enam dosa lain (Kesombongan, Iri Hati, Kemarahan, Hawa Nafsu, Kerakusan, Kemalasan) diidentifikasi sebagai dosa yang akan menyebabkan kebiasaan buruk lainnya.

Kemudian pada awal abad ke-20, C.S. Lewis yakin sekali bahwa dalam diri manusia akan selalu ada bagian yang kosong yang tidak dapat diisi oleh apa pun (seks, harta, tahta) kecuali oleh Allah sendiri.

Sintesis kedua pemikiran itu berarti bahwa kejatuhan awal manusia mengakibatkan kekosongan (kehampaan jiwa) yang membuatnya melakukan tujuh dosa, puluhan, bahkan ratusan ribu dosa lainnya.

Ketamakan _(Yun: pleonexia)_ , seperti dalam perikop kita Minggu ini sangat berbahaya karena ketamakan punya *daya rusak* (destruktif) dan *daya ledak* (eksplosif) pada diri sendiri dan orang lain.

Karena ketamakan, orang lain jadi korban. Karena ketamakan, tak peduli keluarga besar jadi berantakan. Ketamakan pun menghancurkan persahabatan. Ketamakan membuat _parbadaan_ dan merusak _parhaha-maranggian_ dengan tuntutan pengakuan diri berlebihan.

Ketamakan, ketika merasuki seseorang, menuntut untuk dipuaskan, meski tak akan pernah terpuaskan. Selalu ingin lagi, lagi, dan lagi...     lagi...

*Lukas 12:13-21 mengawali persoalan dengan masalah pembagian warisan (ay.13).* Tapi Yesus, Sang Guru bijaksana, melihat inti persoalannya bukan pada warisan (ay.15) tapi *ketamakan pada warisan.* Bukan warisan yang membuat banyak keluarga bermusuhan lalu berantakan. Bukan harta. Bukan uang. Tapi ketamakan yang bersembunyi di dalam diri seseorang yang berlebihan mencintai warisan. Orang-orang pun terobsesi menimbun warisan yang nyatanya tak dapat dibawa ke "dunia seberang." Lalu pertanyaannya, *untuk siapakah itu nanti?* (ay. 19).

Perikop ini sesungguhnya mencapai klimaksnya nanti di ayat 31. Satu-satunya yang berkuasa mengisi kekosongan jiwa adalah Kerajaan Tuhan. Menghadirkan Kerajaan-Nya adalah awal dari pemberhentian ketamakan.  Kerajaan-Nya mengisi kekosongan jiwa kita sehingga ketamakan ditawan, dimatikan, lalu memunculkan *spiritualitas kecukupan* seperti dalam penggalan Doa Bapa Kami: _berilah kami, makanan kami yang secukupnya._

Setelah semua ini, seseorang yang bertanya pada Yesus itu pun kiranya berkata: _"Sudah cukup Tuhan, biarlah warisan itu tidak usah dibagikan jika tidak mendatangkan perdamaian."_

Selamat Hari Minggu. Tuhan Yesus memberkati. -FRH- 🙏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar