H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Kamis, 04 Juni 2015

Pengolahan DATA DAS



Pengumpulan dan Pengolahan Data

        Untuk mengetahui kondisi tata air DAS maka diperlukan monitoring langsung maupun tidak langsung secara berlanjut.
Adapun data – data yang dikumpulkan dari stasiun Pengamat Air Sungai (SPAS) antara lain :
1.      Data Curah Hujan
Diperoleh dari stasiun pencatat hujan yang ada diwilayah kerja baik secara manual maupun otomatis
a.       Alat Pencatat Otomatis (Automatic Rainfall Logger / ARL)
-       Data yang diperoleh berupa data numeric digital yang memerlukan proses lebih lanjut guna mengetahui besarnya curah hujan harian dan intensitas hujan pada kurun waktu tertentu (per jam). Besarnya curah hujan (dalam mm/hari) yang diperoleh menunjukkan data curah hujan dari stasiun pada posisi kedudukan, tempat stasiun tertentu.
-       Data pengamatan curah hujan disajikan dalam tabel seperti pada lampiran 1 dan rekapitulasinya pada tabel seperti lampiran 2 sedangkan pengelolaan data curah hujan pertahunnya dapat disajikan seperti pada tabel pada lampiran 3 

b.      Pengukuran Manual (Ombrometer)
-          Cara ini dilakukan dengan langsung mengadakan pengukuran dan pencatatan hujan pada setiap pagi hari jam 07.00. Hasil pencatatannya mewakili huhan yang terjadi yang pada hari sebelumnya.
Misalnya hujan yang diukur hari ini dicatat sebagai data hujan hari kemarin.
-          Kumpulan hujan hari ini dicatat dalam daftar seperti contoh lampiran 4.

2.      Data besarnya aliran air ( debit sungai)
a.       Diperoleh dari Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) yang ada dengan jalan memonitor dan mengukur :
-       Memonitor dan mengukur perubahan tinggi muka air dengan penampang basah sungai dari waktu ke waktu
-       Memonitor dan mengukur kecepatan aliran air pada ketinggian muka air tertentu
-       Melakukan perhitungan debit air
Data tersebut disajikan dalam tabel seperti pada lampiran 5 dan rekapitulasinya pada lampiran 6
b.      Hasil perhitungan debit dicatat dalam daftar seperti pada lampiran 7.
      Dari daftar ini dapat diketahui jumlah debit harian, bulanan dan tahunan. Selain itu diketahui pula debit maksimum dan debit minimum.
3.      Data besarnya kandungan Lumpur terlarut (suspended load)
a.       Diperoleh dengan cara mengambil sampel air pada berbagai ketinggian permukaanaliran air atau setiap perubahan yaitu keadaan rendah, sedang dan tinggi (waktu banjir)dengan menggunakan botol plastic (ukuran 100 ml), data ini disajikan dalam bentuk tabel seperti pada lampiran 8.
Kemudian sample dikirim kelaboratorium untuk dilakukan analisa guna mengetahui kandungan lumpur yang tersangkut dengan besaran gram/liter.
Seperti halnya pengukuran debit air, pengukuran kandungan lumpur harus dilakukan secara intensif dan berulangkali untuk mendapatkan data sedimen yang mewakili keadaan setempat.
Pemantauan data ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan pemantauan debit, karena besar kecilnya debit berpengaruh langsung terhadap sedimen tersangkut, sehingga dalam perhitungan data sedimen tersangkut diperlukan data debit dari kejadian dalam waktu yang sama.
b.      Hasil analisa sedimen tersangkut dalam kurun waktu tertentu dicatat dalam tabel seperti lampiran 9.

4.      Data lainnya yang perlu dimonitor adalah data meteorology dari BMG atau stasiun klimatologi yang ada di DAS bersangkutan yaitu kelembaban, suhu maximum minimum, penyinaran, arah mata angin, evapotranspirasi, infiltrasi dan sebagainya.
Data pokok yang dikumpulkan masih merupakan data mentah yang perlu diolah dikantor dan laboratorium oleh petugas pengolah data untuk mendapatkan data tata air yaitu :
a.       Data curah hujan dengan besaran mm/hari,mm/bulan dan mm/tahun.
Bila data curah hujan berasal dari berbagai stasiun pencatat hujan di wilayah DAS hulu maka untuk mendapatkan nilai rata-rata curah hujan yang baik dan proporsional maka perlu dilakukan perhitungan dengan metode Theissen.
Semakin banyak alat penakar curah hujan dihulu maka semakin banyak data diperoleh, sehingga semakin baik datanya untuk keperluan evaluasi.
Banyaknya alat penakar hujan untuk luas wilayah belum ada kepastian, menurut sumber WMO, Switzerland satu alat penakar hujan dapat melayani luasan 100-250 Ha untuk wialyah bergelombang / gunung. Dalam rangka penelitian suatu DAS yang luas maksimum 1500 Ha dapat diambil jumlah penakar hujan sebagai berikut:

No
Luas DAS
Jumlah Penakar Hujan
1

2

3

100 Ha

250 Ha

1500 Ha
2

3

4

Curah hujan rata – rata diperoleh dengan metode Theissen, dimana

              n
CH  =                    (wiRi)
          I=1



Dimana :

CH            = Curah hujan rata – rata, mm
Ri  = Curah hujan dari stasiun I, mm
Wi = bobot luasan dari stasiun I
N   = Jumlah stasiun penangkar hujan

-   Curah hujan bulanan merupakan penjumlahan curah hujan harian selama satu
     bulan dengan besaran mm/bulan
-       Curah hujan tahunan merupakan penjumlahan curah hujan harian selama satu
     tahun dengan besaran mm/tahun
Pengolahan data curah hujan hasilnya disajikan dalam tabel seperti pada lampiran 3

b.      Besarnya aliran sungai (debit sungai) dengan berasan m3/detik, diperoleh dengan menggunakan rumus :
Q = V x A (m3/detik)
Dimana :
Q = Debit aliran singai yang diamati
V = Kecepatan aliran sungai, m/detik
A = Luas penampang sunagi, m2

-          Nilai V di peroleh dari pengukuran dilapangan dengan menggunakan alat ukur current meter pada berbagai macam ketinggian aliran air yang melalui stasiun SPAS
-          Data kecepatan aliran dengan besaran m/detik pada berbagai tinggi muka air yang diperoleh pada monitoring meripakan komponen (V) untuk menghitung debit sungai pad DAS bersangkutan.
-          Nilai A diperoleh dari pengukuran tinggi muka air yang kemudian dikonversi berdasarkan bentuk penampang basah sungai yang disederhanakan dengan membuat konstruksi bangunan SPAS.
-          Pengolahan data debit sungai disajikan dalam tabel seperti pada lampiran 7.




c.       Kandungan lumpur (suspended load) diperoleh dengan rumus :

                        Qsi = Qi x Ci x k
Dimana :

Qsi =   besarnya debit lumpur dalam ton / hari
Qiv =   debit aliran dalam m3/detik
Ci v=   besarnya lumpur dalam gram/l
K    =   B.D Lumpur (0.0864)
                       
Hasil pengukuran dan analisa laboratorium dengan besaran gram/l pada debit aliran tertentu kemudian ditampilkan dalam grafik pada kertas log yang menggambarkan hubungan besarnya kandungan lumpur dengan beratnya debit aliran pada sungai yang bersangkutan. Pencatatan dan penghitungan kandungan lumpur pada beberapa kali perubahan debit aliran sungai akan diperoleh hubungan kedua besaran tersebut yang digambarkan dalam grafik rating kurva kandungan lumpur sungai dari DAS bersangkutan.
       Pengolahan data kandungan lumpur disajikan dalam bentuk tabel seperti pada lampiran 9.

1 komentar:


  1. Hasil pengukuran dan analisa laboratorium dengan besaran gram/l pada debit aliran tertentu kemudian ditampilkan dalam grafik pada kertas log yang menggambarkan hubungan besarnya kandungan lumpur dengan beratnya debit aliran pada sungai yang bersangkutan.

    BalasHapus