Pengumpulan dan Pengolahan
Data
Untuk mengetahui kondisi tata air DAS
maka diperlukan monitoring langsung maupun tidak langsung secara berlanjut.
Adapun
data – data yang dikumpulkan dari stasiun Pengamat Air Sungai (SPAS) antara
lain :
1. Data Curah Hujan
Diperoleh
dari stasiun pencatat hujan yang ada diwilayah kerja baik secara manual maupun
otomatis
a. Alat Pencatat Otomatis (Automatic
Rainfall Logger / ARL)
- Data yang diperoleh berupa data
numeric digital yang memerlukan proses lebih lanjut guna mengetahui besarnya
curah hujan harian dan intensitas hujan pada kurun waktu tertentu (per jam).
Besarnya curah hujan (dalam mm/hari) yang diperoleh menunjukkan data curah
hujan dari stasiun pada posisi kedudukan, tempat stasiun tertentu.
- Data pengamatan curah hujan
disajikan dalam tabel seperti pada lampiran 1 dan rekapitulasinya pada tabel
seperti lampiran 2 sedangkan pengelolaan data curah hujan pertahunnya dapat
disajikan seperti pada tabel pada lampiran 3
b. Pengukuran Manual (Ombrometer)
-
Cara ini dilakukan dengan langsung mengadakan pengukuran dan pencatatan
hujan pada setiap pagi hari jam 07.00. Hasil pencatatannya mewakili huhan yang
terjadi yang pada hari sebelumnya.
Misalnya hujan yang diukur hari ini dicatat sebagai data hujan hari
kemarin.
-
Kumpulan hujan hari ini dicatat dalam daftar seperti contoh lampiran 4.
2. Data besarnya aliran air ( debit
sungai)
a. Diperoleh dari Stasiun Pengamat
Arus Sungai (SPAS) yang ada dengan jalan memonitor dan mengukur :
- Memonitor dan mengukur perubahan
tinggi muka air dengan penampang basah sungai dari waktu ke waktu
- Memonitor dan mengukur kecepatan
aliran air pada ketinggian muka air tertentu
- Melakukan perhitungan debit air
Data tersebut disajikan dalam tabel seperti pada lampiran 5 dan
rekapitulasinya pada lampiran 6
b. Hasil perhitungan debit dicatat dalam
daftar seperti pada lampiran 7.
Dari daftar ini dapat diketahui jumlah
debit harian, bulanan dan tahunan. Selain itu diketahui pula debit maksimum dan
debit minimum.
3. Data besarnya kandungan Lumpur
terlarut (suspended load)
a. Diperoleh dengan cara mengambil
sampel air pada berbagai ketinggian permukaanaliran air atau setiap perubahan
yaitu keadaan rendah, sedang dan tinggi (waktu banjir)dengan menggunakan botol
plastic (ukuran 100 ml), data ini disajikan dalam bentuk tabel seperti pada
lampiran 8.
Kemudian
sample dikirim kelaboratorium untuk dilakukan analisa guna mengetahui kandungan
lumpur yang tersangkut dengan besaran gram/liter.
Seperti
halnya pengukuran debit air, pengukuran kandungan lumpur harus dilakukan secara
intensif dan berulangkali untuk mendapatkan data sedimen yang mewakili keadaan
setempat.
Pemantauan
data ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan pemantauan debit, karena besar
kecilnya debit berpengaruh langsung terhadap sedimen tersangkut, sehingga dalam
perhitungan data sedimen tersangkut diperlukan data debit dari kejadian dalam
waktu yang sama.
b. Hasil analisa sedimen tersangkut
dalam kurun waktu tertentu dicatat dalam tabel seperti lampiran 9.
4. Data lainnya yang perlu dimonitor
adalah data meteorology dari BMG atau stasiun klimatologi yang ada di DAS
bersangkutan yaitu kelembaban, suhu maximum minimum, penyinaran, arah mata
angin, evapotranspirasi, infiltrasi dan sebagainya.
Data
pokok yang dikumpulkan masih merupakan data mentah yang perlu diolah dikantor
dan laboratorium oleh petugas pengolah data untuk mendapatkan data tata air
yaitu :
a. Data curah hujan dengan besaran
mm/hari,mm/bulan dan mm/tahun.
Bila
data curah hujan berasal dari berbagai stasiun pencatat hujan di wilayah DAS
hulu maka untuk mendapatkan nilai rata-rata curah hujan yang baik dan
proporsional maka perlu dilakukan perhitungan dengan metode Theissen.
Semakin
banyak alat penakar curah hujan dihulu maka semakin banyak data diperoleh, sehingga
semakin baik datanya untuk keperluan evaluasi.
Banyaknya
alat penakar hujan untuk luas wilayah belum ada kepastian, menurut sumber WMO,
Switzerland satu alat penakar hujan dapat melayani luasan 100-250 Ha untuk
wialyah bergelombang / gunung. Dalam rangka penelitian suatu DAS yang luas
maksimum 1500 Ha dapat diambil jumlah penakar hujan sebagai berikut:
No
|
Luas DAS
|
Jumlah Penakar Hujan
|
1
2
3
|
100 Ha
250 Ha
1500 Ha
|
2
3
4
|
Curah
hujan rata – rata diperoleh dengan metode Theissen, dimana
n
CH = (wiRi)
I=1
Dimana
:
CH = Curah hujan rata – rata, mm
Ri = Curah hujan dari stasiun I, mm
Wi = bobot luasan dari stasiun I
N = Jumlah stasiun penangkar hujan
- Curah
hujan bulanan merupakan penjumlahan curah hujan harian selama satu
bulan
dengan besaran mm/bulan
- Curah hujan tahunan merupakan
penjumlahan curah hujan harian selama satu
tahun
dengan besaran mm/tahun
Pengolahan
data curah hujan hasilnya disajikan dalam tabel seperti pada lampiran 3
b. Besarnya aliran sungai (debit
sungai) dengan berasan m3/detik, diperoleh dengan menggunakan rumus :
Q = V
x A (m3/detik)
Dimana
:
Q =
Debit aliran singai yang diamati
V =
Kecepatan aliran sungai, m/detik
A =
Luas penampang sunagi, m2
-
Nilai V di peroleh dari pengukuran dilapangan dengan menggunakan alat
ukur current meter pada berbagai macam ketinggian aliran air yang melalui
stasiun SPAS
-
Data kecepatan aliran dengan besaran m/detik pada berbagai tinggi muka
air yang diperoleh pada monitoring meripakan komponen (V) untuk menghitung
debit sungai pad DAS bersangkutan.
-
Nilai A diperoleh dari pengukuran tinggi muka air yang kemudian
dikonversi berdasarkan bentuk penampang basah sungai yang disederhanakan dengan
membuat konstruksi bangunan SPAS.
-
Pengolahan data debit sungai disajikan dalam tabel seperti pada lampiran
7.
c. Kandungan lumpur (suspended load)
diperoleh dengan rumus :
Qsi = Qi x Ci x k
Dimana
:
Qsi = besarnya debit lumpur dalam ton / hari
Qiv = debit aliran dalam m3/detik
Ci v= besarnya lumpur dalam gram/l
K = B.D
Lumpur (0.0864)
Hasil
pengukuran dan analisa laboratorium dengan besaran gram/l pada debit aliran
tertentu kemudian ditampilkan dalam grafik pada kertas log yang menggambarkan
hubungan besarnya kandungan lumpur dengan beratnya debit aliran pada sungai
yang bersangkutan. Pencatatan dan penghitungan kandungan lumpur pada beberapa
kali perubahan debit aliran sungai akan diperoleh hubungan kedua besaran
tersebut yang digambarkan dalam grafik rating kurva kandungan lumpur sungai
dari DAS bersangkutan.
Pengolahan data kandungan lumpur
disajikan dalam bentuk tabel seperti pada lampiran 9.
Hasil pengukuran dan analisa laboratorium dengan besaran gram/l pada debit aliran tertentu kemudian ditampilkan dalam grafik pada kertas log yang menggambarkan hubungan besarnya kandungan lumpur dengan beratnya debit aliran pada sungai yang bersangkutan.