H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Sabtu, 15 Oktober 2011

Peranan Alelopati

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
      Allelopati adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain. Permasalahannya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji atau pun bibit tanaman lainnya. Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah material percobaan yang cicik, karena tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya adalah apakah beberapa tanaman mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya yang tumbuh di lapangan dan ini harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya, air dan hara. Itulah sebabnya mengapa kita perlu mempelajari pengaruh alelopati ini terhadap tumbuhan lain.
Allelopati terjadi karena adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder karena timbulnya secara sporadic dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme. Senyawa-senyawa yang bersifat menghambat tersebut dikelompokkan menjadi 5 kelompok utama, yakni : fenis, propian, asetogenin, terpenoid, dan alkaloid.
Tumbuh-tumbuhan juga dapat bersaing antar sesama nya secara interaksi biokimiawi, yaitu salah satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan tumbuhan yang ada di dekatnya.
            Beberapa jenis gulma menyaingi pertumbuhan dengan mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatif nya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan lain disebut dengan Allelopati dan zat kimia yang dikeluarkannya disebut dengan Allelopat, dimana pada umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah senyawa dari golongan fenol.

B. Tujuan Praktikum

            Adapun praktikum yang berjudul Pengaruh Allelopati Beberapa Jenis Tanaman Terhadap Perkecambahan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati dari beberapa jenis tanaman terhadap perkecambahan/pertumbuhan pohon-pohon hutan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

            Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri. Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme organisme. Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan perpanjangan sel, aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan, macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami perombakan (Odum, 1998).
            Dalam prinsipnya Allelopati merupakan pengaruh yang bersifat merusak, menghambat, merugikan dan dalam keadaan kondisi tertentu dapat juga menguntungkan. Dimana pengaruh ini terjadi pada perkecambahan, pertumbuhan maupun pada saat metabolisme tanaman. Pengaruh ini disebabkan oleh adanya senyawa kimia yang di lepaskan oleh suatu tanaman ke tanaman yang lainnya. Menurut Soerianegara, Allelopati merupakan tanaman yang mengandung suatu zat yang pada waktu hidup tidak bereaksi apa-apa, tetapi apabila tanaman tersebut mati,zat tersebut akan lepas, terurai didalam tanah secara kimiawi atau dengan mikroorganisme. Zat yang lepas ini dapat mempengaruhi kehidupan tanaman sejenis dan tanaman yang lainnya. Secara umum allelopati selalu dikaitkan dengan masalah gangguan yang di timbulkan gulma yang tumbuh secara bersama-sama dengan tanaman pangan. Dengan keracunan yang ditimbulkan akibat penggunaan mulsa pada beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis rotasi tanaman dan pada regenerasi hutan. Kuantitas dan kualitas senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh gulma antara lain dipengaruhi oleh kerapatan gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, habitus gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4) (Wirakusumah, 2003).
            Allelopati dapat meningkatkan agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang teruapkan,atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang mempunyai efek allelopati adalah Pinus merkusii, Imperata silindrica, Musa spp, dan  Acacia mangium, dsb. Dalam pengaruhnya, Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara lain senyawa allelopati dapa menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa allelopat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, menghambat respirasi akar, menghambat sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas membran pada sel tumbuhan dan dapat mengahambat aktivitas enzim (Mc.Naughton and Wolf,1990).
Alang-alang mengahambat pertumbuhan tanaman, Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsure hara, air, dan cahaya bukan merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi perumbuhan tanaman. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan kedalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartawinata dalam teori nya menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang, maka semakin besar pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah suatu tanaman (Kartawinata,1984).
Peristiwa allelopati adalah perisitiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia (allelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuh di sekitarnya. Tumbuhan lain jenis yang tumbuh sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan tersebut karena menyerap zat kimiawi yang beracun berupa produk sekunder dari tanaman pertama. Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat berupa gas atau zat cair dan dapat keluar dari akar, batang maupun daun. Hambatan pertumbuhan akibat adanya allelopat dalam peristiwa allelopati, misalnya hambatan pada pembelahan sel, pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau eksudat yang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis zat yang dikeluarkan pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terenoid dan alakloid (Dwidjoseputro, 1998).
Sebagai allelopat, substansi kimiawi itu terkandung dalam tubuh tumbuhan, baik tanaman maupun gulma. Bertindaknya allelopat tersebut setelah tumbuhan atau bagian tumbuhan mengalami pelapukan, pembusuk, pencucian ataupun setelah dikeluarkan berupa eksudat maupun penguapan. Tumbuhan yang suseptibel bila terkena substansi semacam itu akan mengalami gangguan yang berupa penghambatan pertumbuhan atau penurunan hasil (Soerjani, 1978).
Dalam beberapa macam hubungan terjadilah reaksi fisiologi yang rumit yang melibatkan dihasilkannya dan dikeluarkannya senyawa organik oleh tumbuhan, yang mungkin menghambat atau menghalangi pertumbuhannya sendiri atau pertumbuhan tumbuhan lain dalam habitat itu. Berbagai kajian baru-baru ini menunjukkan bahwa senyawa organik yang bersangkutan itu sering merupakan fitotoksin, terutama fenol dan terpena yang dibebaskan oleh tumbuhan tertentu ke dalam linkungannya sebagai lindian daun atau getah akar. Kehadiran tumbuhan yang mengeluarkan bahan kimia seperti itu menghambat pertumbuhan spesies lain di sekitarnya. Pengaruh bahan kimia itu dapat menyebabkan pertumbuhan yang sama sekali terhambat, pertumbuhan terbantut atau terlambat. Apabila terjadi pertumbuhan yang sama sekali terhambat, maka akibatnya dapat terlihat dalam bentuk daerah gundul di sekitar pohon yang menggetahkan bahan kimia itu. Gejala ini sekarang dikenal sebagai allelopati. Jelas kiranya bahwa allelopati dapat merupakan faktor dalam suksesi tumbuhan, dalam kemenonjolan spesies tunggal, dan dalam pembentukan pola nabatah  pada umumnya. Kebanyakan di antara contoh yang sudah terkenal mengenai gejala itu berasal dari nabatah iklim sedang. Di antara contoh subtropika yang dikenal adalah pohon hutan subtropika yang tak suka berkelompok yaitu Grevillea robusta, yang fitotoksinnya dalam bentuk zat cucian-hujan dari daun ternyata bersifat racun bagi kecambah spesies itu sendiri, tetapi tidak berpengaruh terhadap spesies lainnya (Ewusie , 1990).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
            Adapun praktikum yang berjudul Pengaruh Allelopati Beberapa Jenis Tanaman Terhadap Perkecambahan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 04 Maret 2008 pukul 12.40 Wib yang bertempat di ruang 301 Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

B. Bahan dan Alat
            Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum adalah :
-  Biji kacang hijau (Arachis sp), jagung (Zea mays), sengon (Paraserianthes falcataria) yang dijadikan sebagai objek percobaan.
-  Ekstrak dari bagian daun Akasia (Acacia mangium) , Pinus (Pinus merkusii) dan Alang-alang (Imperata cylindrica).
-  Air sebagai pelarut.
-  Kertas merang sebagai media percobaan biji.
-  Kertas label sebagai penanda aqua cup.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah :
-  Blender untuk menghaluskan daun akasia, pinus dan alang-alang.
-  Aqua cup sebagai wadah biji percobaan.
-  Kardus sebagai tempat aqua cup.
-  Selotif untuk melekatkan kardus.
-  Alat tulis untuk mencatat dat hasil percobaan.
-  Kalkulator untuk menhitung data hasil percobaan.

C. Prosedur Praktikum
-  Dibuat ekstrak alang-alang, pinus dan akasia dengan cara :
·         Menghancurkan dan menghaluskan daun dengan blender.
·         Dibuat ekstrak atau hasil rendaman daun dengan air, dengan perbandingan daun : Air adalah 1:7,  1:14, dan 1:21 dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, disaring ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan alat penyaring.
-  Diletakkan biji sengon, biji jagung, dan biji kacang hijau pada aqua cup sebanyak 9 aqua cup setiap regu.
-  Disiram sebanyak 5 tetes ekstrak allelopati ke dalam aqua cup yang telah berisi biji sengon, jagung, dan kacang hijau.
-  Tiap regu memilih kombinasi perlakuan, biji sengon, biji kacang hijau, biji jagung dengan perlakuan (kontrol dan perlakuan ekstrak dengan salah satu konsentrasi 1 : 7 atau 1 : 14 atau 1 : 21 ).
-  Tiap regu terdapat tiga perlakuan masing-masing dengan perlakuan tiga kali ulangan.
-  Diamati perkecambahan biji-biji tersebut selama 1 minggu.
-  Dihitung persen perkecambahannya dan diukur panjangnya.
-  Dengan mengunakan rancangan percobaan acak lengkap dengan mengunakan sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian ekstrak bahan allelopati terhadap respon pertumbuhan.













Kesimpulan dengan Perlakuan:           
           Dari percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa dosis ekstrak tanaman allelopati yang diberikan terhadap ketiga biji yang dijadikan sebagai objek percobaan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan dari biji pada saat perkecambahan ini. Kebanyakan biji yang diberikan dosis ekstrak tanaman allelopati yang tinggi sebagiannya mati. Namun sebaliknya pada biji yang diberi perlakukan dengan dosis ekstrak allelopati yang tidak terlalu tinggi persen perkecambahannya tergolong besar. Hal ini menandakan bahwa ekstrak dari tanaman allelopati ini sangat mempengaruhi perkecambahan dari biji percobaan. Biji-biji yang dijadikan sebagai objek percobaan terlihat rusak karena diberi perlakuan dengan ekstrak tanaman allelopati. Hal ini sesuai dengan literatur  Wirakusumah (2003) yang menyatakan bahwa Dalam prinsipnya Allelopati merupakan pengaruh yang bersifat merusak, menghambat, merugikan dan dalam keadaan kondisi tertentu dapat juga menguntungkan. Dimana pengaruh ini terjadi pada perkecambahan, pertumbuhan maupun pada saat metabolisme tanaman. Pengaruh ini disebabkan oleh adanya senyawa kimia yang di lepaskan oleh suatu tanaman ke tanaman yang lainnya.
             Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa persen perkecambahan tertinggi ada pada tanaman kacang hijau yaitu sebesar 46,6 %, sedangkan yang terendah adalah pada  biji jagung yaitu sebesar 30 %.  Ini dapat terjadi demikian, mungkin karena tanaman kacang hijau lebih tahan terhadap zat kimia yang dikeluarkan oleh tanaman allelopati tertentu sedangkan tanaman jagung spesiesnya tidak tahan terhadap zat allelopati yang dikeluarkan oleh tanaman tertentu. Dalam kejadian ini terlihat bahwa adanya persaingan tanaman untuk mempertahankan hidup dari zat-zat yang bersifat allelopati yang dikeluarkan oleh tanaman lain uyang bersifat merusak. Hal ini sesuai dengan literatur  Odum (1998) yang menyatakan bahwa Dalam persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri. Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme organisme.
Dalam percobaan allelopati ini, adapun jenis tanaman yang dijadikan ekstrak yang diketahui mengandung zat allelopati ada 3 jenis tanaman yaitu pinus, alang-alang dan akasia. Bagian-bagian tanaman yang digunakan adalah bagian akar dan daun. Dari ketiga jenis tanaman yang paling berpengaruh zat allelopatinya adalah alang-alang. Hal ini sesuai dengan literatur Kartawinata (1994) yang menyatakan bahwa Alang-alang mengahambat pertumbuhan tanaman, Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsure hara, air, dan cahaya bukan merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi perumbuhan tanaman. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan kedalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Kartawinata dalam teori nya menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang, maka semakin besar pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah suatu tanaman.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar