I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allelopati adalah produksi substansi
(zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain. Permasalahannya adalah
bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang bersifat toksik dan
beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh alelopati dengan
memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji atau pun bibit tanaman
lainnya. Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu tanaman bukanlah
material percobaan yang cicik, karena tidak terdapat di alam. Ekstrak tersebut
sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri barang kali telah
berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak memiliki hubungan
ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan. Pertanyaannya adalah apakah
beberapa tanaman mempunyai suatu pegaruh toksik pada tanaman lainnya yang
tumbuh di lapangan dan ini harus terpisah dari setiap kompetisi untuk cahaya,
air dan hara. Itulah sebabnya mengapa kita perlu mempelajari pengaruh alelopati
ini terhadap tumbuhan lain.
Allelopati terjadi karena adanya senyawa yang bersifat
menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder karena timbulnya secara
sporadic dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme. Senyawa-senyawa
yang bersifat menghambat tersebut dikelompokkan menjadi 5 kelompok utama, yakni
: fenis, propian, asetogenin, terpenoid, dan alkaloid.
Tumbuh-tumbuhan
juga dapat bersaing antar sesama nya secara interaksi biokimiawi, yaitu salah
satu tumbuhan mengeluarkan senyawa beracun ke lingkungan sekitarnya dan dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan tumbuhan yang ada di dekatnya.
Beberapa
jenis gulma menyaingi pertumbuhan dengan mengeluarkan senyawa beracun dari
akarnya (root exudates atau lechates) atau dari pembusukan bagian vegetatif
nya. Persaingan yang timbul akibat dikeluarkannya zat yang meracuni tumbuhan
lain disebut dengan Allelopati dan zat kimia yang dikeluarkannya disebut dengan
Allelopat, dimana pada umumnya senyawa yang dikeluarkan adalah senyawa dari
golongan fenol.
B. Tujuan Praktikum
Adapun praktikum yang berjudul
Pengaruh Allelopati Beberapa Jenis Tanaman Terhadap Perkecambahan ini bertujuan
untuk mempelajari pengaruh allelopati dari beberapa jenis tanaman terhadap
perkecambahan/pertumbuhan pohon-pohon hutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam persaingan antara
individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang berbeda untuk
memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap faktor-faktor
pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan senyawa kimia yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri. Peristiwa semacam ini
disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya senyawa yang bersifat
menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder karena timbulnya
sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme organisme.
Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan
perpanjangan sel, aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju
fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim
tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia
penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan,
macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami
perombakan (Odum, 1998).
Dalam prinsipnya Allelopati
merupakan pengaruh yang bersifat merusak, menghambat, merugikan dan dalam
keadaan kondisi tertentu dapat juga menguntungkan. Dimana pengaruh ini terjadi
pada perkecambahan, pertumbuhan maupun pada saat metabolisme tanaman. Pengaruh
ini disebabkan oleh adanya senyawa kimia yang di lepaskan oleh suatu tanaman ke
tanaman yang lainnya. Menurut Soerianegara, Allelopati merupakan tanaman yang
mengandung suatu zat yang pada waktu hidup tidak bereaksi apa-apa, tetapi apabila
tanaman tersebut mati,zat tersebut akan lepas, terurai didalam tanah secara
kimiawi atau dengan mikroorganisme. Zat yang lepas ini dapat mempengaruhi
kehidupan tanaman sejenis dan tanaman yang lainnya. Secara umum allelopati
selalu dikaitkan dengan masalah gangguan yang di timbulkan gulma yang tumbuh
secara bersama-sama dengan tanaman pangan. Dengan keracunan yang ditimbulkan
akibat penggunaan mulsa pada beberapa jenis pertanaman, dengan beberapa jenis
rotasi tanaman dan pada regenerasi hutan. Kuantitas dan kualitas senyawa
allelopati yang dikeluarkan oleh gulma antara lain dipengaruhi oleh kerapatan
gulma, macam gulma, saat kemunculan gulma, lama keberadaan gulma, habitus
gulma, kecepatan tumbuh gulma, dan jalur fotosintesis gulma (C3 atau C4)
(Wirakusumah, 2003).
Allelopati dapat meningkatkan
agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara gulma dan tanaman melalui
eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang teruapkan,atau melalui hasil
pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati. Beberapa jenis tanaman yang
mempunyai efek allelopati adalah Pinus merkusii, Imperata silindrica, Musa
spp, dan Acacia mangium, dsb.
Dalam pengaruhnya, Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara lain senyawa
allelopati dapa menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan
penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa allelopat menghambat pembelahan
sel-sel akar tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, menghambat
respirasi akar, menghambat sintesa protein, menurunkan daya pemeabilitas
membran pada sel tumbuhan dan dapat mengahambat aktivitas enzim (Mc.Naughton
and Wolf,1990).
Alang-alang mengahambat pertumbuhan tanaman, Hal ini telah
dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot bertingkat di rumah kaca di
Bogor. Mengingat unsure hara, air, dan cahaya bukan merupakan pembatas utama,
maka diduga bahwa alang-alang merupakan senyawa beracun yang dapat mempengaruhi
perumbuhan tanaman. Tumbuhan yang telah mati dan sisa-sisa tumbuhan yang
dibenamkan kedalam tanah juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Kartawinata dalam teori nya menyatakan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang, maka semakin besar
pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah suatu tanaman (Kartawinata,1984).
Peristiwa allelopati adalah perisitiwa adanya pengaruh
jelek dari zat kimia (allelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat
merugikan pertumbuhan tumbuhan lain jenis yang tumbuh di sekitarnya. Tumbuhan
lain jenis yang tumbuh sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan tersebut
karena menyerap zat kimiawi yang beracun berupa produk sekunder dari tanaman
pertama. Zat kimiawi yang bersifat racun itu dapat berupa gas atau zat cair dan
dapat keluar dari akar, batang maupun daun. Hambatan pertumbuhan akibat adanya
allelopat dalam peristiwa allelopati, misalnya hambatan pada pembelahan sel,
pengambilan mineral, respirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan
lain-lainnya. Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau
eksudat yang turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis zat yang
dikeluarkan pada umumnya berasal dari golongan fenolat, terenoid dan alakloid
(Dwidjoseputro, 1998).
Sebagai allelopat, substansi kimiawi itu terkandung dalam
tubuh tumbuhan, baik tanaman maupun gulma. Bertindaknya allelopat tersebut
setelah tumbuhan atau bagian tumbuhan mengalami pelapukan, pembusuk, pencucian
ataupun setelah dikeluarkan berupa eksudat maupun penguapan. Tumbuhan yang
suseptibel bila terkena substansi semacam itu akan mengalami gangguan yang
berupa penghambatan pertumbuhan atau penurunan hasil (Soerjani, 1978).
Dalam beberapa macam hubungan terjadilah reaksi fisiologi
yang rumit yang melibatkan dihasilkannya dan dikeluarkannya senyawa organik
oleh tumbuhan, yang mungkin menghambat atau menghalangi pertumbuhannya sendiri
atau pertumbuhan tumbuhan lain dalam habitat itu. Berbagai kajian baru-baru ini
menunjukkan bahwa senyawa organik yang bersangkutan itu sering merupakan
fitotoksin, terutama fenol dan terpena yang dibebaskan oleh tumbuhan tertentu
ke dalam linkungannya sebagai lindian daun atau getah akar. Kehadiran tumbuhan
yang mengeluarkan bahan kimia seperti itu menghambat pertumbuhan spesies lain
di sekitarnya. Pengaruh bahan kimia itu dapat menyebabkan pertumbuhan yang sama
sekali terhambat, pertumbuhan terbantut atau terlambat. Apabila terjadi
pertumbuhan yang sama sekali terhambat, maka akibatnya dapat terlihat dalam
bentuk daerah gundul di sekitar pohon yang menggetahkan bahan kimia itu. Gejala
ini sekarang dikenal sebagai allelopati. Jelas kiranya bahwa allelopati dapat
merupakan faktor dalam suksesi tumbuhan, dalam kemenonjolan spesies tunggal,
dan dalam pembentukan pola nabatah pada
umumnya. Kebanyakan di antara contoh yang sudah terkenal mengenai gejala itu
berasal dari nabatah iklim sedang. Di antara contoh subtropika yang dikenal
adalah pohon hutan subtropika yang tak suka berkelompok yaitu Grevillea robusta, yang fitotoksinnya
dalam bentuk zat cucian-hujan dari daun ternyata bersifat racun bagi kecambah
spesies itu sendiri, tetapi tidak berpengaruh terhadap spesies lainnya (Ewusie
, 1990).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Adapun praktikum yang berjudul
Pengaruh Allelopati Beberapa Jenis Tanaman Terhadap Perkecambahan ini
dilaksanakan pada hari Selasa, 04 Maret 2008 pukul 12.40 Wib yang bertempat di
ruang 301 Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
B. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam
praktikum adalah :
- Biji kacang hijau (Arachis sp),
jagung (Zea mays), sengon (Paraserianthes falcataria) yang
dijadikan sebagai objek percobaan.
- Ekstrak dari bagian daun Akasia (Acacia
mangium) , Pinus (Pinus merkusii)
dan Alang-alang (Imperata cylindrica).
- Air sebagai pelarut.
- Kertas merang sebagai media percobaan biji.
- Kertas label sebagai penanda aqua cup.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah :
- Blender untuk menghaluskan daun akasia, pinus dan alang-alang.
- Aqua cup sebagai wadah biji percobaan.
- Kardus sebagai tempat aqua cup.
- Selotif untuk melekatkan kardus.
- Alat tulis untuk mencatat dat hasil percobaan.
- Kalkulator untuk menhitung data hasil percobaan.
C. Prosedur Praktikum
- Dibuat ekstrak alang-alang, pinus dan akasia dengan cara :
·
Menghancurkan dan menghaluskan
daun dengan blender.
·
Dibuat ekstrak atau hasil rendaman
daun dengan air, dengan perbandingan daun : Air adalah 1:7, 1:14, dan 1:21 dan dibiarkan selama 24 jam.
Setelah 24 jam, disaring ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan alat
penyaring.
- Diletakkan biji sengon, biji jagung, dan biji kacang hijau pada aqua
cup sebanyak 9 aqua cup setiap regu.
- Disiram sebanyak 5 tetes ekstrak allelopati ke dalam aqua cup yang
telah berisi biji sengon, jagung, dan kacang hijau.
- Tiap regu memilih kombinasi perlakuan, biji sengon, biji kacang hijau,
biji jagung dengan perlakuan (kontrol dan perlakuan ekstrak dengan salah satu
konsentrasi 1 : 7 atau 1 : 14 atau 1 : 21 ).
- Tiap regu terdapat tiga perlakuan masing-masing dengan perlakuan tiga
kali ulangan.
- Diamati perkecambahan biji-biji tersebut selama 1 minggu.
- Dihitung persen perkecambahannya dan diukur panjangnya.
- Dengan mengunakan rancangan percobaan acak lengkap dengan mengunakan
sidik ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian ekstrak bahan
allelopati terhadap respon pertumbuhan.
Kesimpulan dengan Perlakuan:
Dari percobaan yang telah dilakukan
diketahui bahwa dosis ekstrak tanaman allelopati yang diberikan terhadap ketiga
biji yang dijadikan sebagai objek percobaan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan dari biji pada saat perkecambahan ini. Kebanyakan
biji yang diberikan dosis ekstrak tanaman allelopati yang tinggi sebagiannya
mati. Namun sebaliknya pada biji yang diberi perlakukan dengan dosis ekstrak
allelopati yang tidak terlalu tinggi persen perkecambahannya tergolong besar.
Hal ini menandakan bahwa ekstrak dari tanaman allelopati ini sangat
mempengaruhi perkecambahan dari biji percobaan. Biji-biji yang dijadikan
sebagai objek percobaan terlihat rusak karena diberi perlakuan dengan ekstrak
tanaman allelopati. Hal ini sesuai dengan literatur Wirakusumah (2003) yang menyatakan bahwa
Dalam prinsipnya Allelopati merupakan pengaruh yang bersifat merusak,
menghambat, merugikan dan dalam keadaan kondisi tertentu dapat juga
menguntungkan. Dimana pengaruh ini terjadi pada perkecambahan, pertumbuhan
maupun pada saat metabolisme tanaman. Pengaruh ini disebabkan oleh adanya
senyawa kimia yang di lepaskan oleh suatu tanaman ke tanaman yang lainnya.
Dari data hasil percobaan yang telah dilakukan
diketahui bahwa persen perkecambahan tertinggi ada pada tanaman kacang hijau
yaitu sebesar 46,6 %, sedangkan yang terendah adalah pada biji jagung yaitu sebesar 30 %. Ini dapat terjadi demikian, mungkin karena
tanaman kacang hijau lebih tahan terhadap zat kimia yang dikeluarkan oleh
tanaman allelopati tertentu sedangkan tanaman jagung spesiesnya tidak tahan
terhadap zat allelopati yang dikeluarkan oleh tanaman tertentu. Dalam kejadian
ini terlihat bahwa adanya persaingan tanaman untuk mempertahankan hidup dari
zat-zat yang bersifat allelopati yang dikeluarkan oleh tanaman lain uyang
bersifat merusak. Hal ini sesuai dengan literatur Odum (1998) yang menyatakan bahwa Dalam
persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang
berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap
faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan
senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri.
Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya
senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder
karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme
organisme.
Dalam percobaan allelopati ini, adapun jenis tanaman yang
dijadikan ekstrak yang diketahui mengandung zat allelopati ada 3 jenis tanaman
yaitu pinus, alang-alang dan akasia. Bagian-bagian tanaman yang digunakan
adalah bagian akar dan daun. Dari ketiga jenis tanaman yang paling berpengaruh
zat allelopatinya adalah alang-alang. Hal ini sesuai dengan literatur
Kartawinata (1994) yang menyatakan bahwa Alang-alang mengahambat pertumbuhan
tanaman, Hal ini telah dibuktikan dengan menggunakan percobaan pot-pot
bertingkat di rumah kaca di Bogor. Mengingat unsure hara, air, dan cahaya bukan
merupakan pembatas utama, maka diduga bahwa alang-alang merupakan senyawa
beracun yang dapat mempengaruhi perumbuhan tanaman. Tumbuhan yang telah mati
dan sisa-sisa tumbuhan yang dibenamkan kedalam tanah juga dapat menghambat
pertumbuhan tanaman. Kartawinata dalam teori nya menyatakan bahwa semakin
tinggi konsentrasi ekstraks organ tubuh alang-alang, maka semakin besar
pengaruh negatifnya terhadap pertumbuhan kecambah suatu tanaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar