PENGAMATAN
GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA BEBERAPA TANAMAN KEHUTANAN
Departemen Kehutanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara4,
Jl. Tri Dharma Ujung No.1, Telp. 061-8220605,
Fax. 061-82019204
ABSTRACT
This Analysis aim to
identify disease sign and symptom at some forestry crop and compare crop leaf
physiology come down with with healthy crop leaf. Assorted of disease able to
be catching, that is bacterium, mushroom, virus, mikoplasma, and high level
crop. Specification of catching disease is the happening of continuous
interaction by factors of biotic or by factors of abiotic ( chemistry or
physical).
Perception
at some forestry crop have some disease which different each other. the disease
mechanism yielded will highly varied which depend on its cause agensia and
sometime also vary with its plant type. In the begining plant respond to
agensia cause of disease at shares attacked the. The reaction can in the form
of reaction of natural bichemistry, which cannot be seen. Cell type and network
which infection will determine primeval physiological function type influencing
of.
Keyword : Physiological
Function, Patogen, Disease, Crop Forestry
ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi gejala
dan tanda penyakit pada beberapa tanaman kehutanan dan membandingkan fisiologi
daun tanaman terserang penyakit dengan daun tanaman yang sehat. Berbagai macam
penyakit yang dapat menular, yaitu bakteri, jamur, virus, mikoplasma, dan
tanaman tingkat tinggi. Kekhasan penyakit yang menular adalah terjadinya
interaksi yang terus-menerus oleh faktor-faktor biotik (hidup) atau oleh faktor-faktor
abiotik (fisik atau kimia).
Pengamatan
pada beberapa tanaman kehutanan memiliki beberapa penyakit yang berbeda-beda.
mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan sangat bervariasi yang tergantung
pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang juga bervariasi dengan jenis
tumbuhannya. Pada mulanya tumbuhan bereaksi terhadap agensia penyebab penyakit
pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi biokimia alami, yang
tidak dapat dilihat.
Kata kunci : Fungsi Fisiologis, Patogen, Penyakit, Tanaman
Kehutanan
PENDAHULUAN
Hama dan penyakit tanaman merupakan kendala yang perlu selalu
diantisipasi perkembangannya karena dapat menimbulkan kerugian bagi petani.
Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, hama dan penyakit yang
seringkali merusak tanaman padi dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir adalah
tikus dengan luas serangan rata-rata 124.000 ha/ tahun, diikuti oleh penggerek
batang (80.127 ha/tahun), wereng coklat (28.222 ha/tahun), tungro (12.078
ha/tahun), dan blas (9.778 ha/tahun). Oleh karena itu, hama dan penyakit ini
perlu mendapat prioritas penanganan di samping hama dan penyakit potensial
lainnya seperti belalang, lembing batu, ganjur, dan keong mas. Teknik penerapan
PHT yang dianjurkan oleh Pusat Penelitian Padi Internasional (IRRI) cukup sederhana,
yaitu tidak melakukan aplikasi insektisida pada tanaman padi hingga berumur 45
hari setelah tanam. Teknik ini berhasil diterapkan di Vietnam, tetapi tidak dapat
diterapkan sepenuhnya di Indonesia karena adanya masalah hama penggerek batang
dan penyakit tungro. Khusus untuk penyakit tungro, periode tanaman peka berada pada
stadia muda, yaitu saat tidak diperbolehkan untuk aplikasi pestisida. Di daerah
yang hanya dihadapkan pada masalah wereng coklat, teknik tersebut dapat
diterapkan (DepHut, 2008).
Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apabila
tumbuhan tersebut dapat melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan
potensi genetik terbaik yang dimilikinya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup
pembelahan, diferensiasi dan perkembangan sel yang normal, penyerapan air dan
mineral dari tanah dan mentranslokasikannya ke seluruh bagian tumbuhan;
fotosintesis dan translokasi hasil-hasil fotosintesis ke tempat-tempat
penggunaan dan penyimpanannya, metabolisme senyawa-senyawa yang disintesis;
reproduksi dan penyimpanan persediaan makanan untuk reproduksi. Pertumbuhan dan
hasil tumbuhan bergantung pada ketersediaan hara dan air di dalam tanah tempat
tumbuhan tersebut tumbuh, dan pada pemeliharaan dalam kisaran faktor-faktor
lingkungan tertentu, seperti suhu, kelembaban dan cahaya. Sesuatu yang
mempengaruhi kesehatan tumbuhan berkemungkinan besar juga akan mempengaruhi
pertumbuhan dan produksinya, dan akan dapat menurunkan kegunaannya bagi manusia
(Yunasfi, 2002).
Pohon-pohon yang terkena jamur dapat ditolong dengan
memangkas beberapa cabang untuk mendapatkan lebih banyak sinar matahari dan
angin. Jamur-jamur membutuhkan kelembaban untuk tumbuh, tapi sinar matahari dan
angin akan membantu pohon tetap kering. Buanglah selalu ranting-ranting yang
mati pada pohon tersebut untuk mengurangi peluang munculnya jamur dan penyakit.
Amatilah dengan seksama apabila ada tanaman atau pohon terserang jamur dan penyakit,
segera buang bagian yang terserang tersebut untuk mengurangi penyebaran
penyakit. Jamur/cendawan adalah organisme yang dapat hidup dan berkembang pada
permukaan tanaman, binatang, kayu, manusia, dan bahkan semen serta
permukaan-permukaan yang tidak hidup sekalipun. Mereka hidup dengan lebih baik
di kondisi basah dan lembab. Ini dapat menyebabkan masalah untuk tanaman karena
tertutupnya permukaan tanaman, menyebabkan pembusukan, dan mengganggu
pertumbuhan normal. Langkah yang paling penting untuk mengendalikan jamur pada
tanaman adalah dengan memberikan angin yang cukup, cahaya matahari, dan aliran
udara. Munculnya jamur didukung oleh kondisi gelap, lembab, dan bahanbahan yang
busuk. Penyemprotan serangga merupakan pengendalian biologis. Selain
penyemprotan serangga, ada beberapa teknik lain yang juga merupakan bentuk dari
pengendalian biologis, misalnya pengenalan suatu hama predator ke suatu daerah
yang memiliki masalah hama yang besar. Namun, pengendalian hama dalam skala
besar seperti ini sebaiknya didikusikan dalam kelompok atau melibatkan pihak
pemerintah. Seringkali masalah hama dapat diatasi tanpa perlu menggunakan
pestisida (Abadi, 2003).
Patogen tumbuhan, cuaca yang tidak menguntungkan, gulma
dan serangga hama adalah penyebab yang sangat umum dalam menurunkan pertumbuhan
dan produksi tumbuhan. terdapat golongan penyakit dimana sel-sel yang
dipengaruhi tidak menjadi lemah atau hancur, tetapi dirangsang membelah lebih
cepat (hiperplasia) atau membesar melebihi ukuran normal (hipertropi). Sel-sel
hiperplasia atau hipertropi biasanya menghasilkan perkembangan organ-organ yang
tidak berfungsi, ukurannya tidak normal, perkembangbiakannya tidak normal, atau
menghasilkan pertumbuhan melebihi normal pada organ-organ yang terlihat normal.
Sel-sel dan jaringan yang dirangsang lebih (over stimulated) tidak hanya
mengalihkan menjadi tidak tersedia bagi jaringan normal, tetapi seringkali
dengan pertumbuhan yang melebihi normal tersebut akan merusak atau
menghancurkan jaringan normal didekatnya dan mengganggu fungsi-fungsi
fisiologis tumbhan. Penyebab penyakit yang tidak menular berbagai macam, antara
lain pH tanah, kurang tersedianya unsur hara tertentu di dalam tanah, kandungan
air di dalam tanah, limbah serta bahan-bahan kimia yang keluar dari industri
serta dari mesin-mesin pembangkit tenaga dan sebgainya. Bahan yang keluar dari
industri dan dari mesin pembangkit tenaga inilah yang menyebabkan polusi udara
(Yunasfi, 2002).
BAHAN DAN
METODE
Percobaan
yang berjudul Pengamatan Gejala dan Tanda Penyakit Pada Beberapa Tanaman
Kehutanan ini dilakukan pada
hari Selasa, 6 April 2010. Praktikum ini dilakukan pada pukul 14.00 Wib sampai
dengan selesai di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
pisau dan lup. Bahan yang digunakan adalah daun durian (Durio zibethinus), mahoni (Swietenia
mahagony), pulai (Alstonia scholaris),
sengon (Paraserianthes falcataria),
jati putih (Gmelina arborea),
peralatan alat tulis, label nama, buku panduan, dan buku data.
Dengan prosedur praktikum yaitu disiapkan
alat dan bahan untuk praktikum, diberi label nama pada masing-masing daun,
diamati dan difoto gejala dan tanda penyakit pada tanaman kehutanan tersebut,
serta digambar dan diwarnai daun yang berpenyakit.
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada
beberapa tanaman kehutanan maka dapat disimpulkan bahwa setiap tanaman yang
terserang penyakit atau serangan suatu hama serangga yang merugikan akan
menunjukkan tanda dan gejala. Timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman
inang dan petogen. Penanaman gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda
penyakit, perubahan bentuk, tanaman, pertumbuhan tanaman dan sebagainya. Sebagai
akibat terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi
perubahan pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain.
Pada
gambar diatas, daun durian yang terkena penyakit bercak daun hanya sebagian dan
memiliki sel-sel yang mati. Biasanya warna bercak pada daun tersebut berwarna
kecoklat-coklatan. Sebelum terjadi di kematian sel, warna daun agak
kekuning-kuningan. Pada ujung daun durian terdapat penyakit gosong, gejala ini
menyerupai tepung berwarna kehitam-hitaman dan terdapat pada organ pembungaan,
batang, daun dan sebagainya. Daun yang terkena tampak layu.
Penyakit
bercak pada daun mahoni disebabkan oleh cendawan, bakteri, virus, serangga
kecil. Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida. Penyakit bercak
pada daun mahoni menyebabkan warna daun mahoni agak tua.
Pada
beberapa daun yang berwarna kecoklatan hal ini disebabkan adanya serang oleh
jamur pada daun tersebut sehingga ada mekanisme pada inang dan patogen
(penyebab penyakit tersebut) sehingga tanaman sengon kelihatan sakit. Hal ini
sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Yunasfi (2002), yang menyatakan
bahwa Patogen tumbuhan, cuaca yang tidak menguntungkan, gulma dan
serangga hama adalah penyebab yang sangat umum dalam menurunkan pertumbuhan dan
produksi tumbuhan. terdapat golongan penyakit dimana sel-sel yang dipengaruhi
tidak menjadi lemah atau hancur.
Daun
pulai tersebut memiliki penyakit gosong pada ujung daun dan memiliki bercak
daun di tengah, di sekitar bercak daun terdapat warnak hijau kekuningan. Hal
ini merupakan pengaruh dari mekanisme terjadinya bercak daun.
Pada
daun jati putih, bercak daun sangat banyak terdapat di tengah-tengah daun dan ada juda daun yang bolong. Daun yang
bolong disebabkan oleh serangga kecil yang memakan daun.
Perubahan tersebut seringkali
merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi adakalanya untuk
satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam perubahan. Sering kali
patogen penyebab penyakit tersebut dapat diketemukan pada jaringan yang
terserang (internal) atau pada bagian permukan jaringan (eksternal) dalam
bentuk tubuh buah, sclerotium dan sebagainya.
Dalam pengamatan gejala dan tanda penyakit
kita dapat membedakan antara hama serangga dan parasit. Parasit yang
menyebabkan penyakit pada tanaman pada umumnya membentuk bagian vegetatifnya di
dalam jaringan tanaman sehingga tidak tampak dari luar. Tetapi walaupun
demikian ia membentuk bagian reproduktifnya pada permukaan tanaman yang
diserangnya atau hanya sebagian tampak pada permukaan tersebut. Selan itu
sering pula pembentukan propagul dalam bentuk istirahat pada permukaan tanaman.
Pada beberapa kasus hampir seluruh bagian dari parasit termasuk, propagul
vegetatif dan generatif terdapat pada bagian luar tanaman sehingga dapat
dilihat.
Penamaan penyakit dapat didasarkan pada
struktur patogen yang terlihat: Mildew : merupakan penyakit tanaman
dimana patogen terlihat sebagai pertumbuhan pada permukaan luar dari bagian
tanaman yang terserang. Biasanya tampak dalam bentuk yang berwarna
keputih-putihan pada daun, cabang atau buahnya. Downy Mildew : merupakan pertumbuhan yang ditandai dengan
lapisan seperti bulu-bulu kapas. Powdery
Mildew: merupakan bentuk yang terdapat pada permukaan tanaman yang
tampak sebagai lapisan pupur. Karat : Gejala pada permukaan tanaman
seperti karat. Hal ini karena adanya kumpulan spora yang keluar dari stomata
dengan warna seperti karat (merah kecoklat-coklatan). Smut (Gosong): Gejala ini menyerupai tepung berwarna
kehitam-hitaman dan terdapat pada organ perbungaan, batang, daun dan
sebagainya. Kudis: Patogen
(tubuh buah) yang muncul pada permukaan bagian yang terserang berbentuk agak
kasar seperti kudis. Cacar :
Bagian tanaman biasanya daun muda yang terserang mengelupuh (seperti cacar) dan
pada bagian yang menonjol terbentuk lapisaan tubuh buah. Bercak ter (Tarspot) : Bagian yarig
terserang agak menonjol dan berwarna hitatr. Bagian yang hitam tersebut terdiri
dari tubuh buah cendawan.
Pada daun kehutanan yang diamati seringkali
warna hijau pada bagian tanaman yang terserang berubah menjadi warna kuning. Perubahan
tesebut dapat terjadi oleh berbagai berikut sebab Etiolasi. Akibat kekurangan cahaya atau terlalu
lama tumbuh di tempat gelap. Khlorosis. Akibat temperatur rendah,
kekurangan Fe, terserang virus, gangguan oleh cendawan, bakteri dan sebagainya.
Khorornosis. Warna hijau dirubah oleh zat yang memberi warna, merah jingga dan
sebagainya. Albino. Tanaman gagal membentuk zat warna.
KESIMPULAN
Suatu
tanaman secara umum merupakan pohon yang pertumbuhannya membutuhkan perawatan
sehingga untuk mendukung pertumbuhannya yang cepat dibutuhkan pasokan hara yang
mencukupi. Tanaman akan dapat tumbuh dengan baik pada tanah regosol, aluvial,
dan latosol dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7. Dilihat dari persyaratan
tumbuhnya tersebut menunjukkan bahwa suatu tanaman akan tumbuh baik pada
kondisi tanah yang subur, yaitu banyak mengandung unsur hara (zat yang
dibutuhkan tanaman), cukup mengandung air dan struktur tanahnya yang baik.
Apabila suatu tanaman khususnya tanaman kehutanan tidak kita perhatikan
pertumbuhannya maka serangan hama dan penyakit pada tanaman tersebut akan
muncul (adanya suatu tanda dan gejala yang menyimpang dari tanaman kehutanan
tersebut).
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa timbulnya
gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan
petogen. Penanaman gejala penyakit dapat didasarkan kepada tanda penyakit,
perubahan bentuk tanaman (morfologi tanaman) pertumbuhan tanaman dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi, L. 2003.
Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayumedia Publishing. Malang.
Departemen Kehutanan. 2008. Integrasi Sistem Pengendalian
Hama Terpadu ke dalam Model Pengelolaan Tanaman Terpadu. Jakarta.
Djafaruddin. 2000. Dasar-Dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Bumi
Aksara. Jakarta.
Pracaya. 1999. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumardi dan Widyastuti. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Universitas
Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
Yunasfi.
2002. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan
Penyakit yang
Disebabkan Oleh Jamur. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar