PENGANTAR
Oktober
15, 2007 oleh goldfriend
Bencana
tsunami 26 Desember 2004 mengingatkan kita bahwa bencana alam adalah bagian
dari negeri ini yang harus kita pahami. Sebagai negeri yang akrab dengan
bencana, pemahaman bahwa akibat buruk dari suatu bencana seharusnya disadari
oleh seluruh warganya. Salah satu cara untuk meminimalkan akibat dari bencana
adalah mengelola lingkungan (environment)
dengan penuh kebijakan.
UU No 41
tahun 1999 tentang Kehutanan telah mengingatkan bahwa pengelolaan dan
pelestarian HUTAN sebagai salah satu bagian terpenting dari lingkungan adalah mutlak
dan wajib dilakukan. Pasal 1 ayat 8-9 UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
mengatakan :
Hutan lindung
adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.
Hutan
konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.
Dan kita bicara tentang salah satu
ekosistem hutan yang mempunyai fungsi sebagai hutan lindung dan hutan
konservasi yang telah banyak disalahgunakan demi kepentingan ekonomi : Hutan
Mangrove.
Apa itu Hutan Mangrove ?
Mangrove berasal dari kata
mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Secara umum hutan mangrove dapat
didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah
pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas
pada saat air laut surut dan komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap
garam (salinity) air laut.
Tumbuhan yang hidup di ekosistem
mangrove adalah tumbuhan yang bersifat halophyte, atau mempunyai
toleransi yang tinggi terhadap tingkat keasinan (salinity) air laut dan pada
umumnya bersifat alkalin.
Hutan mangrove di Indonesia sering
juga disebut hutan bakau. Tetapi istilah ini sebenarnya kurang tepat karena
bakau (rhizophora)
adalah salah satu family tumbuhan yang sering ditemukan dalam ekosistem hutan
mangrove.
Ada apa di hutan Mangrove ?
Flora ekosistem hutan mangrove sangat
bervariasi, tetapi pada umumnya adalah flora yang bersifat halofit. Jenis-jenis
tumbuhan yang hidup di hutan mangrove antara lain adalah :
- Avicenniaceae (api-api, black mangrove, dll)
- Combretaceae (teruntum, white mangrove, zaragoza mangrove, dll)
- Arecaceae (nypa, palem rawa, dll)
- Rhizophoraceae (bakau, red mangrove, dll)
- Lythraceae (sonneratia, dll)
Sementara fauna ekosistem hutan mangrove
juga sangat beragam, mulai dari hewan-hewan vertebrata seperti berbagai jenis
ikan, burung, dan hewan amphibia, dan ular sampai berbagai jenis hewan
invertebrata seperti insects, crustacea (udang-udangan), moluska (siput, keong,
dll), dan hewan invertebrata lainnya seperti cacing, anemon dan koral.
Ekosistem hutan mangrove adalah salah
satu ekosistem hutan yang sangat kaya akan flora dan faunanya.
Mengapa Mangrove
Ya, mengapa mangrove ?
Kegunaan hutan mangrove sangat banyak.
Beberapa diantaranya dapat disebutkan dibawah ini :
- Sebagai peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi dan pengikisan pantai oleh air laut, penahan intrusi air laut ke darat, penahan lumpur dan perangkap sedimen.
- Sebagai penghasil sejumlah besar detritus bagi plankton yang merupakan sumber makanan utama biota laut.
- Sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya.
- Sebagai habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia (biawak, ular), dan mamalia (monyet).
- Sebagai penghasil kayu konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku kertas.
- Sebagai tempat ekowisata.
Sebagai ekosistem hutan yang cukup
unik, kegunaan hutan mangrove tidak terlepas dari letaknya antara daratan dan
laut. Letak itulah yang membuat hutan mangrove berfungsi utama sebagai penahan
abrasi air laut dan pengikisan pantai oleh air laut. Sebagai contoh, abrasi
air laut telah menyebabkan sekitar 5-10 desa di Indramayu dalam 20 tahun
terakhir hilang. Belum lagi data tahun 2007 yang mengungkapkan sekitar 42,6
km daratan pantai dari 114 km garis pantai di Indramayu juga telah tergerus
abrasi.
Itu masih disuatu daerah, bagaimana
dengan daerah lainnya ? Tanpa hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan
abrasi, kita akan melihat garis pantai Indonesia yang terpanjang kedua di dunia
(setelah Kanada) sepanjang 81.000 km akan terkikis habis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar