H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Selasa, 03 Juli 2012

Sambungan pada Kayu Konstruksi


PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Kayu sebagai bahan pokok bangunan konstruksi bangunan sampai dengan saat ini relatif belum tergantikan secara signifikan oleh material lain, terutama bagi konstruksi bangunan yang mempunyai kompleksitas sederhana. Beberapa komponen struktur dari bangunan tersebut tetap memerlukan kayu sebagai bahan pokoknya. Sehingga kebutuhan pasokan kayu masih tetap tinggi, sedang di lain pihak ketersediaannya semakin berkurang, terutama kayu kelas tinggi. Keadaan ini merupakan peluang bagi pasokan kayu kurang dikenal. Kayu kelas rendah terdiri dari jenis – jenis kayu tercampur yang sebelumnya kurang dikenal atau jenis kayu yang sudah dikenal namun jumlahnya sedikit. Selain dari itu, kayu tersebut mempunyai karakteristik kelas awet dan kelas kuatnya yang rendah yaitu kelas kuat III atau kurang. Sebagian besar kayu demikian adalah jenis – jenis kayu cepat tumbuh, dari hutan produksi atau hutan rakyat (Prayogo, 2006).
Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang lain. Dengan kemajuan teknologi, kayu sebagai bahan mentah mudah diproses menjadi barang lain. Kayu tidak mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan-bahan lain.misalnya kayu mempunyai sifat elastis, ulet, mempunyai ketahanan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan seratnya atau sejajar seratnya dan masih ada sifat-sifat lain lagi. Sifat-sifat seperti ini tidak dipunyai oleh bahan–bahan baja, beton, atau bahan-bahan lain yang bisa dibuat oleh manusia (Iswanto, 2007)
Bahan konstruksi adalah bahan yang dipergunakan untuk mendukung bebandalam arti memerlukan analisa/perhitungan yang cukup cermat, dan untuk kayu mencakup bahan-bahan untuk kuda-kuda, jembatan, tiang pancang dan sebagainya.Penggunaan kuda-kuda kayu dapat menghemat biaya sekitar 40-50% dibandingkan jika menggunakan baja. Diperkirakan sekitar 80% konsumsi kayu diperuntukkan pada bangunan rumah/gedung, sedangkan yang 20% untuk perancah, jembatan, dermaga dan lain-lain. Penggunaan kayu untuk pembangunan jembatan dan tiang pancang tidak lebih dari 5%. Jika kita akan bicara tentang kayu sebagai bahan struktur bangunan, maka yang harus diperhatikan antara lain adalah kekuatan dan keawetan kayu, karena tujuan umum para pemilik bangunan maupun perencana adalah membangun/mempunyai gedung yang aman dan kuat konstruksinya, biaya konstruksinya murah, umur bangunan cukup lama serta biaya pemeliaraannya ringan (Abdurachman dan Nurwati, 2009).

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Penggunaan dan Proteksi Bangunan Berkayu yang berjudul Sambungan Kayu ini adalah untuk mengetahui jenis – jenis sambungan kayu, mengetahui alat sambung yang digunakan dan tata letak sambungan pada bagian bangunan.



TINJAUAN PUSTAKA
Sambungan adalah lokasi sederhana yang menghubungkan dua bagian atau lebih menjadi satu dengan bentuk tertentu pada ujung perlekatannya. Komponen pembentuk sambungan adalah kayu yang akan disambung, alat sambung (fastener) dan alat pelat sambung (Connector plate).
Dalam melakukan penyambungan, agar sambungan kayu awet dan kuat harus diperhatikan hal-hal berikut:
1.      Kayu yang akan disambung harus merupakan pasangan yang cocook,tidak longgar agar tidak saling bergeser dan tidak terlalu kencang.
2.      Penyambungan kayu juga tidak boleh merusak kayu seperti salah dalam mengebor karena dapat menjadi awal dari pelapukan, salah dalam menggergaji dan kayu tidak boleh dipukul-pukul langsung, tetapi harus di beri bantalan dahulu.
3.      Sesudah bentuk sambungan dibuat atau sudah jadi, terlebih dahulu pada sambungan ini diberi bahan pengawet seperti meni atau ter. Tujuannya agar tidak mudah lapuk karena daerah sambungan biasanya mudah kemasukan air
4.      Sebaiknya sambungan kayu terlihat dari luar agar mudah dikontrol dan diperbaiki bila ada kerusakan
(Pranata,2004).
Sambungan kayu tanpa alat-alat sambungan merupakan cara menyambung kayu tertua. Semua gaya disalurkan dari kayu yang satu ke kayu yang lain. Penggunaan alat-alat sambung sederhana seperti pengikatan, paku, pasak, kelam atau besi trip berfungsi sebagai pengaman pada titik letak sambungan tersebut. Sambungan perekat merupakan sambungan bidang yang sangat kuat. Jangan manggabungkan kekuatan sambungan perekat dengan alat sambung yang lain misalnya lem dan paku. Pada saat sambungan menerima beban, sambungan langsung menerima beban tersebut, sedangkan alat sambungan yang lain baru menerima beban penuh sesudah terjadi pergeseran sedikit (Frick, 2004).
Alat-alat sambung kayu telah mengalami perbaikan dan perkembangannya selama bertahun-tahun. Saat ini, sambungan dapat dirancang dengan akurasi yang sama dengan bagian lain dari suatu struktur. Alat-alat sambung ini terdiri dari paku, sekrup, lag screw, dowel, pin beralur (drift pin), baut beralur (drift bolt) dan baut. Sedangkan pada alat-alat sambung yang lain adalah paku khusus, kokot (Staple),Paku sumbat kayu (Timber rivet), cincin belah (split ring), plat geser (shear plate) Spike grid, toothed shet-stell plate, plat klem (clamping plate), framing anchor, joist ,purlin hanger dan sebagainya (Faherty, 1997).
Umumnya alat – alat sambung pengikat kayu terbuat dari logam dan memiliki kekuatan yang tinggi sehingga kerusakan pada alat sambung pengikatnya sendiri tidak menjadi perhatian. Persyaratan utamanya adalah kuat pengangannya, yaitu kemampuannya untuk meneruskan tegangan dari satu elemen ke elemen lainnnya tanpa menimbulkan kerusakan. Kuat pegang berhubungan dengan sifat kekuatan struktural dan kondisi kayu. Diperkirakan sekitar 75.000 alat sambung atau pengikat, utamanya paku, digunakan di setiap rumah. Paku umumnya digunakan untuk menahan beban yang ringan, seperti pada konstruksi rangka ringan, diafragma dan dinding geser (shear wall). Sementara itu, baut digunakan untuk menahan beban dengan jarak relatif besar yang perlu diteruskan melalui sebuah sambungan, juga digunakan pada konstruksi kayu berat dan konstruksi rangka ringan untuk mengantisipasi beban yang besar (Hoadley, 2000).
Sambungan dengan paku memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sambungan dengan baut. Hal ini terkait antara lain dengan efisiensi paku yang lebih besar, perlemahan yang diberikan relatif kecil yaitu kira-kira 10% sehingga sering diabaikan, lebih kaku dan pengerjaannya relatif lebih mudah bila kayu yang akan dikerjakan tidak terlalu keras dan bagian yang disambung tidak terlalu tebal sehingga tidak perlu dibor terlebih dahulu. Meskipun baut banyak dipakai, sebetulnya dianggap tidak begitu baik karena efisiensinya rendah dan deformasinya besar. Baut lebih mudah dipasang karena tidak memerlukan pembuatan alur dan elemen yang telah disambung tidak perlu dipisahkan (Yap, 1984).
Konstruksi kuda-kuda kayu umumnya merupakan suatu konstruksi penyanggah atau pendukung utama dari atap. Konstruksi kuda-kuda kayu mempunyai syarat tidak boleh berubah bentuk, terutama jika sudah berfungsi. Beban-beban atap yang harus diterima konstruksi kuda-kuda kayu melalui gording-gording yang sedapat mungkin disalurkan / diterima tepat pada titik buhul. Dengan demikian rangka batang dapat bekerja sesuai dengan perhitungan besarnya gaya batang dan juga batang tersebut tidak terjadi tegangan lentur melainkan hanya terdapat tegangan normal tekan dan tarik (Frick, 1982).
Macam – macam sambungan kayu terdiri atas:
  1. Sambungan ke arah panjang.
Sambungan ini untuk memperoleh panjang kayu yang dibutuhkan, dapat dua batang atau lebih.
  1. Sambungan menyudut.
Sambunga ini terdiri dari beberapa batang kayu yang posisinya tidak dalam satu garis lurus, misalnya untuk membentuk konstruksi rangka batang.
  1. Sambungan ke arah lebar.
Sambungan ini banyak dipakai untuk menyambung papan – papan pada arah lebarnya untuk memperoleh bidang permukaan yag luas, misalnya untuk papan lantai dan dinding penyekat.
  1. Sambungan bersusun.
Sambungan ini terdiri beberapa batang kayu yang disusun menjadi satu kesatuan untuk memperoleh tinggi dan kekakuan yang besar.
  1. Sambungan dengan pengunci.
Sambungan dengan penngunci dibuat apabila pada satu titik sambungan ada lebih dari dua batang kayu.
(Puspantoro, 1992).




METODOLOGI
Waktu dan Tempat
            Praktikum Penggunaan dan Proteksi Bangunan Berkayu yang berjudul Sambungan Kayu ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 11 Maret 2011. Praktikum ini dilaksanakan di gedung pemerintahan yakni di Departemen Kehutanan Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP) Wilayah II Medan di Jln. Sisingamangaraja, Medan.

Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kamera digital. Bahan yang digunakan adalah bangunan pemerintahan yang memiliki sambungan kayu sebagai objek pengamatan dan bahan kuliah tentang sambungan kayu.

Prosedur
  1. Dikunjungi tempat yang terbuat dari bahan kayu
  2. Dilakukan pengamatan terhadap bangunan kayu yang memiliki sambungan
  3. Didokumentasikan sambungan – sambungan yang ada pada bangunan
  4. Dibuat laporan sambungan kayu

DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman dan Nurwati, H. 2009. Mutu Beberapa Jenis Kayu Tanaman untuk Bahan Bangunan Berdasarkan Sifat Mekanisnya. Prosiding PPI Standardisasi 2009 - Jakarta, 19 November 2009.  Jakarta.

Faherty, KF. 1997. Mechanical Fastener and Connectors. Dalam Wood Engineering and Construction Handbook. Editor. McGraw  Hill. New York.

Frick, H. 1982 . Ilmu konstruksi Bangunan Kayu. Kanisius Press. Yogyakarta.

Frick, H., dan Moediartianto. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu Edisi Baru. Kanisius, Press. Jakarta.

Hoadley, RB. 2000. Understanding Wood a Craftsman guide to wood Technology. The Taunton Press. New York.

Iswanto, D.2007. Kajian Terhadap Struktur Rangka Kayu Atap Rumah Tahan Gempa . Enclosure Volume 6 No. 1. Medan.

Pranata, R. M.H. 2004. Pengaruh Bentuk Sambungan Terhadap Sifat Mekanis LVL (Laminated Veneer Lumber) Produksi PT. Putra Sumber (PSUT). Skripsi Jurusan Teknologi hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Prayogo, I. 2006. Prospek Pemanfaatan Kayu Kelas Rendah untuk Bahan Bangunan di Jawa Timur. Jurnal Pondasi vol. 12. Juni. 2006. Surabaya.

Puspantoro, B. 1992. Konstruksi Bangunan Gedung, Sambungan Kayu Pintu Jendela. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.

Yap, KHF. 1984. Konstruksi Kayu. Binacipta. Bandung.


Teman-teman PEH ku 2008 SINABUNG ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar