PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan pembangunan dewasa ini ditandai dengan
peningkatan macam-macam bahan bangunan dan munculnya bahan bangunan baru.
Keadaan tersebut memungkinkan berbagai ragam alternatif pemilihan bahan bangunan
guna mengkonstruksikan gedung. Maraknya penemuan bahan bangunan baru juga ditandai
dengan kesadaran terhadap ekologi lingkungan dan fisika bangunan. Membangun
berarti suatu usaha untuk menghemat energi dan sumber daya alam. Teknologi
bangunan yang baru menuntut para ahli supaya mereka terbuka terhadap perkembangan
tersebut, karena tidak jarang teknologi baru menyimpang dari cara pertukangan
tradisional. Bahan
bangunan alam yang tradisional seperti batu alam, kayu, bambu, tanah liat, dan sebagainya
tidak mengandung zat kimia yang mengganggu kesehatan. Lain halnya dengan bahan
bangunan modern seperti tegel keramik, pipa plastik, cat-cat yang beraneka
macam warnanya, perekat, dan sebagainya (Rusmawan, 2005).
Rumah yang sehat adalah rumah yang praktis, tahan lama dan
hemat energi sehingga menjadikan hidup lebih terjamin, layak dan mampu
menghemat biaya hidup. Membuat rumah Anda layak dengan lingkungannya yang baik,
tidak seharusnya membutuhkan biaya yang besar. Pada kenyataannya, ada banyak
cara untuk memperbaiki rumah dan kulitas hidup yang dapat menghemat uang,
sekaligus memanfaatkan sumber-sumber daya alam yang tersedia untuk keluarga
Anda, misalnya: penggunaan pupuk untuk tanaman buah-buahan, air untuk
sayur-sayuran, pakan untuk ternak, pembelian kayu bakar yang dapat dikurangi. Dengan
merancang atau merenovasi sebuah rumah dengan menggunakan prinsipprinsip Permakultur,
bahan-bahan bangunan yang berkelanjutan dan energi dengan teknologi tepat guna,
tentunya kualitas kehidupan penghuninya dapat ditingkatkan dan biaya hidup
dapat lebih ditekan (Buku Latihan, 2006).
Patokan rumah ekologis merupakan prinsip dasar dalam
perencanaan rumah sehat yang berkesinambungan serta pembangunan berkelanjutan
di daerah tropis. Patokan tersebut didasarkan pada dua seminar dan lokakarya
internasional tentang arsitektur ekologis dan lingkungan di daerah tropis pada
tahun 2000 dan 2005, serta 25 asas tentang Baubiologie (lihat:
Schneider, Anton. GesΓΌnder Wohnen durch biologisches Bauen.
Neubeuren 1982). Dalam rangka menuju masa depan yang terpelihara dan alam
lestari, maka planet bumi ini harus dirawat dengan lebih seksama, dan rumah
yang dibangun seharusnya ekologis. Kebutuhan atas perkembangan berkelanjutan
belum pernah se penting seperti sekarang. Pengaruh perabadan manusia cenderung
merusak lingkungan sebagai dasar kehidupannya. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, tim dari lembaga pendidikan lingkungan, manusia, dan bangunan
menyusun 10 patokan ini sebagai standar rumah ekologis yang sehat (Andre, 2008).
Undang-undang No. 23 tahun 1992 pasal 22 menyatakan bahwa
kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan
manusia. Mengingat semakin pesatnya pertumbuhan rumah makan sejalan dengan
pesatnya pembangunan khususnya dibidang pariwisata dipandang perlu adanya
pengetahuan dan perilaku sehat bagi penjamah makanan karena hal ini berkaitan
langsung dengan konsumen.
Sebagai salah satu bangunan tempat-tempat umum yang sifatnya
komersil, dengan kegiatan penyediaan makanan dan minuman, maka rumah makan
harus memenuhi persyaratan kebersihan dan kesehatan. Rumah makan adalah sebagai salah satu tempat umum,
dimana orang dapat datang untuk membeli makanan dan minuman di tempat tersebut.
Rumah makan adalah setiap tempat usaha komersil yang ruang lingkup kegiatannya
menyediakan makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya (Depkes 1990).
Kelembaban
rumah yang tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh seseorang dan
meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.
Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup bakteri. Kelembaban
dianggap baik jika memenuhi 40-70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih
dari 70%. Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi udara
yang tidak lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah menjadi rendah
sehingga kelembaban udaranya tinggi. Sebuah rumah yang memiliki kelembaban
udara tinggi memungkinkan adanya tikus, kecoa dan jamur yang semuanya memiliki peran
besar dalam patogenesis penyakit pernafasan (Krieger dan Higgins, 2002).
Pengudaraan ruang yang baik selain dapat memberikan
kenyamanan juga baik untuk kesehatan, karena dapat mengurangi uap air dalam
udara yang berlebih dan memperbanyak jumlah oksigen pada ruang. Selain itu
pengudaraan dapat menghindari terbentuknya zat-zat berbahaya yang terdapat pada
bahan cat, karpet atau mebel baru (bahan pelitur) akibat reaksi uap air di
udara dengan bahan kimia. Dewasa
ini, banyak bangunan-bangunan modern yang menggunakan teknologi isolasi karena
alasan polusi. Namun teknologi ini justru makin memperkecil pertukaran udara.
Hasilnya, uap air yang terbentuk pada saat memasak, mencuci, dan mandi
mengendap di dalam ruangan. Karena itu dalam sehari perlu sedikitnya 4 kali
membuka jendela, agar sirkulasi udara dapat terjadi (Taylor, 2002).
Banyaknya uap air yang dapat diikat oleh udara tergantung
dari suhu udara saat itu. Suhu udara yang rendah menyebabkan uap air yang
terikat menjadi sedikit, dan sebaliknya. Penggunaan exhaust fan pada
ruang-ruang yang memiliki potensi tinggi sebagai penghasil uap air dalam udara
rumah (dapur dan kamar mandi) adalah pilihan yang bijak. Arahkan aliran udara
dari exhaust fan ke luar rumah. Jangan mengarahkannya ke attic
(ruang di antara plafon dan atap). Hal ini bisa menyebabkan uap air berkumpul
di attic dan menjadikan attic tempat ideal bagi jamur untuk
berkembang biak, yang pada akhirnya akan merusak plafon dan atap. Pintu-pintu
antar ruangan (terutama kamar mandi) sebaiknya dibuka. Hal ini dimaksudkan
untuk melancarkan sirkulasi udara di dalam rumah. Sirkulasi udara yang lancar
akan membawa panas dan uap air keluar dari rumah. Apalagi bila rumah tersebut
memiliki bukaan yang cukup besar sehingga udara segar dapat masuk dengan
leluasa dan kelebihan uap air dalam udara di bagian dalam rumah dapat
dikeluarkan (Lennihan dan Fletter, 1989).
Pesan buat Kita |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar