Potret Pribadi :
Anggun “Bahagia menjadi diri sendiri”
Oleh : Yoris Sebastian
Puteri pertama
Sudarto Singowidjojo ini dilatih sang ayah bermodalkan buku Bina Vokalia.
Sementara itu, ibunya , Rr Dien Herdina, sempat menjadi manajer bagi Anggun
Cipta Sasmi di awal kariernya.
Di usia 19 tahun, Anggun sudah
mendirikan perusahaan label sendiri. Untuk menggapai mimpi menjadi penyanyi
internasional, pada tahun 1994 Anggun pindah ke London.
Bakat Kuat
Menyanyi adalah kesukaan Anggun.
Betapapun kerasnya didikan sang ayah, hal tersebut tidak diliat sebagai beban.
“Bapak tidak tahu apa-apa soal teknik nyanyi, tetapi beliau punya kuping yang
bagus.” Kalau suara Anggun fals, sang ayah akan buka buku mencari apa yang
harus dilatih, tetapi dasar yang paling kuat adalah “bergaul” sejak kecil
dengan para pengarang buku sahabat ayahnya, sebut saja NH Dini hingga Rendra
yang kerap main ke rumahnya.
Jam Terbang dan Produser Berkualitas
Selain berlatih di rumah, Anggun tidak
segan untuk berlatih di tempat umum. Ancol adalah lokasi favoritnya semasa
kecil. Hampir tiap minggu, walau harus naik angkutan umum, ia pasti kesana.
Dari awalnya harus tunjuk jari, hingga akhirnya selalu dihubungi kalau ada
acara-acara khusus. Dari sanalah Anggun mulai dikenal dan akhirnya dibuatkan
album pertama di usia 9 tahun. Selang 3 tahun kemudian Anggun mendapat
kesempatan membuat album solo dengan produser Ian Antono. Nama Anggun kemudian
meroket lewat lagu berjudul “mimpi” dan “bayang-bayang Ilusi”, 3 tahun
berikutnya di album lain yang diproduseri Teddy Sudjaja.
Alamiah
Mendirikan perusahaan rekaman sendiri,
Bali Cipta Records karena ingin punya kebebasan dalam berkarya. Walau tidak
sukses dengan sistem titip edar, Anggun belajar banyak. Kenapa akhirnya ia
meninggalkan Indonesia dan berangkat ke London ? natural saja, hampir semua
lagu kesukaannya saat bernyanyi di Ancol adalah penyanyi atau band asal
inggris. Sebut saja the beatles, the rolling stones, queen, dan the police.
Anggun menggarisbawahi Freddie Mercury, Vokalis grup Queen kelahiran Zanzibar
yang kemudian sukses di Inggris
Dalami Keinginan Pribadi
Di luar negeri, Anggun belajar memahami
keinginan sendiri. Sebagai contoh saat membuat album dengan produser Erick
Benzi untuk Sony Music entertainment, ia merasa digali keinginannya seperti
apa. Baru setelah sukses di Eropa yang menurut Anggun lebih terbuka ini, pihak
Amerika baru melirik dan menawarkan album
Nasionalisme dalam bahasa
Anggun sengaja selalu menggunakan
Bahasa Indonesia dengan puteri semata wayangnya, Kirana Cipta Montana-Sasmi.
Toh, ayahnya dan disekolah selalu menggunakan bahasa perancis. Bahasa, menurut
Anggun, sangat penting, sebagai jati diri. Bahasa Inggris malah hanya setengah-setengah
diajarkannya. Sebuah pemikiran yang menarik di era keluarga muda yang semua
anaknya hanya berbahasa Inggris.
Lakukan apa yang buat diri kita bahagia
Setiap berada di Paris, Anggun tetap
menjalankan tugasnya sebagai seorang ibu. Pergi beli roti dan kebutuhan
sehari-hari. “paling senang saat saya antar Kirana ke sekolah sambil jalan kaki
dan memegang tangannya.” Lalu Anggun bekerja hingga sore saat harus menjemput
lagi puterinya. Itu membuatnya bahagia dan itu tersirat dalam lagu-lagu baru miliknya.
“mungkin akan lebih laku kalau lagu-lagu aku sedih-sedih, tapi motivasinya
beda, kita harus bahagia untuk diri sendiri dan jadi contoh ke orang-orang.”
Kejujuran dalam apapun
Resep untuk terus bahagia termasuk
menolak berbagai pekerjaan yang tidak sesuai dengan dirinya. Anggun pernah
menolak untuk ikut casting main di film James Bond. “Kejujuran dalam apapun
penting sekali” tutur Anggun yang juga selalu memilih Brand yang meminang
dirinya jadi bintang iklan maupun endorser. Bisa dimaklumi bila makin hari,
kualitas Anggun makin baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar