TEMPE
Tempe ternyata
jauh dari kata ndeso. Bahkan,
pecintanya rela memproduksi sendiri di negeri-negeri yang jauh. Saya cinta
Indonesia dan punya persentuhan pribadi. Dari situ saya dapat motivasi
berbisnis tempe. Tempe buatan saya terkenal dari mulut ke mulut, kata Ana
Landeret, perempuan cantik asal Perancis.
Pada bulan Ramadhan seperti ini,
tempe juga menjadi pilihan utama untuk berbuka puasa atau sahur. Apalagi,
berdasarkan hasil penelitian, tempe mengandung indeks glikemik yang rendah
sehingga lama menahan kenyang.
Presenter Ivy Batuta (37 thn)
mewarisi resep olahan tempe dari orang tuanya. Kali ini, ia mengolah tempe
kecap dengan bumbu sederhana hanya bawang merah, bawang putih dan kecap. Untuk
tempe tepung, ia membubuhkan ketumbar dan bawang putih. Menu lain yang
disukainya adalah sambal temped daun kuncai.
MENU
VEGAN
Tempe juga menjadi santapan
idaman bagi para vegetarian atau vegan. Salah satunya Janti Wignjopranoto,
seorang vegan yang mengonsumsi tempe sebagai salah satu bahan makanan
sehari-hari. “Dokter saya member tahu agar saya mengurangi makan daging,
bakar-bakaran, dan produk susu,” ujar Janti, penyintas kanker, yang hanya
mengonsumsi bahan makanan berbahan dasar tumbuhan atau plant-based.
Tempe pilihan Janti adalah tempe
berbahan baku kedelai local yang juga diproses secara organik dengan peragi
alami. Tempe jenis ini diyakini Janti bermanfaat bagi tubuh karena kandungan
protein yang tinggi. Dia mengolah tempe dalam keadaan segar, maksimal tiga hari
penyimpanan. Janti juga menghindari tempe goring. Sebagai gantinya ia mengolah
tempe dengan cara dipanggang dan dikukus dalam berbagai varian menu.
Janti misalnya, menggunakan
tempe sebagai campuran salad. Ia juga mengolahnya sebagai sate tempe atau sushi
tempe. Kadang-kadang ia juga memanggang tempe yang dipadukan dengan beberapa
bumbu.
Selamat
menikmati tempe.
Sumber : Koran Kompas Edisi Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar