H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Selasa, 15 November 2011

Proses Suksesi



PROSES SUKSESI PADA TUMBUHAN BAWAH

PENDAHULUAN

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antarmakhluk hidup sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya, yang didalamnya tercakup faktor-faktor fisik, biologis, sosioekonomi, dan juga politis. Hubungan ini bersifat timbal balik dan membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem. Dalam hubungan yang timbal balik ini, diperlukan adanya keselarasan ekologi, yaitu suatu keadaan dimana makhluk hidup ada dalam hubungan yang harmonis dengan lingkungannya, sehingga terjadi keseimbangan interaksi antarmakhluk hidup dan lingkungannya (Supardi, 1994).
Laju pertumbuhan sebuah pohon dan macam pohon apa yang tumbuh di suatu lokasi, tergantung atas berbagai faktor tapak atau tempat tumbuh. Tapak ialah sebuah tempat, dipandang dari segi faktor-faktor ekologinya dalam hubungan dengan kemampuannya untuk menghasilkan hutan atau vegetasi lainnya atau dengan kata lain gabungan kondisi biotik, iklim dan tanah dari suatu tempat. Suksesi dapat berjalan maju yaitu dimulai dari keadaan terbuka dan telanjang tanpa tumbuhan, hingga mencapai tahap klimaks setelah melalui tahapan tumbuhan pionir dan jenis-jenis tumbuhan berikutnya yang lebih toleran terhadap keadaan lingkungannya. Akan tetapi suksesi dapat bergerak maju atau mundur, karena dalam perjalanannya atau pertumbuhannya mengalami gangguan seperti kebakaran secara periodik di padang alang-alang, juga ada perbedaan antara suksesi primer (dari sub starata yang telanjang dan berbatuan) dan suksesi sekunder, yaitu dimulai dari substrata yang sudah ada mapan, seperti areal bekas tebangan atau perladangan berpindah. Pada tanah kritis yang telah mengalami degradasi atau kerusakan yang parah berupa erosi sehingga tidak bertumbuhan tetapi berbatu-batu dan gersang serta tandus, maka proses suksesi tumbuhan akan berlangsung sangat lambat kalau dibiarkan berjalan sendiri  (Maryono dan Sopandi, 2000).
            Pengaruh suhu tundra yang rendah tentu saja merupakan titik kompensasi cahaya yang rendah, meskipun demikian terlihat bahwa secara normal daun tumbuhan tundra rata-rata kekurangan cahaya sebagai konsekuensi banyak daun terdapat di bawah kanopi sehingga terkena bayangan. Selama musim tumbuh, jumlah jam penyinaran sangat berkurang di daerah latitud rendah, yang mengakibatkan perbedaan fungsional penting antara daerah kutub dan daerah tundra alpina latitud rendah. Struktur tumbuhan juga secara langsung dipengaruhi oleh suhu yang dominan, suatu keadaan yang mempunyai implikasi bagi berfungsinya berbagai kelompok tumbuhan. Panas diserap dan disimpan oleh banyak tumbuhan lantaran 'efek rumah kaca' miniatur yang ditimbulkan oleh bagian bagian tumbuhan yang berbulu (Polunin, 1997).
            Kenyataan yang tak dapat disangkal adalah bahwa manusia hidup di dalam sekaligus berinteraksi dengan lingkungan alamnya. Tuhan mengaruniai alam kepada manusia, sebagai makhluk berakal, agar bisa memetik kemanfaatan-kemanfaatan secara berkelanjutan. Intinya lingkungan alam perlu dimanfaatkan secara manusiawi. Atas nama berbagai kepentingan dan kebutuhan yang diciptakan manusia, alam harus dilestarikan (Susilo, 2005). 
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tahp-tahap dan proses-proses suksesi yang terjadi pada komunitas tumbuhan bawah sebelum dan sesudah diberi perlakuan.




TINJAUAN PUSTAKA
Makhluk hidup ialah tumbuh-tumbuhan dan hewan. Manusia juga makhluk hidup, tetapi tidak dipelajari dalam hal ini, karena jangkauannya hanyalah tentang anatomi tumbuh-tumbuhan, khususnya tentang :
  1. Ilmu sel atau sitologi
  2. Ilmu jaringan tumbuh-tumbuhan atau histologi
tumbuh-tumbuhan tak kalah pentingnya bagi kehidupan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan hewan). Ini berarti bahwa kehidupan dan perkembangan manusia dan hewan sangat tergantung pada tumbuh dan berkembangnya tumbuh-tumbuhan (Sutrian, 2004).
Setiap organisme di permukaan bumi selalu dan terus berusaha agar jenisnya tetap lestari. Untuk itu setiap organisme akan berusaha bertumbuh dan berkembang biak dengan baik, dalam hal ini mereka akan mencari daerah yang lingkungannya optimum bagi pertumbuhan dan perkembang-biakan jenisnya. Adapun lingkungan yang optimum bagi suatu organisme adalah tempat yang cocok baginya secara fisik dan tersedianya makanan yang cukup dan serta relatif kurangnya bahaya yang mengancam. Tempat yang cocok secara fisik terdiri dari faktor iklim dan tanah, air yang merupakan faktor lingkungan abiotik. Adapun tersedianya makanan dan kurangnya bahaya yang mengancam pada hewan terkait dengan faktor lingkungan biotik, yaitu organisme lain di sekitarnya, yang dapat berupa sumber makanan dan musuh alaminya. Berbeda dengan hewan, bagi tumbuh-tumbuhan ketersediaan sumber makanan terkait dengan tersedianya sinar matahari, air, dan unsur hara di habitatnya (Suin, 2003).
Suksesi secara keseluruhan berkembang sebagai akibat dari interaksi organisme-organisme dengan lingkungannya. Perubahan selama suksesi terjadi akibat pengaruh faktor-faktor eksternal seperti input unsur hara. Suksesi terjadi sebagai proses perkembangan komunitas yang sesuai dengan hukum alam. Adanya peningkatan dalam keanekaragaman spesies yang semakin tinggi dan disertai perubahan positif lainnya di dalam ekosistem, menyebabkan ekosistem atau komunitas mencapai tingkatan kemantapan. Ditinjau dari segi energi, suatu ekosistem yang dewasa mempunyai entropi rendah, sedangkan ekosistem yang muda mempunyai entropi yang tinggi. Entropi adalah ukuran dari energi yang tidak tersedia di dalam suatu sistem. Energi itu sesungguhnya masih ada tetapi lenyap untuk tujuan kerja. Perlu dipahami bahwa spesies tumbuhan dan hewan yang ada dalam suatu tempat atau habitat akan berubah secara berkesinambungan selama proses suksesi. Pertambahan jumlah spesies organisme heterotrof pada umumnya tampak jelas sekali, demikian juga mikroba akan meningkat jumlahnya pada setiap tahap tingkatan perubahan komunitas selama suksesi. Meningkatnya keanekaragaman spesies juga merupakan akibat dari semakin banyaknya bahan organik yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan hidup organisme   (Indriyanto, 2006).
Kehidupan tumbuhan pada umumnya dapat lebih menyesuaikan diri terhadap keadaan buruk dibandingkan dengan kehidupan hewan dan sebenarnya tumbuhan dapat hidup dalam setiap lingkungan. Tumbuhan beradaptasi dengan kelembapan dan kekeringan, panas dan dingin dalam kisaran yang luas. Barbagai macam lumut kerak tumbuh pada batuan gundul yang hanya dibasahi oleh hujan yang langka. Pada ekstrim yang lain, lautan, danau, dan sungai berlimpah-limpah dengan kehidupan tumbuhan. Liken dan lumut ditemukan di batuan antartik, dan bahkan di tundra arktik terdapat kehidupan tumbuhan pada tanah yang beku hampir sepanjang tahun. Tumbuhan dapat menyerbu lingkungan baru dalam waktu setahun telah membentuk kehidupan tumbuhnya yang pertama dan dalam waktu kurang lebih 10 tahun telah berkembang menjadi vegetasi yang lebat  (Tjitrosomo, 1983).
Penyebaran berbagai spesies tumbuhan akan dibatasi oleh kondisi iklim dan tanah serta daya adaptasi dari masing-masing spesies tumbuhan tersebut. Sesungguhnya hubungan antara vegetasi dan iklim merupakan hubungan yang saling pengaruh. Selain iklim dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, keberadaan vegetasi juga dapat memepengaruhi iklim di sekitarnya. Semakin besar total biomassa vegetasi yang terlibat dan semakin ekstensif penyebarannya, maka akan semakin nyata pengaruhnya terhadap iklim wilayah tersebut (Lakitan, 2002). 






BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
            Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
  1. Komunitas tumbuhan bawah: semak belukar, padang rumput, di bawah tegakan campuran atau sejenis sebagai objek yang akan diukur biomassa tumbuhan bawahnya.
  2. Tally sheet dan alat tulis sebagai wadah dalam menulis data biomassa.
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1.      Meteran 20 m dan 2 m sebagai alat pengukur dalam pembuatan petakan.
2.      Patok dan Tali rafia sebagai penanda petakan yang telah kita buat.
3.      Cangkul dan Golok sebagai alat untuk mencabuti rumput yang berada di bawah tegakan dan di padang rumput.

Prosedur Kerja
            Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :
  1. Dibuat sebuah petak contoh ukuran 1 m x 5 m di komunitas tumbuhan bawah dan kemudian dibagi menjadi 5 sub petak contoh yang berukuran 1 m x 1m.
  2. Lakukan analisis vegetasi pada petak tersebut, sehingga diperoleh data : nama jenis, jumlah jenis dan jumlah individu.
  3. Dibersihkan kelima sub petak contoh dari semua vegetasi yang terdapat di dalamnya dengan menggunakan cangkul dan golok sampai ke akar-akarnya.
  4. Diamati perkembangan jenis tumbuhan yang muncul setiap minggu, catat nama jenis tumbuhan dan jumlahnya setiap sub petak contoh, paling sedikit selama 6 (enam) pekan.
  5. Pada pekan terakhir pengamatan, lakukan analisis vegetasi seperti sebelum diberi perlakuan.

Analisis Data
  1. Buatlah grafik perubahan jumlah jenis dan jumlah individu jenis yang muncul setiap pekan.
  2. Bandingkan perubahan komunitas vegetasi sebelum dan sesudah diberi perlakuan, menggunakan analisis asosiasi komunitas dengan rumus :
IS = 2w / (a + b) X 100 %
IS = Indeks of similarity
W = Nilai yang lebih rendah atau sama dengan dari dua komunitas yang dibandingkan (dalam hal ini adalah volume)
a,b = total komunitas a (sebelum diberi perlakuan) dan b (setelah diberi perlakuan)
Nilai IS terbesar 100 % dan terkecil 0 %. Dua komunitas memiliki IS sebesar 100 % apabila kedua komunitas yang dibandingkan benar-benar sama (persis seperti sebelum diberi perlakuan), dan dua komunitas mempunyai IS sebesar 0 % apabila kedua komunitas tersebut sama sekali berbeda. Umumnya dua komunitas dianggap sama apabila mempunyai nilai ≥ 75 %.
  1. Tentukan macam suksesi yang diamati, suksesi primer atau suksesi sekunder.
  2. Ada beberapa macam tahap suksesi yang diamati dan tentukan jenis pioner dan jenis apa yang paling akhir muncul.

KESIMPULAN :
            Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat kita simpulkan bahwa bahwa suksesi yang terjadi di kedua ekosistem adalah suksesi sekunder, dikatakan sebagai suksesi primer yaitu terjadi bila komunitas asal terganggu dan gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal tersebut terbentuk habitat baru atau substrat baru.. Hal ini dikarenakan pada kedua ekosistem diberi perlakuan dengan mencangkul atau memangkas semua rumput atau semua tumbuhan yang berada di bawah tegakan dengan demikian mendapat perlakuan dari manusia (tidak terjadi secara alamiah). Keteraturan ekosistem menunjukkan ekosistem tersebut ada dalam suatu keseimbangan tertentu. Keseimbangan itu tidaklah bersifat statis, melainkan dinamis. Ia selalu berubah-ubah. Kadang-kadang perubahan itu besar, kadang-kadang kecil. Perubahan itu dapat terjadi secara alamiah, maupun sebagai akibat perbuatan manusia.
            Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah diamati dan seringkali perubahan itu berupa bergantian suatu komunitas oleh komunitas lain. Bila kita amati dalam kurun waktu tertentu akan terlihat bahwa komunitas yang terbentuk pada akhir kurun waktu tersebut akan berbeda, baik komposisi jenis maupun strukturnya, dengan komunitas yang terbentuk pada hal pengamatan. Selain itu setelah dilakukan analisis data pada kedua ekosistem didapat hasil bahwa ekosistem hutan memiliki  IS = 30,61 % dan ekosistem nonhutan memiliki IS = 52,87 %. Kita ketahui bahwa apabila IS > 75 % maka komunitas tersebut memiliki keadaan yang sama dengan komunitas sebelum diberi perlakuan dan apabila ekosistem tersebut < 0% maka komunitas tersebut memiliki perbedaan (tidak sama persis) dengan komunitas sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian ekosistem hutan memiliki perbedaan komunitas baik dari segi tumbuhan yang dimilikinya bahkan ada tumbuhan berbeda jenis tumbuh di ekosistem hutan, hal ini akan mempengaruhi tingkat keanekaragaman jenis tanaman, sedangkan pada ekosistem hutan memiliki komunitas yang hampir sama dengan komunitas sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Indriyanto (2006), yang menyatakan bahwa adanya peningkatan dalam keanekaragaman spesies yang semakin tinggi dan disertai perubahan positif lainnya di dalam ekosistem, menyebabkan ekosistem atau komunitas mencapai tingkatan kemantapan.
            Peningkatan keanekaragaman jenis ini merupakan juga akibat dari semakin banyaknya bahan organik yang tersedia dan perkembangan struktur komunitas, yang pada gilirannya menciptakan keanekaragaman habitat dan relung, misalnya saja kehadiran batang-batang dan serasah yang membusuk serta keadaan kelembaban dan cahaya yang tidak seragam dalam ekosistem. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Lakitan (2002), yang menyatakan bahwa penyebaran berbagai spesies tumbuhan akan dibatasi oleh kondisi iklim dan tanah serta daya adaptasi dari masing-masing spesies tumbuhan tersebut. Sesungguhnya hubungan antara vegetasi dan iklim merupakan hubungan yang saling pengaruh.
            Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa berdasarkan proses terjadinya, suksesi dibedakan menjadi dua bentuk yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Dikatakan sebagai suksesi primer yaitu terjadi bila komunitas asal terganggu dan gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal tersebut terbentuk habitat baru atau substrat baru. Pada habitat baru ini tidak ada lagi organisme yang membentuk komunitas asal yang tertinggal. Pada substrat yang baru ini akan berkembang suatu komunitas yang baru pula serta apabila suksesi tersebut di pengaruhi oleh manusia maka sukesi tersebut merupakan suksesi sekunder.

1.      Pada ekosistem padang rumput banyak ditemukan jenis rumput bahkan setelah diberi perlakuan tanaman banyak yang tumbuh.
2.      Ekosistem hutan dapat menciptakan iklim mikro sedangkan ekosistem nonhutan tidak dapat membuat iklim mikro.
3.      Pada ekosistem nonhutan di siang hari, suhu permukaan tanah akan lebih tinggi dibandingkan suhu di ekosistem hutan. Hal ini dikarenakan ekosisten hutan memiliki tajuk-tajuk pohon yang menutupi permukaan tanah.
4.      Ekosistem hutan memiliki bermacam-macam komunitas organisme yang saling berinteraksi satu sama lain.
5.      Keanekaragaman jenis di padang rumput sekitar 6jenis sedangkan di hutan sekitar 4jenis.
6.      Kedua lahan ini merupakan ekosistem karena terdapt komponen penyusun. Ekosistem di kedua lahan merupakan ekosistem yang seimbang.

Saran
            Untuk mempercepat dalam penulisan data maka para praktikan harus membagi tugas dan memiliki kerja sama tim yang baik sehingga dapat mempersingkat waktu.






DAFTAR PUSTAKA
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Klimatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Maryono dan Sopandi. 2000. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Polunin, N. 1997. Teori Ekosistem Dan Penerapannya. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.  

Supardi. 1994. Biologi 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Susilo, V. 2005. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada Press.Yogyakarta.

Sutrian, Y. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Rineka Cipta. Jakarta.

Suin, N. 2003. Ekologi Populasi. Andalas University Press. Padang.

Tjitrosomo, S. 1983. Botani Umum. Penerbit Angkasa. Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar