H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Selasa, 15 November 2011

Sekilas Tanaman


PENGENALAN TANAMAN TUBA

Pengetahuan tentang sifat hutan dan pohon hutan, bagaimana mereka tumbuh, bereproduksi, dan bereaksi terhadap perubahan lingkungan, membentuk bidang kehutanan luas yang disebut silvika. Karena itu silvika adalah dasar silvikultur pada sisi biologi. Para rimbawan dan masyarakat secara keseluruhan telah memasuki zaman baru yang mempunyai perhatian umum terhadap konservasi sumber alam, yang berarti “pemanfaatan sumber alam secara bijaksana”.

            Tuba adalah nama jenis-jenis tumbuhan dari Asia Tenggara dan kepulauan di Pasifik barat-daya yang biasa digunakan untuk meracun ikan. Meski ada beberapa jenis tuba, yang umumnya diacu sebagai tuba adalah dari jenis Derris elliptica , anggota suku Fabaceae (Leguminosae). Nama-nama lainnya adalah tuba akar, tuwa laleur, areuy kidang, jenu, jelun, tungkul , tobha, jheno, mombul dan lain-lain.
Tuba digunakan secara tradisional sebagai racun ikan. Untuk keperluan ini, akarnya biasanya digali dan dipotong, lalu dikeringkan selama beberapa hari (sekitar 3-4 hari). Akar ini kemudian ditumbuk dan dicampur dengan air menghasilkan cairan seperti susu. Campuran air dengan kepingan akar ini kemudian ditaburkan di lubuk sungai yang hendak dituba atau terkadang, bila sungainya kecil, akar tuba ditumbuk langsung di tengah-tengah sungai yang dituba. Ikan-ikan yang mabuk tuba akan mengambang dan dengan mudah ditangkapi oleh orang-orang yang turut serta. Setelah beberapa jam sampai beberapa hari, bergantung pada derasnya aliran sungai, keadaan sungai sudah akan pulih kembali.Pada perkembangan selanjutnya, racun tuba dimanfaatkan pula sebagai insektisida untuk mengatasi kutu-kutu dan ulat yang menjadi hama di perkebunan.
Tumbuhan berkayu memanjat dengan setiap ranting mengandung 7 – 15 pasang daun, daun muda berrambut kaku pada kedua permukaannya. Di bahagian bawah daun diliputi oleh bulu lembut berwarna perang. Tumbuhan ini juga mempunyai buah berbentuk lonjong atau lonjong-menjorong, dengan sayap yang tipis di sepanjang kedua sisi.
ISI
 Morfologi Tanaman Tuba
Tumbuhan berkayu memanjat dengan setiap ranting mengandung 7 – 15 pasang daun, daun muda berrambut kaku pada kedua permukaannya. Di bahagian bawah daun diliputi oleh bulu lembut berwarna perang. Mahkota bunganya berwarna merah muda serta sedikit berbulu. Tumbuhan ini juga mempunyai buah berbentuk lonjong atau lonjong-menjorong, dengan sayap yang tipis di sepanjang kedua sisi. kekacang nipis dan rata berukuran  9 cm, lebar 0.6 – 2.5 cm. dan terdapat 1 – 4 biji dalam satu kekacang. Adapun klasifikasi dari tanaman tuba adalah :        
Kingdom         : Plantae
Division           : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Order               : Fabales
Family             : Fabaceae
Genus              : Derris Lour.
Spesies            : Derris trifoliata Lour.
Tuba merambat dan memanjat di pohon. Tuba dapat juga dikatakan sebagai Liana (tumbuhan memanjat) berkayu, yang merambat dan membelit hingga setinggi 10m. Ranting-ranting yang tua berwarna kecoklatan, dengan lentisel serupa jerawat.
Daun-daun tersebar, majemuk menyirip ganjil beranak daun 7-15 helai, bertangkai 13-23 cm; anak daun bertangkai pendek, memanjang sampai bentuk lanset atau bundar telur terbalik, 4-24 × 2-8 cm, dengan sisi bawah keabu-abuan atau kebiruan, sering berambut rapat; daun yang muda coklat-ungu.
 Bunga terkumpul dalam tandan, dengan sumbu yang berambut rapat, tangkainya 12-26 cm. Kelopak bunga berbentuk cawan, berambut coklat rapat, tinggi 6-8 mm, hanya bagian bawah yang tumbuh sempurna. Bendera (mahkota) hijau dengan warna ros pucat, berambut rapat di bagian luar, bundar telur sampai oval lebar, lk. 2 cm garis tengahnya, pada pangkalnya dengan 2 telinga yang memutar membalik.
 Buah polong bentuk oval sampai memanjang, 3,5-7 × 2 cm, bersayap di sepanjang tepi bawahnya, tidak membuka. Biji 1-2, jarang 3. Tumbuh liar dalam semak-semak dekat tepi hutan, tepi sungai, dan kadang-kadang ditanam di kebun atau pekarangan. Di Jawa didapati mulai dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1500 m dpl.

 Distribusi/Penyebaran 
Penyebarannya terdapat di Bangladesh, Birma (Myanmar), Indo-Cina, Thailand, Pulau Nicobar and Malesia (Bukan tanaman liar di Borneo, Sulawesi dan Maluku); ditanam (dikultivasi) di Asia Tenggar, India, daerah tropis Afrika dan Amerika.Di Jawa ditemukan mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1500 m dpl. Tumbuh terpencar-pencar, di tempat yang tidak begitu kering, di tepi hutan, di pinggir sungai atau dalam hutan belukar yang masih liar.Perbanyakan secara generatif dengan buah.
Tanaman ini juga melakukan transpirasi. Transpirasi merupakan penguapan air yang berasal dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Dengan keterlibatan tumbuhan ini maka air pada lapisan tanah yang lebih dalam dapat diuapkan setelah terlebih dahulu diserap oleh system perakaran tumbuhan tersebut. Tanpa peranan tumbuhan, hanya air pada permukaan saja yang dapat diuapkan. Pada kondisi tanah yang berkecukupan air, sebagian besar air (dapat mencapai 95%) yang diserap akar akan diuapkan ke atmosfer melalui proses transpirasi. Laju transpirasi ditentukan selain oleh masukan energi yang diterima tumbuhan ini dan perbedaan potensi air antara rongga substomatal dengan udara sekitar daun, juga akan ditentukan oleh daya hantar stomata.                                                                

 Potensi dan Pemanfaatan Tuba
            Tanaman tuba ini merupakan penghasil bahan beracun pembunuh nyamuk juga digunakan untuk mengendalikan hama serangga, baik di luar ruangan maupun didalam ruangan.Disamping rotenon sebagai bahan aktif utama, bahan aktif lain yang terdapat pada akar tanaman derris adalah deguelin, elliptone, dan toxicarol. Selain sebagai racun ikan, derris juga dapat digunakan sebagai insektisida, yaitu untuk pemberantasan hama pada tanaman sayuran (terutama kol), tembakau, kelapa, kina, kelapa sawit, lada, teh, coklat, dan lain-lain. Di Borneo, ekstrak akarnya digunakan sebagai racun untuk anak panah.
            Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:
1.      Kelompok tumbuhan insektisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: piretrium, aglaia, babadotan, bengkuang, bitung, jaringau, saga, serai, sirsak, srikaya.
  1. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat, adalah tumbuhan yang menghasilkan suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga betina. Bahan kimia tersebut akan menarik serangga jantan, khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: daun wangi dan selasih.
  2. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran (efek aborsi atau kontrasepsi) dan penekan populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid, sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah jenis gadung KB dan gadung racun.
  3. Kelompok tumbuhan moluskisida, adalah kelompok tumbuhan yang menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman menimbulkan pengaruh moluskisida, diantaranya: daun sembung, akar tuba, patah tulang dan tefrosia (kacang babi).
5.      Kelompok tumbuhan pestisida serba guna, adalah kelompok tumbuhan yang tidak berfungsi hanya satu jenis saja, misalnya insektisida saja, tetapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya. Contoh tumbuhan dari keompok ini adalah: jambu mete, lada, mimba, mindi, tembakau dan cengkih.
Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :
·         Merusak perkembangan telur, larva dan pupa
  • Menghambat pergantian kulit
  • Mengganggu komunikasi serangga
  • Menyebabkan serangga menolak makan
  • Menghambat reproduksi serangga betina
  • Mengurangi nafsu makan
  • Memblokir kemampuan makan serangga
  • Mengusir serangga
·         Menghambat perkembangan patogen penyakit.
Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan. Keunggulan pestisida nabati adalah :
·         Murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani
  • Relatif aman terhadap lingkungan
  • Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman
  • Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
  • Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain
·         Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. 
Sementara, kelemahannya adalah :
(1) Daya kerjanya relatif lambat;
(2) Tidak membunuh jasad sasaran secara langsung;
(3) Tidak tahan terhadap sinar matahari;
(4) Kurang praktis;
(5) Tidak tahan disimpan
(6) Kadang-kadang harus disemprotkan berulang-ulang.
Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya.


 Pengelolaan Tanaman Tuba
Tanaman tuba ini merupakan salah satu pestisida nabati yang dapat dimanfaatkan sebagai pembasmi hama tanaman misalnya dalam pengendalian hama belalang. Belalang dalam jumlah banyak sangat merugikan suatu tanaman yang tumbuh subur karena belalang tersebut memakan daun-daun tanaman sehingga daun tanaman menjadi berlubang dan ini tentunya dapat merusak aktivitas tanaman dalam berfotosintesa
Mengingat adanya berbagai kekurangan dari pestisida yang ada sampai sekarang ini. Para ahli menganggap perlu diciptakan pestisida baru yang ideal, efektif mengendalian serangga, aman terhadap lingkungan dan harga terjangkau oleh pengguna. Banyak informasi hasil penelitian tentang jenis tumbuhan yang mengandung senyawa aktif dan berpotensi sebagai insektisida diantaranya adalah tuba (Deris. Sp) yang mengandung bahan aktif Rotenon dan Nimba (Azadiracht indica) mengandung bahan aktif Azadirachtin. Dapat mempengaruhi perilaku belalang dan barbagai serangga lainnya, berfungsi sebagai penghambat nafsu makan/antifedant, repallent, attractan, menghambat perkembangan serangga, menurunkan keperidian hingga berpengaruh langsung sebagai racun.
Penggunaan pestisida nabati tidak persistem/mudah terurai di alam sehingga penggunaannya aman bagi lingkungan
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu. Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai betul-betul hancur.   Kemudian campur dengan air untuk dibuat ekstrak.  Campur setiap 6 (enam) sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air.  Campuran ini bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman.

PEMBUATAN EKSTRAK
Untuk mengolah bahan-bahan akar tuba dan daun nimba menjadi pestisida dapat dimulai dari teknologi sederhana yaitu penghancuran akar/daun. Pelarut air bersih, perendaman dalam wadah (jirigen). Proses ekstraksi/persenyawa bahan aktif dengan air. Proses penyaringan aplikasi pada hama sasaran. Untuk pengendalian hama belalang diperlukan dosis/takaran 1 kilogram akar tuba/daun nimba dan 20 liter air besih. Mengumpulkan bahan baku akar tuba dan daun nimba.
Akar tuba/daun nimba dicuci dengan air sampai bersih.
Untuk akar tuba dipotong dengan ukuran kecil lebih dulu kemudian baru ditumbuk dengan menggunakan lesung.Daun nimba langsung dihaluskan dilesung atau dapat juga diblender sampai menjadi potongan kecil.Satu kilogram akar tuba atau daun nimba yang telah dihaluskan dimasukan kedalam jirigen isi 20 liter, kemudian ditambah air bersih.Proses perendaman minimal 3 hari setelah itu baru dapat dipakai untuk aplikasi. Pada saat pengendalian larutan disaring terlebih dahulu dan ditambahkan bahan perekat (Cytowett/detergen).
Pestisida nabati (Ekstrak Tuba dan Nimba) merupakan salah satu komponen yang memiliki prospek yang baik untuk digunakan dalam pengendalian belalang kembara dan juga OPT lainnya, khususnya tumbuhan tuba yang tersedia dilingkungan petani. Ekstrak bisa dibuat secara sederhana dan langsung di aplikasikan oleh petani sehingga bisa dianggap murah.



PENUTUP
Dengan demikian tanaman tuba dapat dimanfaatkan sebagai pestisida alami yang murah dan para penanam (petani) tidak perlu repot-repot lagi jika tanamannya banyak diserang oleh hama belalang. Selain itu ada juga cara-cara pengendalian yang dapat diterapkan antara lain :
1.      Kultur Teknis: Dengan mengatur pola tanam dan menanam tanaman alternatif yang tidak disukai oleh belalang seperti tanaman kacang tanah dan ubi kayu, melakukan pengolahan tanah pada lahan yang diteluri sehingga telur tertimbun dan yang terlihat diambil.
  1. Gropyokan/Mekanik/Fisik: Kelompok tani secara aktif mencari kelompok belalang di lapangan, dengan menggunakan kayu, ranting, sapu dan jaring perangkap.
  2. Kimiawi: Pengendalian yang dapat dilakukan pada Stadium Nimfa kecil karena belum merusak. Pengendalain terhadap imago dilaksanakan pada malam hari, mulai dari belalang hinggap senja hari sampai sebelum terbang waktu pagi hari. Pengendalian sebaiknya secara langsung terhadap individu/kelompok yang ditemui di lahan.
  3. Biologis: Dengan menggunakan cendawan, dengan cara penyebaran pada tempat-tempat bertelur belalang kembara atau dengan penyemprotan dengan terlebih dahulu membuat suspensi (larutan cendawan).
5.      Pengendaliandengan Ekstrak Tuba (Deris. Sp): Ekstrak Nimba (azadiracht indica) dilakukan penyemproptan pada tanaman untuk meninggalkan “Efek Residu” pestisida pada Tanaman. 
Disamping itu sudah sepantasnya masyarakat mengharapkan hutan menghasilkan lebih daripada hanya hasil kayu. Produksi kayu yang lestari dan efisien masih menjadi tujuan utama kehutanan, tetapi hal ini harus dicapai bersama-sama dengan kenaikan keluaran lain seperti air berkualitas tinggi, margasatwa, rekreasi, dan estetika, dan tanpa disertai degradasi lingkungan. 
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan tercermin pada perkembangan baru dalam perundangan federal dan negara bagian yang mengatur kehutanan.
Keadaan ini memerlukan generasi silvikulturis baru yang berpengetahuan luas dan terampil dalam berbagai hal, yang dapat menduga dengan cermat kemungkinan hasil dari berbagai alternativ perlakuan tegakan, dan dapat mengembangkan kaidah-kaidah silvikultur yang selaras dengan kendala-kendala fisiologis, ekologis, pengelolaan dan sosial.

 Selamat Mencobanya... Terima kasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar