PENDAHULUAN
Inventarisasi hutan merupakan kegiatan dalam rangka mengumpulkan data
atau keterangan tentang keadaan hutan seperti potensi, jenis sumber daya hutan
yang ada serta kondisi site, dimana sumber daya hutan tersebut berada.
Keterangan dan informasi tersebut diperlukan untuk menentukan tindakan
perlakuan dalam manajemen hutan. Selanjutnya eperti misalnya pemanenan,
penanaman dan pemeliharaan hutan (Husch,
1987).
Kayu sampai saat ini masih
merupakan produk penting dalam kegiatan pengusahaan hutan, karena itu dalam
melakukan pendugaan volume pohon, pengukuran dimensi pohon harus dilakukan
secara cermat agar dapat diperoleh tafsiran volume pohon yaitu taksiran volume
yang mendekati nilai volume yang sebenarnya. Kualitas volume pendugaan volume ini
tergantung dari bebrapa faktor, diantaranya tingkat akurasi yang diinginkan dan
kondisi saat pengukuran dimensi pohon, dan persamaan volume yang digunakan
(Irvine, 1995).
Kualitas kayu secara umum
didefenisikan sebagai suatu ukuran ciri- ciri kayu yang mempengaruhi sifat
produk- produk yang dibuat daripadanya. Dafenisi kualitas kayu yang digunakan
untuk satu produk sering berbeda dengan sifat- sifat penting untuk produk yang
lain. Dalam suatu hal kualitas mungkin diukur dalam hak kerapatan, keseragaman
lingkaran tumbuh, persen kayu bebas mata kayu, sedangkan dalam hal lain sifat-
sifat penting seperti proporsi kayu akhir hasil selulosa dan perbandingan
antara serat dan pembuluh mungkin merupakan petunjuk kualitas yang utama.
Selama pembentukan kayu banyak
faktor- faktor didalam dan diluar kayu yang digunakan untuk satu produk sering
berbeda, yang mengakibatkan variasi dalam tipe, jumlah, ukuran, bentuk dan
struktur fisik dan susunan kimia kayu. Kualitas kayu adalah penggolongan yang
bebas dalam variasi- variasi kayu ketika dihitung, diukur, ditimbang dn dinilai
untuk sejumlah tujuan tertentu.
Dimensi kayu seperti diameter, tinggi ataupun volume kayun lazim
ditentukan melalui pengukuran secara langsung. (direct measurement) dengan bantuan alat-alat tertentu. Untuk
efisiensi pengukuran atau tanpa mengurangi tingkat ketelitian hasil pengukuran,
sering di lakukan cara penaksiran (estimate) baik langsung maupun todak
langsung yaitu melalui pengambilan contoh sampel) menurut metode sampling dan
atau cara penaksiran lain yang lebih mudah misalnya double sampling. Banyaknya
alat yang cukup canggih dengan derajat ketelitian yang bervariasi telah dibuat
untuk pengukuran diameter pada berbagai ketinggian batang yang paling sederhana
tidak selalu yang paling tidak cermat dan banyak bergantung pada cara
menggunakannya dan konsekuensinya bergantung pada latihan dari staf
inventorenya (Abdullah, 1997).
Kayu sampai saat ini masih
merupakan produk penting dalam kegiatan pengusahaan hutan, karena itu dalam
pendugaan volume pohon, pengukuran dimensi pohon harus dilakukan dengan cermat
agar dapat diperoleh taksiran volume pohon yang akurat yaitu taksiran volume
yang mendekati nilai olume yang sebenarnya. Kualitas dugaan volume pohon itu
tergantung dari beberapa faktor, diantaranya: tingkat akurasi yang diinginkan,
karakteristik pohon, metode pengukuran, alat yang digunakan, dan kondisi saat pengukuran dimensi
pohon, pesamaan volume yang digunakan dan lain-lain. Untuk mendapatkan gambaran
tentang karakteristik pohon sebagai penentu volume pohon dalam tulisan ini akan
diuraikan beberapa macam dimensi pohon yang meiputi diameter pohon, tinggi
pohon, dan faktor bentuk batang. phiband seperti halnya pita ukur, tetapi
fungsinya untuk mengukur diameter yang nilainya tidak lagi dikonversikan
satuannya seperti pita ukur karena nilainya sudah menjadi ketetapa diameter
sebenarnya (Spori, 1994).
Lingkup Luas Bidang Dasar Tegakan
Secara
alami volume kayu dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi sortimen.
Jenis sortimen kayu yang ldapat dipakai sebagai dasar penafsiran ada empat
macam, yaitu :
1. kayu tunggak, yaitu volume kayu yang
terdiri atas akar dan pangkal pohon sampai ketinggian tunggak tertentu.
2. Kayu batang komersil, yaitu kayu diatas
tunggak sampai batas tertentu yang masih laku dijual.
3. kayu cabang komersil, yaitu bagian cabang
yang sudah laku dijual.
4. Kayu batang yang tidak komersil, yaitu
bagian batang diatas kayu batang komersil
5. Kayu ranting, yaitu cabang- cabang kecil
yang tidak laku dijual atau tidak ekonomis untuk diusahakan
(Simon, 1987).
Volume
pohon adalah ukuran tiga dimensi yang tergantung dari lbds (diameter pangkal),
tinggi atau panjang batang dan faktor bentuk batang. Cara penentuan yolume batang dibedakan antara cara
langsung dan cara tidak lansung (Elviadi, 1994).
Cara
penentuan volume pohon yang paling praktis adalah dengan menggunakan tabel
volume pohon. Tabel volume pohon adalah statu tabel yang berisi nilai- nilai
dugaan volume pohon pada usuran diameter dan tinggi pohon tertentu. Berdasarkan
peubah penduga yang digunakan, tabel volume pohon dibedakan menjadi tabel
volume lokal, tabel volume baku, dan tabel volume dengan kalas bentuk
(Herwiyono, 2000).
Apabila digunakan diameter
setinggi dada, Pengukuran diameter setinggi dada juga menghadapi masalah bila
bentuk batang disekitar ketinggian 1,3 m tidak normal, misalnya membesar,
mengecil, atau bercabang dua. Untuk batang yang membesar atau mengecil,
pengukuran diameter pohon bergantung dilakukan dengan menghitung rata – rata
diameter bentuk normal yang terletk diatas dan dibaeah bagian yang tidak normal
tersebut. Untuk pohon yang bercabang dua atau lebih, pengukuran diameter pohon
bergantung pada letak kecabangan itu. Bila percabangan terletak dibawah 1,3 m,
pengukuran dilakukan diatasnya dan pohon tersebut dianggap terdiri atas dua
pohon atau lebih sesuai dengan jumlah cabangnya. (Herwiyono, 2000).
Luas bidang dasar tegakan
mempunyai arti penting dalam inventor tegakan yang menggunakan sampling titik.
Tetapi luas bidang dasar dalam cara sampling ini tidak dihitung seperti pada
perhitungan kepadatan bidang dasar, melainkan ditaksir langsung dengan
menggunakan tongkat bitterlich atau alat- alat turunannya seperti prismabaji,
relascop dan sebagainya dapat ditaksir langsung (Odum,1994).
Berbagai macam volume kayu
seperti diterangkan dapat dihitung dengan kulit, tetapi untuk Indonesia pada
umumnay dinyatakan tanpa kulit. Secara praktis kebanyakan volume kayu ditaksir
hanya untuk bagian yang laku dijual saja. Penafsiran volume kayu yang dapat
dijual ini adalah salah satu dari tiga macam volume kayu alami tersebut, yaitu
volume kayu batang, volume kayu tebal atau volume kayu pohon (Capman dan Meyer,
1949).
Penentuan volume secara
langsung hanya bisa dilakukan untuk kayu dalam bentuk sertimen (lock), dengan menggunakan alat yang
namanya xilometer, yaitu berupa bak
perseguí yang diisi air. Sortimen yang akan diukur volumenya dimasukkan kedalam
bak berisi air, volume kayu adalah pertambahan tinggi air dalam bak dikalikan
luas penampang bak (Sutanto,1986).
Penentuan metode grafis pada
dasarnya adalah dengan cara memplotkan pasangan data diameter atau lbds dan
tinggi atau panjang masing- masing pada sumbu apsis dan sumbu ordinat dari
diagram cartecius, sehingga dapat dibuat garis yang menghubungkan titik- titik
koordinat yang berurutan membentuk statu kurva yang menggambarkan pola bentuk
batang. Kemudian dihitung luas daerah kurva diatas sumbu absis. Volume batang
adalah luas daerah dikalikan dengan sebuah konstanta yang besarnya bergantung
faktor skala dan pengaruh satuan satu absis maupun ordinal (Murdawa, 1994).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar