PENGARUH
STRATEGI PASAR TERHADAP
PEMASARAN MEBEL KAYU
(Studi Kasus Industri Kecil Di Jakarta
Timur)
Pasar bisa diartikan sebagai orang-orang yang mempunyai keinginan untuk
puas, untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya dan pasar juga menyediakan kebutuhan manusia. Manusia harus
menemukan kebutuhannya terlebih dahulu, sebelum ia memenuhinya. Usaha untuk
memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan suatu
hubungan. Dengan demikian pemasaran bisa juga diartikan suatu usaha untuk
memuaskan kebutuhan pembeli dan penjual. Yang dalam hal ini sangat erat
hubungan antara pemasaran dan pembeli karena mempengaruhi tingkat konsumsi atau
permintaan.
Perilaku konsumen memiliki
kepentingan khusus bagi orang yang dengan berbagai alasan berhasrat untuk
mempengaruhi atau mengubah perilaku tersebut, termasuk orang yang kepentingan
utamanya adalah pemasaran. Tidak mengherankan jika studi tentang perilaku
konsumen ini memiliki akar utama dalam bidang ekonomi dan terlebih lagi dalam
pemasaran.
Pemasar yang berusaha mempengaruhi
perilaku konsumen terletak pada premis konsumen adalah raja, motivasi dan
perilaku konsumen dapat dimengerti melalui penelitian, perilaku konsumen dapat
dipengaruhi melalui kegiatan persuasif yang menanggapi konsumen secara serius
sebagai pihak yang berkuasa dan dengan maksud tertentu serta pengaruh konsumen
memiliki hasil yang menguntungkan secara sosial jika pengamanan
hukum, etika, dan moral
berada pada tempatnya untuk mengekang upaya manipulasi.
Perkembangan industri mebel kayu bukan
diukur, mulai berdiri hingga tahun 2007, ketika dalam
jangka waktu tersebut dinamika perkembangan industri cukup signifikan dan terbagi menjadi awal perkembangan, masa keemasan, dan masa krisis. Pada awal pekembangan
jumlahnya tidak sebanyak sekarang dengan produk andalan mebel kayu antik
bermotif ukiran. Setelah itu pada tahun 1970, produk mebel
kayu mulai banyak yang dilirik oleh pasar domestik sebagai imbas pembangunan yang terjadi khususnya di kota besar. Masa keemasan
terjadi pada tahun 1998, ketika permintaan
pasar konsumen dunia terus meningkat sehingga kondisi ini secara tidak langsung
berpengaruh meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Masa
krisis ditandai dengan menurunnya permintaan pasar produk mebel kayu khususnya konsumen mancanegara. Hal ini terkait
dengan kondisi persaingan yang ketat terutama
pasar ekspor yang mulai dibanjiri produk
mebel dari negara lain sehingga berimbas pada turunnya
kapasitas produksi yang diikuti menurunnya pendapatan pengrajin.
Wilayah
kotamadya Jakarta Timur memiliki perbatasan sebelah utara dengan kotamadya
Jakarta Utara dan Jakarta pusat, sebelah timur dengan kotamadya Bekasi
(Provinsi Jawa barat), sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor
(Provinsi Jawa Barat), dan sebelah barat dengan Kotamadya Jakarta Selatan. Industri kecil termasuk industri kerajinan
mebel di sentra industri kecil Pomcok bambu, Jakarta Timur dan industri rakyat
perlu dibina untuk usaha yang semakin efisien dan mampu berkembang mandiri
untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Pada umumnya, keadaan dunia
usaha bersidat dinamis, selalu mengalami perubahan yang terjadi setiap saat dan
adanya keterkaitan antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, strategi
pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan industri
kecil umumnya dan pada bidang pemasaran.
Tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pemasaran produk
mebel dan menyusun strategi alternatif pemasaran yang tepat dijalankan industri
kecil di daerah Jawa Timur. Dengan dimikian hasil dari makalah ini diharapkan
dapat memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan dan sebagai bahan
perbandingan dalam bidang manajemen industri.
1. Perkembangan Konsep Pemasaran Mebel
Suatu industri kecil dalam
menjalankan aktivitasnya harus efektif dan efisien menjalankan konsep pemasaran
agar keuntungan yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik. Ini menandakan
bahwa kegiatan pemasaran dalam industri kecil harus dikoordinasi dan dikelola
dengan cara yang lebih baik. Falsafah konsep pemasaran bertujuan untuk
memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Kegiatan industri
kecil yang berdasar pada konseop pemasaran ini harus diarahkan untuk memenuhi
tujuan industri kecil. Secara definitif dapat dikatakan bahwa konsep pemasaran adalah falsafah bisnis yang
menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomis dan
sosial bagi kelangsungan hisup industri kecil.
Ketidakmampuan pengrajin dalam melakukan mekanisme pemasaran langsung ke
konsumen terutama pangsa pasar
mancanegara dan hanya menjadi penghasil barang setengah jadi untuk kemudian diproses menjadi barang jadi
dan dipasarkan pihak perantara menjadikan kelangsungan usaha industri mebel kayu sepenuhnya
tergantung adanya pesanan produksi. Begitu besarnya ketergantungan tersebut menjadikan
usaha mebel kayu mengalami kelesuan ketika terjadinya penurunan minat pangsa pasar
mancanegara pada awal tahun 2000 - 2007. Kondisi persaingan ketat terutama dalam memperebutkan pangsa
pasar mancanegara dengan membajirnya produk mebel kayu dari negara lain. Usaha mebel kayu merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang
menjadikan identitas bangsa
sehingga hal ini cukup potensial untuk dikembangkan secara penuh oleh pengrajin
terutama motif ukiran antik,
bukan tidak mungkin usaha mebel kayu akan lebih mampu berkembang.
Dewasa ini konsep pemasaran
mengalami perkembangan yang semakin maju sejalan dengan majunya masyarakat dan
teknologi. Industri kecil tidak lagi berorientasi hanya pada pembeli saja, akan
tetapi berorientasi pada masyarakat atau manusia. Konsep yang demikianlah yang
disebut dengan konsep pemasaran masyarakat. Tiga faktor penting yang digunakan
sebagai dasar dalam konsep pemasaran (Swasta, 1996) :
a. Orientasi
konsumen
Pada intinya, jika suatu industri kecil ingin menerapkan
orientasi konsumen ini, maka :
1.
Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan
dilayani dan dipenuhi.
2.
Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam
penjualan.
3.
Menentukan produk dan program pemasarannya.
4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk
mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka.
5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling
baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model
yang menarik.
b. Koordinasi
dan integrasi dalam Industri Kecil
Untuk memberikan kepuasan secara
optimal kepada konsumen, semua elemen pemasaran yang ada harus diintegrasikan.
Hindari adanya pertentangan antara industri kecil dengan pasarnya. Salah satu
cara penyelesaian untuk mengatasi masalah koordinasi dan integrasi ini dapat
menggunakan satu orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan
pemasaran, yaitu manajer pemasaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap orang
dan bagian dalam industri kecil turut serta dalam suatu upaya yang terkoordinir
untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan industri dapat tercapai.
c. Mendapatkan
laba melalui pemuasan konsumen
Salah satu tujuan dari industri
kecil adalah untuk mendapatkan profit atau laba. Dengan laba tersebut industri
kecil bisa tumbuh dan berkembang dengan kemampuan yang lebih besar. Sebenarnya
laba merupakan tujuan umum dari sebuah industri kecil. Banyak industri kecil
yang mempunyai tujuan lain disamping laba. Dengan menggunakan konsep pemasaran
ini, hubungan antara industri kecil dan konsumen akan dapat diperbaiki yang
pada akhirnya akan menguntungkan bagi industri kecil.
Dalam hal ini pemasaran
sangat berhubungan dengan produk, harga, distribusi dan promosi. Promosi adalah
kegiatan menyampaikan dan mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar sasaran
untuk memberikan informasi tentang suatu keistimewaan kegunaan dan terutama
tentang keberadaannya dengan tujuan untuk merubah sikap ataupun mendorong orang
dalam bertindak.iklan, publisitas, wiraniaga, promosi penjualan, penjualan
pribadi (Styowati, 2008).
Manajemen pemasaran adalah
proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta
penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan
tujuan-tujuan individu dan organisasi (Kotler, 1997). Definisi
ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang mencakup barang, jasa dan
gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan tujuan menghasilkan kepuasan
bagi pihak-pihak yang terkait.
Manajemen pemasaran dapat
diterapkan pada semua bidang usaha. Dalam manajemen terdapat fungsi
penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan atau penerapan serta pengawasan. Tahap
perencanan merupakan tahap yang menentukan terhadap kelangsungan dan kesuksesan
suatu organisasi pemasaran. Proses perencanaan merupakan satu proses yang
selalu memandang ke depan atau pada kemungkinan masa akan datang termasuk dalam
pengembangan program, kebijakan dan prosedur untuk mencapai tujuan pemasaran.
Dengan menyatukan program
pemasaran yang ditujukan kepada segmen-segmen pasar yang dituju, manajemen
dapat melaksanakan pemasaran dengan lebih baik dan dapat menggunakan sumberdaya
pemasaran secara efisien. Segmentasi pasar dapat membantu manajemen dalam hal
menyalurkan uang dan usaha ke pasar potensial yang paling menguntungkan,
merencanakan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar, menentukan cara-cara
promosi yang paling efektif, memilih media advertensi, dan mengatur waktu yang
sebaik-baiknya.
2. Strategi Pemasaran Mebel
Pemasaran
produk industri mebel di Pondok bambu dilakukan melalui dua jalur. Pertama,
pemesanan atau pembeli yang datang langsung ke lokasi untuk membeli atau
memesan sesuai selera atau permintaan. Kedua, produk dipasarkan kembali oleh
pedagang lainnya di toko mebel di wilayah jabodetabek. Akan tetapi lebih banyak
produk yang dijual secara langsung kepada konsumen. Produk yang dihasilkan
sebagai persediaan untuk pembeli yang datang langsung ke lokasi tempat usaha.
Produk mebel yang diproduksi tidak hanya dipasarkan di wilayah jabodetabek
saja, akan tetapi sampai ke luar pulau juga seperti Sumatera bahkan ada yang
sampai ke luar negeri. Berdasarkan pengamatan, pengusaha industri kecil mebel
Pondok Bambu sudah mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dalam menawarkan
produk mebel pada konsumen. Selain itu, kondisi outlet sudah dilihat cukup
baik, meskipun masih ada beberapa outlet masih kurang dalam penatannya.
Dalam pelaksanaan pemaaran jasa
oleh pemasar, ada sifat khusus yang membedakan pemasaran jasa dengan pemasaran
barang. Sifat khusus tersebut menurut Alma (1992) adalah sebagai berikut :
a.
Menyesuaikan dengan selera konsumen
Gejala ini ditandai dengan pasar
pembeli yang lebih dominan dalam suasana pasaran jasa. Kualitas jasa yang
ditawarkan tidak dapat dipisahkan dari mutu yang menyediakan jasa. Dalam
industri dengan tingkat hubungan yang tinggi, pengusaha harus memperhatikan
hal-hal yang bersifat internal dengan cara memelihara tenaga kerja dan mempekerjakan
tenaga sebaik mungkin. Inilah yang sering disebut dengan internal marketing,
yaitu penerapan prinsip marketing terhadap pegawai dalam industri kecil.
b.
Keberhasilan pemasaran jasa dipengaruhi oleh jumlah
pendapatan penduduk.
Dalam kenyataan, makin maju suatu
negara akan semakin banyak permintaan akan jasa. Ini ada hubungannya dengan
hirarki kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan akan jasa. Masyarakat yang belum
banyak menggunakan jasa dapat dikatakan bahwa pendapatan masyarakat tersebut
belum merata. Seperti halnya
dalam pemasaran mebel kayu membutuhkan jasa pengangkutan, jasa penggergajian,
dan membutuhkan tenaga kerja.
c.
Pada pemasaran jasa tidak ada pelaksanaan fungsi
penyimpanan.
Tidak ada jasa yang dapat
disimpan. Jasa diproduksi bersamaan waktunya dengan mengkonsumsi jasa tersebut.
d.
Mutu jasa dipengaruhi oleh benda berwujud sebagai
pelengkapnya.
Karena jasa adalah suatu produk
yang tidak berwujud maka konsumen akan memperhatikan benda berwujud yang
memberikan pelayanan sebagai patokan terhadap kualitas jasa yang ditawarkan.
e.
Saluran distribusi dalam pemasaran jasa tidak terlalu
penting.
Ini disebabkan dalam pemasaran
jasa perantara tidak digunakan. Akan tetapi ada type pemasaran tertentu yang
menggunakan agen sebagai perantara.
3. Pengertian
Citra
Konsumen dalam membeli dan
mengkonsumsi sesuatu bukan hanya mengharapkan sekedar barang saja, akan tetapi
ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain itu sesuai dengan citra yang terbentuk
dalam dirinya. Suatu industri
berkepentingan untuk memberikan informasi kepada publik agar dapat membentuk
citra yang baik.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa
citra merupakan poin awal untuk sukses dalam pemasaran. Istilah citra atau image
ini mulai popular pada tahun 1950-an dalam konteks organisasi, industri kecil,
nasional dan sebagainya. Citra tidak dapat dibuat seperti barang dalam suatu
pabrik, akan tetapi citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pemahaman
dan pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Citra yang ada pada industri terbentuk dari bagaimana industri
kecil tersebut melakukan kegiatan operasionalnya yang mempunyai landasan utama
pada segi pelayanan.
Suatu industri harus mampu untuk melihat sendiri
bagaimana citra yang ditampilkan kepada masyarakat yang dilayani. Industri kecil juga harus bisa
memberikan suatu evaluasi apakah citra yang diberikan telah sesuai dengan yang
diharapkan atau jika perlu ditingkatkan lagi.
Jadi citra ini dibentuk
berdasarkan impresi atau pengalaman yang dialami oleh seseorang terhadap
sesuatu, sehingga pada akhirnya membangun suatu sikap mental. Sikap mental ini
nantinya akan dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan karena
citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu.
4.
Ciri – Ciri Pembentuk Citra
Ciri-ciri produk atau jasa yang
membentuk suatu citra berkaitan dengan unsur-unsur kegiatan pemasaran.
Ciri-ciri pembentuk citra yang sering bersinggungan dengan kegiatan pemasaran,
misalnya, merek, desain produk atau jasa, pelayanan, label dan lain sebagainya.
Program yang baik dalam suatu perencanaan dalam pengembangan produk atau jasa
tidak akan lupa untuk mencantumkan kegiatan industri yang mencakup ciri pembentuk citra untuk produk dan jasa
atau industrinya.
Pemasaran mebel Balongrejo dilakukan dengan cara dipasarkan sendiri
kemasyarakat atau dengan menjalin kemitraan dengan para tengkulak melalui
toko-toko atau show room - show room. Tidak semua pengusaha industri kayu mebel
Balongrejo memiliki toko. Akan tetapi mayoritas pemilik toko yang ada di
Balongrejo tidak memproduksi sendiri mebel yang dipasarkan. Pemilik toko yang
tidak memproduksi sendiri mebel mendapat barang dagangannya dari pengusaha yang
tidak memiliki toko. Pemilik toko inilah yang memberikan pesanan model mebel
yang dibutuhkan pelanggan dan pemakai.
Dalam hal pemasaran mebel para pengusaha mebel tidak mengalami kendala
yang berarti mereka mempunyai jalur pemasaran sendiri-sendiri, baik melalui
jalinan kemitraan dengan para tengkulak, dipasarkan sendiri, dijual ke
toko-toko mebel bahkan sudah diekspor ke luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa
para pengusaha mebel telah memiliki kepedulian terhadap pengemnagan usaha
khususnya dalam hal pemasaran namun belum bisa maksimal, sehingga masih
diperlukan campur tangan dari pemerintah.
PENUTUP
Industri
kecil baik
berorientasi profit maupun non-profit harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan
konsumen bila ingin tetap dapat beroperasi dan sukses. Dan fungsi pemasaran
(marketing) adalah menjadi penghubung antara organisasi atau industri kecil dan
konsumen. Berkembangnya
permintaan mebel kayu menjadikan masing-masing unit produksi mulai
membentuk spesialisasi jenis produk mengikuti perkembangan desain motif dan menyesuaikan permintaan pasar
internasional. Selain itu masyarakat
lokal mulai mendirikan usaha pendukung industri mebel kayu, seperti jasa
angkutan, jasa penggergajian
serta jasa pedagang kayu yang secara langsung membuka lapangan pekerjaan baru.
Hubungan antara volume
pemasaran dengan variabel variasi produk, harga mebel, dan sistem distribusi
adalah nyata (significant) dengan arah hubungan negatif. Artinya semakin
sedikit variasi produk, makin rendah harga mebel, dan makin efisien sistem
distribusi maka volume penjualan mebel makin besar. Sementara hubungan antara
volume pemasaran dengan variabel promosi adalah tidak nyata dengan arah
hubungan positif. Artinya kegiatan promosi tidak berpengaruh nyata terhadap
volume penjualan mebel. Hal ini dikarenakan sumber bahan baku dan desain produk
mebel antar industri kecil relatif sama sudah dalam bentuk produk setengah jadi
dari Jepara. Posisi pasar harus berada pada SO (Strength Opportunities) artinya
industri kecil mebel harus menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi SO yang diterapkan yakni memasarkan
produk dengan harga yang lebih murah, meningkatkan pelayanan kepada konsumen,
memanfaatkan lokasi yang strategis untuk menarik pelanggan dan meningkatkan
kualitas produk.
Analisis SWOT
dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi industri kecil, matrik ini dapat
menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang
dihadapi industri kecil dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya. Berdasarkan analisis SWOT posisi industri kecil mebel kayu di
Pondok Bambu Jakarta Timur cukup baik dan harus dipertahankan yaitu berada pada
posisi SO (strength Opportunities) artinya industri kecil mebel kayu harus
menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang
ada. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan posisi pasar dibuat rencana
jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek dengan melihat kepada
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di sentra industri kecil Pondok
Bambu.
Dengan
demikian usaha kecil mebel di Pondok Bambu, Jakarta timur harus bisa
mempertahankan variasi produk dengan tidak mengenyampingkan beberapa faktor
pendukung lainnya seperti penggunaan bahan baku, bahan pelengkap, tenaga kerja,
sistem distribusi, dan promosi sehingga
tidak kalah bersaing dengan industri luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Amril. 2003. Analisis Eksistensi Industri Perkayuan Sebagai Sektor
Pemimpin (Leading Sector) di Provinsi Jambi. Jurnal Manajemen dan Pembangunan
Vol. 02 no. 01 ISSN.
Badan
Perencanaan Kotamadya Jakarta Timur. 2007. Data Saku Jakarta Timur. Bapeko
Jakarta Timur. Jakarta.
Dunauw, J. 1982. Mengenal Kayu. PT. Gramedia. Jakarta.
Dephutbun RI. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Departemen
Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Jakarta.
Hasan, I.
2001. Pokok-Pokok Materi Statistika I (Statistika Deskriptif). Edisi Kedua.
Bumi Aksara. Jakarta.
Ismawan,
I. 2001. Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil
Menengah. Grasindo. Jakarta.
Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran Jilid I. PT.
Prenhalindo. Jakarta.
Koidah.
2006. Studi Pemasaran Produk Rotan Untuk Tujuan Ekspor : Kasus CV. Java Rattan,
Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sugiarto, g. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pengembangan Industri Kecil. (Suatu Studi Tentang Pemberdayaan Pengusaha
Industri Kecil Kayu mebel di Desa Balongrejo Kecamatan Berbek Kabupaten
Nganjuk. Program Magister Ilmu Administrasi Publik, PPSUB. Jurnal Agriteknologi Vol. 17 No. 2
MARET 2009. ISSN. 0852-5426.
Styowati, D.
2008. Strategi Pemasaran Meubel Kayu (Studi Kasus di Sentra Industri Kecil
Pondok Bambu, Jakarta Timur). [Skripsi] IPB. Bogor.
my PKL 2012 with my best friend ^^ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar