H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Jumat, 09 Maret 2012

Pemasaran Mebel Kayu


PENGARUH STRATEGI PASAR TERHADAP
PEMASARAN MEBEL KAYU
(Studi Kasus Industri Kecil Di Jakarta Timur)


Pasar bisa diartikan sebagai orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya dan pasar juga  menyediakan kebutuhan manusia. Manusia harus menemukan kebutuhannya terlebih dahulu, sebelum ia memenuhinya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan suatu hubungan. Dengan demikian pemasaran bisa juga diartikan suatu usaha untuk memuaskan kebutuhan pembeli dan penjual. Yang dalam hal ini sangat erat hubungan antara pemasaran dan pembeli karena mempengaruhi tingkat konsumsi atau permintaan.
Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang yang dengan berbagai alasan berhasrat untuk mempengaruhi atau mengubah perilaku tersebut, termasuk orang yang kepentingan utamanya adalah pemasaran. Tidak mengherankan jika studi tentang perilaku konsumen ini memiliki akar utama dalam bidang ekonomi dan terlebih lagi dalam pemasaran.
Pemasar yang berusaha mempengaruhi perilaku konsumen terletak pada premis konsumen adalah raja, motivasi dan perilaku konsumen dapat dimengerti melalui penelitian, perilaku konsumen dapat dipengaruhi melalui kegiatan persuasif yang menanggapi konsumen secara serius sebagai pihak yang berkuasa dan dengan maksud tertentu serta pengaruh konsumen memiliki hasil yang menguntungkan secara sosial jika pengamanan hukum, etika, dan moral berada pada tempatnya untuk mengekang upaya manipulasi.
Perkembangan industri mebel kayu bukan diukur, mulai berdiri hingga tahun 2007, ketika dalam jangka waktu tersebut dinamika perkembangan industri cukup signifikan dan terbagi menjadi awal perkembangan, masa keemasan, dan masa krisis. Pada awal pekembangan jumlahnya tidak sebanyak sekarang dengan produk andalan mebel kayu antik bermotif ukiran. Setelah itu pada tahun 1970, produk mebel kayu mulai banyak yang dilirik oleh pasar domestik sebagai imbas pembangunan yang terjadi khususnya di kota besar. Masa keemasan terjadi pada tahun 1998, ketika permintaan pasar konsumen dunia terus meningkat sehingga kondisi ini secara tidak langsung berpengaruh meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Masa krisis ditandai dengan menurunnya permintaan pasar produk mebel kayu khususnya konsumen mancanegara. Hal ini terkait dengan kondisi persaingan yang ketat terutama pasar ekspor yang mulai dibanjiri produk mebel dari negara lain sehingga berimbas pada turunnya kapasitas produksi yang diikuti menurunnya pendapatan pengrajin.
Wilayah kotamadya Jakarta Timur memiliki perbatasan sebelah utara dengan kotamadya Jakarta Utara dan Jakarta pusat, sebelah timur dengan kotamadya Bekasi (Provinsi Jawa barat), sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat), dan sebelah barat dengan Kotamadya Jakarta Selatan. Industri kecil termasuk industri kerajinan mebel di sentra industri kecil Pomcok bambu, Jakarta Timur dan industri rakyat perlu dibina untuk usaha yang semakin efisien dan mampu berkembang mandiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Pada umumnya, keadaan dunia usaha bersidat dinamis, selalu mengalami perubahan yang terjadi setiap saat dan adanya keterkaitan antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan industri kecil umumnya dan pada bidang pemasaran.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pemasaran produk mebel dan menyusun strategi alternatif pemasaran yang tepat dijalankan industri kecil di daerah Jawa Timur. Dengan dimikian hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan dan sebagai bahan perbandingan dalam bidang manajemen industri.


1.      Perkembangan Konsep Pemasaran Mebel
Suatu industri kecil dalam menjalankan aktivitasnya harus efektif dan efisien menjalankan konsep pemasaran agar keuntungan yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik. Ini menandakan bahwa kegiatan pemasaran dalam industri kecil harus dikoordinasi dan dikelola dengan cara yang lebih baik. Falsafah konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Kegiatan industri kecil yang berdasar pada konseop pemasaran ini harus diarahkan untuk memenuhi tujuan industri kecil. Secara definitif dapat dikatakan bahwa konsep pemasaran adalah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomis dan sosial bagi kelangsungan hisup industri kecil.
Ketidakmampuan pengrajin dalam melakukan mekanisme pemasaran langsung ke konsumen terutama pangsa pasar mancanegara dan hanya menjadi penghasil barang setengah jadi untuk kemudian diproses menjadi barang jadi dan dipasarkan pihak perantara menjadikan kelangsungan usaha industri mebel kayu sepenuhnya tergantung adanya pesanan produksi. Begitu besarnya ketergantungan tersebut menjadikan usaha mebel kayu mengalami kelesuan ketika terjadinya penurunan minat pangsa pasar mancanegara pada awal tahun 2000 - 2007. Kondisi persaingan ketat terutama dalam memperebutkan pangsa pasar mancanegara dengan membajirnya produk mebel kayu dari negara lain. Usaha mebel kayu merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang menjadikan identitas bangsa sehingga hal ini cukup potensial untuk dikembangkan secara penuh oleh pengrajin terutama motif ukiran antik, bukan tidak mungkin usaha mebel kayu akan lebih mampu berkembang.
Dewasa ini konsep pemasaran mengalami perkembangan yang semakin maju sejalan dengan majunya masyarakat dan teknologi. Industri kecil tidak lagi berorientasi hanya pada pembeli saja, akan tetapi berorientasi pada masyarakat atau manusia. Konsep yang demikianlah yang disebut dengan konsep pemasaran masyarakat. Tiga faktor penting yang digunakan sebagai dasar dalam konsep pemasaran (Swasta, 1996) :
a. Orientasi konsumen
Pada intinya, jika suatu industri kecil ingin menerapkan orientasi konsumen ini, maka :
1.      Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.
2.      Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualan.
3.      Menentukan produk dan program pemasarannya.
4. Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai dan menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka.
5. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik.

b. Koordinasi dan integrasi dalam Industri Kecil
Untuk memberikan kepuasan secara optimal kepada konsumen, semua elemen pemasaran yang ada harus diintegrasikan. Hindari adanya pertentangan antara industri kecil dengan pasarnya. Salah satu cara penyelesaian untuk mengatasi masalah koordinasi dan integrasi ini dapat menggunakan satu orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pemasaran, yaitu manajer pemasaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa setiap orang dan bagian dalam industri kecil turut serta dalam suatu upaya yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan industri dapat tercapai.

c. Mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen
Salah satu tujuan dari industri kecil adalah untuk mendapatkan profit atau laba. Dengan laba tersebut industri kecil bisa tumbuh dan berkembang dengan kemampuan yang lebih besar. Sebenarnya laba merupakan tujuan umum dari sebuah industri kecil. Banyak industri kecil yang mempunyai tujuan lain disamping laba. Dengan menggunakan konsep pemasaran ini, hubungan antara industri kecil dan konsumen akan dapat diperbaiki yang pada akhirnya akan menguntungkan bagi industri kecil.
Dalam hal ini pemasaran sangat berhubungan dengan produk, harga, distribusi dan promosi. Promosi adalah kegiatan menyampaikan dan mengkomunikasikan suatu produk kepada pasar sasaran untuk memberikan informasi tentang suatu keistimewaan kegunaan dan terutama tentang keberadaannya dengan tujuan untuk merubah sikap ataupun mendorong orang dalam bertindak.iklan, publisitas, wiraniaga, promosi penjualan, penjualan pribadi (Styowati, 2008).
Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi (Kotler, 1997). Definisi ini mengakui bahwa manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang mencakup barang, jasa dan gagasan yang tergantung pada pertukaran dengan tujuan menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terkait.
Manajemen pemasaran dapat diterapkan pada semua bidang usaha. Dalam manajemen terdapat fungsi penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan atau penerapan serta pengawasan. Tahap perencanan merupakan tahap yang menentukan terhadap kelangsungan dan kesuksesan suatu organisasi pemasaran. Proses perencanaan merupakan satu proses yang selalu memandang ke depan atau pada kemungkinan masa akan datang termasuk dalam pengembangan program, kebijakan dan prosedur untuk mencapai tujuan pemasaran.
Dengan menyatukan program pemasaran yang ditujukan kepada segmen-segmen pasar yang dituju, manajemen dapat melaksanakan pemasaran dengan lebih baik dan dapat menggunakan sumberdaya pemasaran secara efisien. Segmentasi pasar dapat membantu manajemen dalam hal menyalurkan uang dan usaha ke pasar potensial yang paling menguntungkan, merencanakan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar, menentukan cara-cara promosi yang paling efektif, memilih media advertensi, dan mengatur waktu yang sebaik-baiknya.

2.      Strategi Pemasaran Mebel
Pemasaran produk industri mebel di Pondok bambu dilakukan melalui dua jalur. Pertama, pemesanan atau pembeli yang datang langsung ke lokasi untuk membeli atau memesan sesuai selera atau permintaan. Kedua, produk dipasarkan kembali oleh pedagang lainnya di toko mebel di wilayah jabodetabek. Akan tetapi lebih banyak produk yang dijual secara langsung kepada konsumen. Produk yang dihasilkan sebagai persediaan untuk pembeli yang datang langsung ke lokasi tempat usaha. Produk mebel yang diproduksi tidak hanya dipasarkan di wilayah jabodetabek saja, akan tetapi sampai ke luar pulau juga seperti Sumatera bahkan ada yang sampai ke luar negeri. Berdasarkan pengamatan, pengusaha industri kecil mebel Pondok Bambu sudah mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dalam menawarkan produk mebel pada konsumen. Selain itu, kondisi outlet sudah dilihat cukup baik, meskipun masih ada beberapa outlet masih kurang dalam penatannya.
Dalam pelaksanaan pemaaran jasa oleh pemasar, ada sifat khusus yang membedakan pemasaran jasa dengan pemasaran barang. Sifat khusus tersebut menurut Alma (1992) adalah sebagai berikut :
a.       Menyesuaikan dengan selera konsumen
Gejala ini ditandai dengan pasar pembeli yang lebih dominan dalam suasana pasaran jasa. Kualitas jasa yang ditawarkan tidak dapat dipisahkan dari mutu yang menyediakan jasa. Dalam industri dengan tingkat hubungan yang tinggi, pengusaha harus memperhatikan hal-hal yang bersifat internal dengan cara memelihara tenaga kerja dan mempekerjakan tenaga sebaik mungkin. Inilah yang sering disebut dengan internal marketing, yaitu penerapan prinsip marketing terhadap pegawai dalam industri kecil.
b.      Keberhasilan pemasaran jasa dipengaruhi oleh jumlah pendapatan penduduk.
Dalam kenyataan, makin maju suatu negara akan semakin banyak permintaan akan jasa. Ini ada hubungannya dengan hirarki kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan akan jasa. Masyarakat yang belum banyak menggunakan jasa dapat dikatakan bahwa pendapatan masyarakat tersebut belum merata. Seperti halnya dalam pemasaran mebel kayu membutuhkan jasa pengangkutan, jasa penggergajian, dan membutuhkan tenaga kerja.
c.       Pada pemasaran jasa tidak ada pelaksanaan fungsi penyimpanan.
Tidak ada jasa yang dapat disimpan. Jasa diproduksi bersamaan waktunya dengan mengkonsumsi jasa tersebut.
d.      Mutu jasa dipengaruhi oleh benda berwujud sebagai pelengkapnya.
Karena jasa adalah suatu produk yang tidak berwujud maka konsumen akan memperhatikan benda berwujud yang memberikan pelayanan sebagai patokan terhadap kualitas jasa yang ditawarkan.
e.       Saluran distribusi dalam pemasaran jasa tidak terlalu penting.
Ini disebabkan dalam pemasaran jasa perantara tidak digunakan. Akan tetapi ada type pemasaran tertentu yang menggunakan agen sebagai perantara.

3.      Pengertian Citra
Konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sesuatu bukan hanya mengharapkan sekedar barang saja, akan tetapi ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain itu sesuai dengan citra yang terbentuk dalam dirinya. Suatu industri berkepentingan untuk memberikan informasi kepada publik agar dapat membentuk citra yang baik.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa citra merupakan poin awal untuk sukses dalam pemasaran. Istilah citra atau image ini mulai popular pada tahun 1950-an dalam konteks organisasi, industri kecil, nasional dan sebagainya. Citra tidak dapat dibuat seperti barang dalam suatu pabrik, akan tetapi citra adalah kesan yang diperoleh sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Citra yang ada pada industri terbentuk dari bagaimana industri kecil tersebut melakukan kegiatan operasionalnya yang mempunyai landasan utama pada segi pelayanan.
Suatu industri harus mampu untuk melihat sendiri bagaimana citra yang ditampilkan kepada masyarakat yang dilayani. Industri kecil juga harus bisa memberikan suatu evaluasi apakah citra yang diberikan telah sesuai dengan yang diharapkan atau jika perlu ditingkatkan lagi.
Jadi citra ini dibentuk berdasarkan impresi atau pengalaman yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu, sehingga pada akhirnya membangun suatu sikap mental. Sikap mental ini nantinya akan dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan karena citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu.

4.      Ciri – Ciri Pembentuk Citra
Ciri-ciri produk atau jasa yang membentuk suatu citra berkaitan dengan unsur-unsur kegiatan pemasaran. Ciri-ciri pembentuk citra yang sering bersinggungan dengan kegiatan pemasaran, misalnya, merek, desain produk atau jasa, pelayanan, label dan lain sebagainya. Program yang baik dalam suatu perencanaan dalam pengembangan produk atau jasa tidak akan lupa untuk mencantumkan kegiatan industri yang mencakup ciri pembentuk citra untuk produk dan jasa atau industrinya.
Pemasaran mebel Balongrejo dilakukan dengan cara dipasarkan sendiri kemasyarakat atau dengan menjalin kemitraan dengan para tengkulak melalui toko-toko atau show room - show room. Tidak semua pengusaha industri kayu mebel Balongrejo memiliki toko. Akan tetapi mayoritas pemilik toko yang ada di Balongrejo tidak memproduksi sendiri mebel yang dipasarkan. Pemilik toko yang tidak memproduksi sendiri mebel mendapat barang dagangannya dari pengusaha yang tidak memiliki toko. Pemilik toko inilah yang memberikan pesanan model mebel yang dibutuhkan pelanggan dan pemakai.
Dalam hal pemasaran mebel para pengusaha mebel tidak mengalami kendala yang berarti mereka mempunyai jalur pemasaran sendiri-sendiri, baik melalui jalinan kemitraan dengan para tengkulak, dipasarkan sendiri, dijual ke toko-toko mebel bahkan sudah diekspor ke luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa para pengusaha mebel telah memiliki kepedulian terhadap pengemnagan usaha khususnya dalam hal pemasaran namun belum bisa maksimal, sehingga masih diperlukan campur tangan dari pemerintah.  



PENUTUP

Industri kecil baik berorientasi profit maupun non-profit harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan konsumen bila ingin tetap dapat beroperasi dan sukses. Dan fungsi pemasaran (marketing) adalah menjadi penghubung antara organisasi atau industri kecil dan konsumen. Berkembangnya permintaan mebel kayu  menjadikan masing-masing unit produksi mulai membentuk spesialisasi jenis produk mengikuti perkembangan desain motif dan menyesuaikan permintaan pasar internasional. Selain itu masyarakat lokal mulai mendirikan usaha pendukung industri mebel kayu, seperti jasa angkutan, jasa penggergajian serta jasa pedagang kayu yang secara langsung membuka lapangan pekerjaan baru.
Hubungan antara volume pemasaran dengan variabel variasi produk, harga mebel, dan sistem distribusi adalah nyata (significant) dengan arah hubungan negatif. Artinya semakin sedikit variasi produk, makin rendah harga mebel, dan makin efisien sistem distribusi maka volume penjualan mebel makin besar. Sementara hubungan antara volume pemasaran dengan variabel promosi adalah tidak nyata dengan arah hubungan positif. Artinya kegiatan promosi tidak berpengaruh nyata terhadap volume penjualan mebel. Hal ini dikarenakan sumber bahan baku dan desain produk mebel antar industri kecil relatif sama sudah dalam bentuk produk setengah jadi dari Jepara. Posisi pasar harus berada pada SO (Strength Opportunities) artinya industri kecil mebel harus menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi SO yang diterapkan yakni memasarkan produk dengan harga yang lebih murah, meningkatkan pelayanan kepada konsumen, memanfaatkan lokasi yang strategis untuk menarik pelanggan dan meningkatkan kualitas produk.
Analisis SWOT dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi industri kecil, matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi industri kecil dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Berdasarkan analisis SWOT posisi industri kecil mebel kayu di Pondok Bambu Jakarta Timur cukup baik dan harus dipertahankan yaitu berada pada posisi SO (strength Opportunities) artinya industri kecil mebel kayu harus menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan posisi pasar dibuat rencana jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek dengan melihat kepada kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di sentra industri kecil Pondok Bambu.
            Dengan demikian usaha kecil mebel di Pondok Bambu, Jakarta timur harus bisa mempertahankan variasi produk dengan tidak mengenyampingkan beberapa faktor pendukung lainnya seperti penggunaan bahan baku, bahan pelengkap, tenaga kerja, sistem distribusi, dan promosi sehingga  tidak kalah bersaing dengan industri luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA
Amril. 2003. Analisis Eksistensi Industri Perkayuan Sebagai Sektor Pemimpin (Leading Sector) di Provinsi Jambi. Jurnal Manajemen dan Pembangunan Vol. 02 no. 01 ISSN.

Badan Perencanaan Kotamadya Jakarta Timur. 2007. Data Saku Jakarta Timur. Bapeko Jakarta Timur. Jakarta.

Dunauw, J. 1982. Mengenal Kayu. PT. Gramedia. Jakarta.

Dephutbun RI. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

Hasan, I. 2001. Pokok-Pokok Materi Statistika I (Statistika Deskriptif). Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.

Ismawan, I. 2001. Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil Menengah. Grasindo. Jakarta.

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran Jilid I. PT. Prenhalindo. Jakarta.

Koidah. 2006. Studi Pemasaran Produk Rotan Untuk Tujuan Ekspor : Kasus CV. Java Rattan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sugiarto, g. 2009. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Industri Kecil. (Suatu Studi Tentang Pemberdayaan Pengusaha Industri Kecil Kayu mebel di Desa Balongrejo Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk. Program Magister Ilmu Administrasi Publik, PPSUB. Jurnal Agriteknologi  Vol. 17 No. 2  MARET 2009. ISSN. 0852-5426.

Styowati, D. 2008. Strategi Pemasaran Meubel Kayu (Studi Kasus di Sentra Industri Kecil Pondok Bambu, Jakarta Timur). [Skripsi] IPB. Bogor.
my PKL 2012 with my best friend ^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar