H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Jumat, 09 Maret 2012

HUTAN GAMBUT


Pengenalan Lahan Gambut

Hutan gambut adalah jenis hutan yang tumbuh pada suatu lapisan tebal yang terbuat dari bahan organik. Lapisan bahan organik ini terdiri dari tumpukan bahan tumbuhan yang telah mati seperti dedaunan, akar-akar, ranting, bahkan batang pohon lengkap, yang telah terakumulasi selama ribuan tahun. Gambut tersebut membentuk media tumbuh yang semakin terangkat setiap pergantian generasi tumbuhan, dan hal tersebut menghasilkan lapisan tebal yang dapat mencapai ketebalan hingga lebih dari 20 meter. Lapisan tersebut hanya terbentuk dalam kondisi tertentu, karena bahan tumbuhan yang mati dalam keadaan normal dengan cepat mengalami penguraian oleh jamur, bakteri dan organisme lainnya. Namun dikarenakan sifat lahan gambut yang sangat "anaerobic" dan memiliki keasaman tinggi, serta kurangnya unsur hara, maka proses biodegradasi berkurang secara signifikan. Kondisi lingkungan seperti itu terlalu ekstrim bagi proses penguraian untuk dapat terjadi, sehingga terjadilah penumpukan tumbuhan mati tersebut dalam tanah. Sehingga dengan demikian, hutan rawa gambut menjadi media penyimpanan karbon dalam jumlah yang amat besar. 
Gambar Canal di Gambut
Jenis gambut dibedakan atas 3 (tiga) tingkat dekomposisi, yaitu fibrik yang disebut eutropik atau gambut subur, hemik yang disebut mesotropik atau gambut kurang subur, dan saprik yang disebut oligotropik atau tidak subur. Pohon-pohon yang hidup di gambut antara lain Alstonia sp., Palaguium sp., Shorea sp., Gonystylus sp., Dacrydium sp., dan Callophyllum sp. (Arif, 2001).

Berdasar ditemukannya di alam, tanah gambut dibedakan menjadi gambut pantai dan gambut pedalaman, sedang berdasar atas ketebalannya dibedakan menjadi gambut dangkal (kurang dari 100 cm), gambut sedang (100-300 cm) dan gambut dalam (lebih dari 300 cm). Menurut klasifikasi tanah, tanah-tanah gambut dikenal dengan nama histosol. Histosol didefenisikan sebagai tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20-30% (12-18% C-organik) dalam ketebalan 40 cm atau lebih dari lapisan teratas 80 cm profil tanah.

Lahan gambut sangat sulit untuk ditanami tanaman pangan karena banyak mengandung unsur logam seperti magnesium, kalium dan kalsium yang terdapat di bawah tanah olah lebih kurang 50 cm. Lahan gambut yang diolah dengan cara menaikkan tanah bagian bawah akan mengakibatkan unsur logam muncul di permukaan tanah olah dan tanaman mengalami keracunan. Umumnya, ciri-ciri tanah yang mengandung logam berat adalah adanya karat-karat pada lapisan tanah dan pada permukaan air terlihat warna karat logam. Pencegahan awal untuk mengurangi kandungan logam berat adalah dengan menggunakan pengairan berjalan yang mendorong hilangnya karat-karat tersebut (Arif, 2001).

Pengubahan lahan gambut menjadi lahan pertanian membutuhkan waktu yang sangat lama karena proses pelapukan memerlukan bahan mikro dan makroorganisme. Apabila proses ini berhasil, maka penanaman tanaman pangan tidak akan menjadi masalah, tetapi keberhasilan tersebut tampaknya cukup banyak memerlukan anggaran pemerintah yang sangat besar dengan teknologi yang serba canggih. Masalahnya adalah pengaturan keberadaan air tanah sebagai bantuan proses pelapukan membutuhkan ketelitian yang sangat rumit. Bila terjadi kesalahan, maka akan berakibat berkurangnya air dan kering sehingga akan mematikan organisme tanah sebagai dekomposer. Hal ini berarti berhentinya aktivitas proses dekomposisi dan bila diberi air kembali sangat sulit mengaktifkan kembali organisme tanah tersebut (Arif, 2001).

Proses akumulasi gambut sangat dipengaruhi oleh perubahan kondisi abiotik seperti hidrologi dan iklim mikro. Perubahan yang kecil saja dapat dengan mudah menyebabkan terjadinya oksidasi gambut tersebut. Sehingga dapat menjadi gangguan yang cukup besar bagi lahan gambut dan flora serta fauna yang ada di kawasan tersebut.
Perahu canal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar