H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Sabtu, 02 Juni 2012

Pengeringan Kayu Skala Laboratoris


MEKANISME PENGERINGAN KAYU PADA
SKALA LABORATORIS


Kadar air kayu berturut-turut dimulai dari kondisi segar, basah, titik jenuh serat, kadar air tertentu, kering udara dan kering tanur. Kayu pada kondisi basah paling rawan terhadap serangan organisme perusak misalnya serangga dan jamur. Kondisi kadar air tertentu (di bawah titik jenuh serat) kayu rawan terhadap efek penyusutan yang tidak terkendali, sedangkan kayu kering udara (disebut juga kering angin, seimbang, siap pakai atau stabil) sangat penting untuk diterapkan di dalam penggunaan kayu sebagai bahan baku produk tertentu   (Pandit dan Ramdan, 2002).

Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah kualitas pengeringan kayu, khususnya yang berkaitan dengan kadar air kayu. Negara-negara importir hasil kayu menentukan kadar air dari produk kayu yang berlainan, sesuai dengan kondisi iklim/cuaca negara mereka masing-masing. Ketidaksesuaian kadar air kayu dengan kondisi iklim negara pengimport dapat menyebabkan kayu menjadi retak, pecah atau berubah bentuk. Untuk negara-negara beriklim sedang seperti negara-negara Eropah, Amerika, Kanada dan Jepang menuntut persyaratan kadar air maksimal 8% Selain itu, keseragaman kadar air kayu baik antar sortimen/potongan kayu maupun dalam sepotong kayu, serta bebas dari sisa tegangan pengeringan juga menjadi persyaratan yang penting agar produk yang dihasilkan mencapai mutu yang prima (Budianto, 1996).

            Adapun tujuan dari praktikum yang berjudul ”Mekanisme Pengeringan Kayu Pada Skala Laboratoris” adalah :
  1. Mengetahui perubahan kadar air selama proses pengeringan berlangsung.
  2. Mengetahui distribusi kadar air dan tegangan dengan menggunakan uji garpu dan kuantitatif/sayatan.

DAFTAR PUSTAKA
Basyar, A. 1999. Perkebunan Kelapa Sawit. Lembaga Konsultasi Penerbitan Masyarakat (LKPM). Bayu.

Budianto, A.1996. Sistem Pengeringan Kayu. Kanisius. Semarang

Dephutbun RI. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Jakarta

Dumanauw, J. F. 2003. Mengenal Kayu. Kanisius. Yogyakarta.

Energi Portal. 2007. Memperoleh Nilai Ekonomis Lebih dari Kelapa: Biodiesel, Glycerin, dan Produk Samping Lainnya. Situs Web Portal Media Informasi Energi

Fauzi, Y., Widyastuti., Satyawibawa, I., dan Hartono. 2002. Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Bogor.

Frick, H. 1983. Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu .Kanisius. Jakarta

Haygreen, G dan Bowyer. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Gadjah Mada University Press; Yogyakarta.

Pandit dan Ramdan. 2002. Anatomi Kayu. ITB : Bandung

Suryadi, S. 2008. Limbah Perkebunan Kelapa (Cocos Nucifera) sebagai Bahan Pengawet Makanan. Karya Tulis Ilmiah in Internet.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar