H.O.R.A.S

Selamat Datang buat anda yang mengunjungi blog ini, Segala informasi dalam blog ini merupakan bantuan dari buku-buku, majalah, dan lain-lain
Semoga blog ini bermanfaat bagi anda ^^.


Selasa, 15 April 2014

Kandungan Biji Saga Merah


                                                                                                               KIMIA KULIT BIJI  SAGA
 
Biji saga mengandung saponin pada kulit bijinya yang berwarna merah. Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan. Sumber utama saponin adalah biji-bijian selain pada biji saga juga terdapat pada kedelai. Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut dalam air dan tidak larut dalam eter. Saponin memiliki rasa pahit menusuk dan menyebabkan bersin serta iritasi pada selaput lendir. Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis pada darah. Saponin bersifat racun bagi hewan berdarah dingin dan diantaranya digunakan sebagai racun ikan. Saponin yang bersifat keras atau racun biasa disebut Sapotoksin (Muehtrrdiu, dkk, 2002).
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu dan dipengaruhi oleh varietas tanaman serta tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat atau merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah sebagai pelindung terhadap serangan serangga. Dua jenis saponin yang dikenal yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid (Robinson, 1995).
Keawetan Biji Saga
            Biji tersusun oleh adanya kulit, kotiledon, dan hipokotil. Kulit merupakan bagian yang lebih besar yaitu sebesar 52,13% dengan kisaran 51,8-52,5%, sedangkan kotiledon dan hipokotil sebesar 47,87% dengan kisaran 46,2–48,91%. Tanda-tanda tua biji saga adalah adanya polong pecah dan terbelah dan tangkupan kulit polong membentuk susunan spiral, biji sangat keras, kulit biji berwarna merah cemerlang, serta keping biji berwarna kuning kecoklatan (Theresia, 1986).  
Kandungan ekstraktif dalam kulit lebih tinggi daripada dalam kayu. Keanekaragaman senyawa yang dapat diekstraksi biasanya membutuhkan serangkaian ekstraksi yang biasanya memberikan ciri awal komposisinya. Variasi komposisi ini dapat sangat besar bahkan di dalam kayu satu genus  (Fengel dan Wegener, 1995).
            Ekstraktif-ekstraktif menempati tempat-tempat morfologi tertentu dalam struktur kayu. Sebagai contoh asam–asam resin terdapat dalam saluran resin, sedangkan lemak dan lilin terdapat dalam sel parenkim jari-jari. Ekstraktif– ekstraktif fenol terdapat terutama dalam kayu teras dan dalam kulit (Sjớstrớm, 1998).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar